Kuliner
Bakmi Jogja Cirendeu … Pas
Syahdan, kemacetan jalanan dari arah Jakarta menuju Depok membuat perut lapar makin terasa lapar. Modal makan siang tadi, seperti tak lagi menyisakan energi ketika jarum jam menunjuk pukul 22.00 lebih. Setidaknya, jam makan malam sudah lewat lumayan jauh.
Memasuki Jalan Cirendeu Raya, hasrat untuk mencari obat-lapar menjadi-jadi. Hujan belum ada tanda-tanda reda. Kemacetan belum ada tanda-tanda bakal segera terurai. Pandangan pun mulai diarahkan ke kiri-kanan jalan, mencari-cari menu yang pas.
Resto ayam waralaba, baru saja lewat. Tidak menarik. Pizza? Lebih tidak menarik. Coffee shop dan kafe terlewati. Tak berhasrat. Warteg? Ah… tidak ada tempat parkir. Pecel lele? Sama sekali tidak cocok dimakan pas hujan begini.
Pucuk dicinta ulam tiba…. Nun di depan sebelah kanan, agak samar terbaca tulisan “Bakmi Jogja”. Sontak menggerutu dalam hati, “Huh… kenapa tidak terlintas di pikiran dari tadi?” Benar. Kalau saja dari tadi fokus pada pilihan menu bakmi Jogja, kepusingan akibat macet dan hujan tidak akan diperparah dengan pikiran mencari makan malam yang pas.
Tidak lama kemudian, pesanan dihidangkan. Bakmi godog (rebus) spesial dengan segelas teh hangat-sedikit-gula. Bakmi Jawa yang dimasak menggunakan anglo (bara-arang), memiliki cita rasa yang khas. Panas dan hangatnya lebih awet. Kuah berkaldu dengan irisan daun bawang, tomat, serta bawang goreng berpadu dengan mie telor yang khas.
Bakmi Jogja lebih nikmat jika sensasi pedasnya tidak didapat dari sambal, melainkan dari cabe rawit. Bisa cabe rawit irisan, atau cabe rawit utuh. Enak? Konon enak itu relatif. Tapi yang pasti, malam itu bakmi Jogja Cirendeu sangat pas. Pas lapar, pas hujan, pas macet… dan pas di dompet. ***