Connect with us

Feature

Talent School, Menyenangkan dan Ramah Anak

Published

on

Kiri: Yunus memimpin hadirin menyayikan lagu Indonesia Raya. Tengah: Resa: nembang Mocopat. Kanan: Monolog Daniel "Langkah Kakiku Kokoh". (foto: Ernaningtyas)

JAYAKARTA NEWS – Pagi itu, Sabtu (15/6) angkasa di atas Sleman tampak biru. Beberapa gumpalan kecil awan putih tak mampu menghalangi sinar matahari yang kuat memancar dari ufuk timur. Langit cerah, secerah wajah para anak dan remaja yang datang bergantian ke Omah Daren Coffee and Resto yang terletak di kawasan Turi, Sleman, Yogyakarta. Di resto milik gitaris Piyu Padi ini, siswa-siswi sekolah Talent School merayakan Tutup Tahun Ajaran 2023-2024.

Pendapa besar di bagian belakang kompleks resto menjadi tempat perayaan. Pada dinding kayu di belakang panggung dipasang selembar kain warna hitam, menutupi hampir seluruh permukaan. Di tempat itu tertempel foto-foto kegiatan setiap siswa yang sekaligus berfungsi sebagai latar belakang. Berderet-deret kursi dan meja ditata menghadap ke panggung. Tiga sisi pendapa terbuka, tak berdinding. Angin sepoi-sepoi   berembus, menambah sejuknya suasana.

Di bagian pojok tiga meja panjang ditata berbentuk huruf U. Di atasnya sejumlah karya siswa dipamerkan. Ada lukisan, peta, Eco Enzyme dan lilin dari minyak jelantah. “Semua ini hasil karya anak-anak yang dikerjakan bersama-sama,” tutur Thomas Hartanto Wahjusuprobo, Kepala Sekolah Talent School.

Keluarga besar Talent School. (foto: Ernaningtyas)

Di Talent School, kata Thomas, siswa siswi dibimbing untuk merawat lingkungan. Ada kegiatan yang memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi sesuatu yang berguna seperti membuat Eco Enzyme yang berbahan dasar kulit buah atau batang sayuran yang biasanya dibuang ke tempat sampah, juga membuat lilin dari minyak jelantah. Ada pula kegiatan berkebun dengan memanfaatkan Eco Enzyme sebagai pupuk.

Pagi itu semua siswa hadir bersama orang tua atau keluarganya. Pada acara perayaan tutup tahun itu, setiap anak tampil di panggung, baik sendiri maupun bersama-sama. Pada pembukaan acara, Muhammad Yunus Khoirusyam, siswa kelas XI, tampil memimpin hadirin menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Senang Bersekolah

Semua siswa siswa Talent School yang berjumlah enam orang itu mengaku senang sekolah di tempat ini. Muhammad Yunus Khoirusyam yang biasa dipanggil Yunus misalnya, ia senang sekolah di Talent School karena dekat dengan alam, ada pelajaran berkebun. Ia pun suka menggambar. Semua minat dan bakatnya ini mendapatkan penyaluran. Pada acara tutup tahun itu Yunus juga tampil membawakan mocopat atau tembang Jawa.

Quinncy Rahma Allam, akrab disapa Quinncy, hadir berbusana kebaya warna hijau muda. Ia membawakan puisi dengan judul “Berilmu”. Puisi yang ia comot dari internet itu bercerita tentang sekolah yang menjadi tempatnya menimba ilmu. “Di sinilah sekolah, di sinilah mimpiku lahir, di sinilah bakatku ditemukan, dan sinilah aku memulai sebuah harapan…,” paparnya saat tampil berpuisi. Saat ditanya mengapa memilih Talent School untuk SMP-nya, Quincy menjawab, “Aku senang sekolah di sini, enak sekolahnya,” tuturnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Seluruh siswa Talent School menyanyikan lagu “Aku Melangkah Lagi”. (foto: Ernaningtyas)

Yohana Easter Agaviera de Fretes juga mengungkapkan bahwa ia memilih Talent School karena sekolah di tempat ini menyenangkan. Kakak Yo, demikian sapaan akrabnya, adalah siswa online. Ia tinggal di Jakarta. Sekolah SMA-nya tetap memberinya kebebasan untuk beraktivitas. Ia penari balet, mengajar murid-murid di sekolah balet sekaligus aktif melakukan pelayanan. “Saya senang sekolah online di Talent School karena bisa sekolah sambil mengembangkan talenta,” tuturnya.

