Feature

Ini Pengalaman Brasil Pindahkan Ibukotanya ke Daerah Pedalaman

Published

on

Ilustrasi–National Congress of Brazil–foto airpano com

JAYAKARTA NEW — Ketika Presiden Joko Widodo memutuskan untuk pindah ibu kota ke Kalimantan Timur, banyak orang bertanya-tanya bagaimana caranya? Tulisan di bawah diambil dari sejarah singkat pemindahan ibukota Brasil dari Rio de Janeiro ke Brasillia — wilayah di pedalaman Brasil.

Ulasan singkat ini mudah-mudahan bisa memberi gambaran bagaimana sebuah negara memindahkan ibukotanya. Lalu kenapa Brasil dan bukan Australia, yang juga memindahkan ibukotannya. Alasannya adalah perekonomian Brasil saat itu, era tahun 1960-an, sebenarnya tidaklah luar biasa dan tetap saja negara ini berhasil memindahkan ibukotanya dan bahkan pada tahun 1987, UNESCO menetapkan kota ini jadi ‘World Heritage Site.

Presiden Brasil, kala itu, Juscelino Kubitschek menetapkan pemindahan ibu kota. Pembangunan dimulai tahun 1956 dan diresmikan pada 21 April 1960. Jadi hanya dalam waktu kurang dari 4 tahun, pegawai negeri dan keluarganya sebanyak 500.000 pegawai negeri bersama keluarganya pindah ramai-ramai dari Rio ke Brasillia.

Jadi di era tahun 1960-an saja pembangunan bisa sangat cepat dan bisa dilakukan kalau keputusan politik ditetapkan. Sekarang, Brasillia sudah jauh berkembang dan jadi rumah bagi 2,5 juta jiwa.

Lucio Costa memimpin pengembangan ibu kota baru Brasil ini. Sementara Osar Neimeyer mengepalai jejeran arsitek ternama Brasil dan menggambar seluruh gedung pemerintahan. Selain itu, perancang tata ruang adalah Roberto Burle Marx.

Uniknya letak dari ibu kota Brasillia dirancang berada di tengah negera itu —- mirip dengan salah satu alasan pemindahan ibu kota Indonesia. Ibu kota ini juga pada mulanya tidak mempunyai gubernur, yang dipilih rakyat, tetapi hanyalah administratur saja. Barulah pada tahun 1988 disetujui perubahan konstitusi sehingga bisa dilakukan pemilihan gubernur untuk Brasillia.

BRASILLIA SEPERTI PESAWAT TERBANG

Kota Brasillia berbentuk seperti pesawat terbang, saat itu berpergian dengan pesawat masih jadi dambaan kebanyakan orang. Bagian ‘badan pesawat’ merupakan kawasan gedung-gedung pemerintahan. Sementara bagian ‘sayap’ menjadi kawasan pemukiman para birokrat.

Oscar Niemeyer, sang arsitek, yang meninggal Desember 2012  lalu, menjelaskan,” Saya tidak merancang lay out Brasillia. Saya cuma arsiteknya. Dan gedung-gedunglah yang saya buat. Kota ini datar. Horison seakan-akan membentang tidak ada habis-habisnya. Presiden Kubitschek menginginkan membangun kota yang mewakili Brasil. Jadi, saya memutuskan untuk menemukan solusi baru, sesuatu yang akan menarik perhatian.”

Gedung-gedung ciptaan Neimeyer memang menakjubkan dan jelas menarik perhatian. Orang menyebut gedung-gedung itu elegan. “Sangat indah dan luar biasa,” tukas arsitek Inggris Norman Foster yang memberi gambaran gedung buatan Neimeyer di Brasillia. “Hasil luar biasa dari arsitek luar biasa.”

Mudah-mudahan ibukota Indonesia di Kaltim nanti juga akan memperoleh penghargaan dan kekaguman dunia — begitulah harapannya.***leo patty

sumber informasi: wikipedia, encyclopedia britanica, BBC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version