Feature

Aminah Firasintha Bayi Prematur Berprestasi Gemilang

Published

on

BOGOR, JAYAKARTA NEWS— Gadis asal Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berusia 23 tahun Aminah Firasintha yang lahir  11 Oktober 1999, saat  ini sedang melanjutkan studi strata dua (S2) di Czech University of Life Sciences di Praha, ibukota negara Republik Cekoslowakia. Di negeri Eropa Timur yang indah dan nyaman. Dia mendapat beasiswa mahasiswa    ke luar negeri dari Pemerintah Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Tahun 2023 bersama tiga mahasiswa lainnya.

Mereka dilepas oleh Gubernur  NTB Dr. Zulkieflimansyah pada acara malam dinner “Beasiswa Award”. Selain Fira yang ke Ceko, tiga mahasiswa lainnya berangkat ke Jepang, Polandia dan Malaysia. Mereka dipilih tidak hanya  karena prestasi akademik saja, tetapi mereka aktif di kegiatan kemasyarakatan dan berprestasi pula. “Saya ingin memotivasi generasi muda NTB agar membangun daerahnya melalui perkuatan pendidikan yang bermutu,” papar Gubernur memberi alasan mengapa ia sangat perhatian memberi beasiswa pendidikan strata lanjutan ke luar negeri.

Gadis mungil  Fira, panggilan akrab Aminah Firasintha ternyata ketika lahir dalam keadaan prematur. .  Ternyata gadis cerdas ini sewaktu lahir dalam keadaan prematur. Usia kandungan ibunya hanya 6 bulan 2 minggu saja. Berat tubuhpun termasuk kategori kecil. Bayi Fira hanya berbobot 1, 9 kilogram. Karena itu, Fira pernah merasakan tumbuh dalam mesin inkubator. Lazimnya bayi normal lahir pada usia kandungan seorang ibu selama  9 bulan 10 hari.

Lulusan Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Hutan Tahun 2022 ini adalah bungsu  dari tiga bersaudara kandung. Dia tumbuh dan besar dalam keluarga  pendidik khususnya Pendidikan Islam. Sang kakek H. Usman Ali (alm) adalah pejabat Kantor Agama Kabupaten Dompu asal Bima. Saat pensiun pernah menjabat sebagai legislator daerah. Almarhum juga sering mengajarkan ngaji Al Qur’an  di kampung, Sigi, Desa Karijawa, Kabupaten Dompu. Kalau neneknya Fira orang Dompu berdarah Bugis, Selayar.

Sedangkan ibu dan bapaknya juga  profesi pendidik. Bahkan, ibunya Hj. Fifi Faridah MPd adalah dosen yang pernah menjuari MTQ tingkat anak se Kabupaten Dompu pada era awal 1980-an dan jawara qoriah mahasiswa  tahun 1990 an di IKIP Ujung Pandang, Propinsi Sulawesi Selatan. Selanjutnya ikut MTQ Mahasiswa tingkat nasional di Banjarmasin Tahun 1990, walau belum beruntung sebagai jawaranya.

Gadis mungil yang sering meraih prestasi gemilang sebagai juara kelas ini, sejak dini pendidikannya digeluti dalam suasana pendidikan agama islam.  Dimulai dari MI dan MTs di Bima. Selanjutnya menapaki  pendidikan menengah atas di Madarasah Aliyah Negeri Model Mataram. Dan, gadis mungil yang hobi menari juga  merambah alam ini lulus terbaik pada Tahun 2018 dan lolos tes di Universitas Negeri Mataram, NTB. Bahkan di Unram pun, Fira yang bercita-cita menjadi akademisi dan periset handal itu, berhasil lulus terbaik di Fakultasnya dengan predikat akademik cum laude (predikat terbaik).

Selain prestasi akademik, banyak prestasi lain yang juga berhasil diraih. Anak yang lahir prematur ini ternyata gemulai bila menari. Dia senang menari sejak kecil. Fira juga ternyata pernah menjadi Duta Genre Propinsi NTB Tahun 2020/21 berpasangan dengan Fadly Dwiansyah.

