Kabar
Dwitunggal Pameran “Tetesan Darah untuk Negeriku”
Pameran lukisan dwitunggal “Tetes Darah untuk Negeriku” di Galeri Dewan Kesenian Surabaya. Foto: Toga S.
Dalam kesempatan itu, juga dilakukan tasyakuran ruang merah putih DKS (Dewan Kesenian Surabaya) dengan ritual pemotongan tujuh tumpeng. Pada pembukaan yang dimulai pukul 19.00 WIB itu, juga dimeriahkan penampilan Halim HD yang membawakan pidato kebudayaan politik kebudayaan kota. Di samping, puisi humor oleh Jose Rizal Manua, pembacaan puisi oleh Mistari HS, dan performance Rio Saxophone.
Pameran lukisan dwi tunggal Tetesan Darah untuk Negeriku dibuka setiap hari hingga tanggal 9 Februari, mulai pukul 10.00 – 20.00 WIB.
Pelukis kelahiran Nganjuk, 19 Januari 1967 ini terbilang “aneh”. Bercita-cita menjadi insinyur, tetapi akhirnya kuliah di Fakultas Hukum Unair Surabaya. Sebagai “orang hukum” ia banyak berkutat dengan soal-soal ketidakadilan dan ketimpangan hukum di Indonesia.
Perjalanan hidup akhirnya mendamparkannya menjadi Goverment and Stake Holder Relations Advisor dari Hess Indonesia (Perusahan Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas Bumi Amerika Serikat) yang menjadi Operator Wilayah Kerja Migas Blok Pangkah di Gresik. Itu terjadi tahun 2002. Namun di sela kesibukannya menjalani pekerjaan, Didik tetap meluangkan waktu untuk mencurahkan hasrat keindahan melalui puisi dan lukisan. Ia bahkan sempat dua kali pameran tunggal: Di Yogyakarta dan Malang. ***