Feature
Awali dengan Bunny Hop, Lalu Berputarlah di Udara
Di satu sudut, sekelompok warga melakukan senam pagi. Sekelompok remaja lain memainkan street ball, ada juga yang memilih berlari ataupun jogging mengitari Lapangan Merdeka. Sedangkan, di satu area, tampak komunitas sepeda BMX (bicycle motocross).
Atraksi komunitas BMX, tak jarang justru menjadi daya tarik tersendiri, dan menyedot perhatian warga. Mereka memainkan aneka atraksi dan manuver yang mengundang decak kagum. Mereka memainkan serial BMX Street, yakni dirt jump, seolah melayang terbang di udara. Jenis permainan ini menuntut kepiawaian pesepeda dalam melompati rintangan atau obstacle, dilengkapi trik. Rintangan itu meliputi: tabletop, double jump, atau jump box. Lewat rintangan itu, rider akan melompat tinggi, berputar, seolah-olah terbang.
Para pesepeda BMX yang tampak di Lapangan Merdeka itu ternyata berasal dari Komunitas BMX Medan. “Komunitas ini berdiri sejak 2009, penggagasnya ada lima orang, yakni saya sendiri, Irval Eka Sanjaya (26), kemudian Ahmad Syafri (26), Surya Handoko (27), Ardika Winata (28), dan Arifin (30),” kata Irval yang tak lain adalah Ketua Komunitas BMX Medan itu, kepada Jayakartanews.
Irval menambahkan, komunitas berawal dari kecintaan terhadap BMX, kemudian muncul keinginan beraktivitas bersama menciptakan kegiatan-kegiatan positif, yang tujuannya menjauhi narkoba dan hal-hal merusak lainnya. Saat ini, Komunitas BMX Medan memiliki 20-an anggota. Untuk menjadi anggota, yang pertama harus menyukai BMX, memiliki sepeda BMX, membayar iuran Rp 5 ribu per bulan.
Setelah menguasai bunny hop, bisa lanjut mempelajari trik Tailwhip 360, Barspin, Tabletop, No Foot, No Hander. Tailwhip adalah trik tersulit, yakni berputar 360 derajat di udara. Mengenai sepeda yang digunakan khusus free style, dan sudah muncul di bursa sepeda, hanya saja harganya masih relatif mahal. Jika ingin harga miring, bisa memilih produk lokal.
Akitivitas sport hobbies yang terbilang ekstrem ini pada dasarnya kegiatan global. Itu artinya, di tingkat global dan regional pun terdapat wadah yang menghimpun mereka. Terkait hal itu, Komunitas BMX Medan pernah mengikuti kompetisi BMX Internasional di sejumlah negara, antara lain Perancis, Cina, Malaysia dan Singapura. Tahun 2016, mereka mengirim biker andalannya, Andika Winata.
“Memang tidak menjadi pemenang, tapi setidaknya bisa masuk peringkat 28 dari ratusan peserta. Prestasi itu bisa terdongkrak kalau saja bisa lebih banyak mengikuti event. Sebab, pengalaman sangat membantu penampilan pelomba secara psikis,” tambah Ketua BMX Medan.
Karena itu, Irval berharap pemerintah menaruh perhatian terhadap komunitas BMX. Setidaknya menyediakan area obstacles dengan standar yang baik. Dalam olahraga jenis ini, obstacle mutlak diperlukan untuk berlatih. Obstacle inilah medan rintangan bagi olahraga ekstrem BMX. Dalam bermanuver, seorang biker bisa melakukan tail whip, sebuah gerakan berputar atau trik flip saat transfer dari satu obstacle ke obstacle lain.
Selama ini di Kota Medan memang ada obstacle untuk komunitas sepeda BMX, yakni di Lapangan Teladan dan Lapangan Merdeka, tetapi menurut Irval, keduanya belum memenuhi standar. Dibandingkan Jakarta, Surabaya, dan Bandung misalnya, maka sarana obstacle untuk biker BMX di kota Medan masih jauh tertinggal. Tidak heran jika sport BMX di kota-kota itu jauh lebih berkembang. Muaranya, para biker Bandung, Jakarta, Surabaya juga bisa meraih prestasi sampai ke level internasional. ***