Selama menjadi duta Genre, dia bersama komunitasnya sering menyuarakan kepiluan hati gadis-gadis remaja suku Lombok yang sering dipaksa nikah oleh keluarga  dibawah usia perkawinan. Goal yang mengharukan dari perjuangan mereka  ketika itu adalah saat  DPRD Propinsi NTB bersama  Gubernur NTB menandatangani Perda Larangan bagi Kepala Desa merekomendir perkawinan dibawah usia yang sudah diketuk palu  pada Tahun 2021 lalu.

Bakat akademisi sudah terlihat sejak gadis mungil dengan zodiak Libra ini memasuki smester 6 di Unram.  Dia dipercaya oleh dosen ilmu biologi sebagai co assisten (co ass) dosen. Sering mengikuti seminar nasional dan internasional  riset hasil hutan. Pernah meraih juara pidato berbahasa Inggris. Bahkan pernah menjadi penyiar TV BKKBN. “Memang anak bontot ini sangat santun dan taat beribadah. Dia senang diskusi dengan topik-topik keluarga,”   terang umi Vidha, panggilan akrab  mama tercinta oleh teman-teman  majelis pengajian di Bima.

Sejak kecil memang Fira tumbuh dalam keluarga yang sederhana dan taat menjalankan ibadah. Kalaupun dalam kehidupan keseharian pernah ada persoalan dalam hubungan keluarga, umi Vida punya kiat jitu  mengatasinya. “Saya coba menyembunyikan suasana pahit getir keluarga kepada anak-anak, agar mereka tumbuh bijak, cerdas dan memiliki attitude yang baik,” demikian alasan sang ibunda menjelaskan kepada Jayakarta News lewat telepon selular.

Pengalaman pahit getir perjuangan sang bayi prematur Fira ternyata amat penuh warna. Tidak hanya semata cetak prestasi dan bergelimang suka saja. Dia bahkan ketika di Bandara Soekarno Hatta di terminal 3 Penerbangan Internasional awal Tahun 2023 mengaku mendapat info bahwa biaya kuliah di luar terlalu ‘ngepas’ istilah seniornya di Praha. Walau begitu,  dia tetap bertekad kuat untuk berangkat. “Jadi pencunci piringpun saya siap di negeri orang demi cita-citaku,” tegas Fira dengan tekad optimis dan bersyukur  apa yang dia doakan terkabul karena sudah dapat kegiatan menjadi pengajar Taman Kanak-kanak di dekat asrama kampusnya di Praha, Cekoslowakia.

Sempat juga ada pengalam tragis yang mengejutkan keluarga besar Fira dalam sejarah perjalanan hidupnya. Kala itu terjadi gempa bumi besar yang mengguncang daratan Pulau  Lombok pada Tahun 2018 lalu. Lini berkekuatan  diatas 6 skala Ritcher itu memporak-porandakan sebagian besar Pulau Lombok terutama di daratan Lombok Timur dan Tengah. Tidak terkecuali di kawasan Gunung Rinjani. Sempat ada beberapa spot lereng gunung yang longsor. Ketika itu, pendakian Gunung Rinjani lagi ramai-ramainya. Termasuk sekelompok mahasiswa Unram yang sedang melakukan riset hutan disana. Saat yang sama ada beberapa mahasiswa manca negara ikut mendaki. Salah satunya mahasiswi dari Malaysia.

Fira sempat terjatuh dan terjebak dalam longsor bersama rekan mahasiswa termasuk salah satu mahasiswi Malaysia yang akhirnya menjadi korban tewas karena tertimpa tumpukan batu dan pasir. Lagi-lagi Fira masih diberi keberuntungan hidup walau sempat dua hari diantara reruntuhan. Allah swt masih sayang sama Fira. Sang Pemilik Kehidupan masih ingin melihat Fira  bisa mendarmabhaktikan hidupnya untuk sesuatu yang lebih besar lagi bagi sesama. Semoga Aminah Firashinta sabar dan selalu semangat menapak asa yang terpapar luas dihadapanmu bak hamparan lautan biru di samudra luas. (nat)    

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version