Pada acara tutup tahun itu, Kakak Yo mempersembahkan sebuah tarian balet.  Tubuhnya lentur meliuk-liuk mengikuti irama musik. Ia membawakan tarian dengan penuh penghayatan. Para hadirin pun terpukau dan bertepuk tangan di akhir gerakan baletnya. Kakak Yo berharap banyak anak yang bisa bergabung ke Talent School agar mereka bisa mengembangkan talenta yang mereka miliki. Selain menari balet, kakak Yo pun tampil berpidato dalam bahasa Inggris, juga unjuk kebolehan menyanyi sambil bermain keyboard.

Marco membawakan lagu “Antara aku kamu dan samudra”. (foto: Ernaningtyas)

Tidak Ada Buly

Marco Sony Andre, siswa kelas X pun mengaku bahwa Talent School adalah sekolah yang menyenangkan. “Sekolah di Talent school bebas, leluasa, semua akrab dan ramah, juga tidak ada buly,” kata Marco, demikian ia biasa dipanggil. Pada acara tutup tahun itu Marco tampil menyanyikan lagu berjudul “Antara Aku, Kamu dan Samudra”.

Muhammad Resa Juliawan pun mengamini teman-temannya. Ia pun merasa senang sekolah di Talent School sejak kelas 1 SMP.  Kini ia telah duduk di bangku kelas XI dan tahun depan ia naik ke kelas XII. “Saya senang di Talent School karena lebih luas pembelajarannya, bisa bermain, bisa berkebun dan tidak stres,” katanya memberikan alasan. Siswa yang bercita-cita menjadi tentara ini merasakan bahwa setiap pribadi baik guru maupun kawan-kawan yang ia temui di sekolah semua ramah. Resa tampil membawakan tembang mocopat. Ia berbakat menyanyi. “Terima kasih bu Sri yang telah menemani Resa menyanyi di rumah,” kata Elda Chrystie, seorang guru pendamping yang saat itu menjadi pembawa acara.

Kiri: Bu Dian berpuisi. Tengah: Quinncy berpuisi. Kanan: Daniel bermonolog “Langkah Kakiku Kokoh”. (Foto: Ernaningtyas)
Kakak Yo berpidato dalam bahasa Inggris (kiri) dan menari balet (kanan). (foto: Ernaningtyas)

Samara, murid paling kecil di Talent School pun merasakan senang dan betah belajar di sekolah. Sang bunda, Mama Yanti, menyatakan bahwa buah hatinya itu pernah mendapatkan perlakuan buli akibat terlambat bicara. Karenanya, ia menghindari sekolah yang muridnya banyak dan semua siswa mesti belajar secara seragam. “Di Talent School, setiap siswa diperhatikan. Setiap kali anak saya bad mood ada kawan-kawan yang memberikan perhatian. Demikian pula sebaliknya, Samara juga menjadi tandem yang membuat gembira kawannya yang sedang bad mood. Talent School ini ramah anak,” tuturnya. Mama Yanti menambahkan bahwa di Talent School ini, setiap anak berlajar sesuai kebutuhannya.

Eco Enzyme, lilin minyak jelantah dan peta karya siswa. (foto: Ernaningtyas)
Quinncy menunjukkan lilin minyak jelantah karyanya. (foto: Ernaningtyas)

“Hidup Sejati”

Selain anak-anak, dua orang dewasa juga unjuk kebolehan. Bu Dian, seorang guru pendamping tampil membawakan puisi berjudul “Hidup Sejati”. Beberepa kalimat dalam puisi menyemangati anak-anak dalam menggapai masa depannya, yakni: Berani menjadi diri sendiri, tak sekadar menjadi foto kopi, jadikan hidup berarti untuk sesama yang kau jumpai.

Daniel, seorang seniman film dari sekolah akting “Bravo” juga hadir dan menampilkan bakatnya. Ia bermonolog dengan judul “Langkah kakiku kokoh”. Suaranya kadang keras menghentak, kadang pula lembut dengan intonasi yang tetap terjaga. Ia bercerita tentang masa kanak-kanak yang tergerus oleh jaman. Kelak, ia akan berkolaborasi dengan Talent School untuk mengembangkan bakat anak di kancah akting dan film.

Di akhir acara seluruh siswa siswi tampil diiringi musik karaoke menyanyikan lagu “Aku Melangkah Lagi”. Semua anak berganti kostum, sesuai pilihan masing-masing. Ada yang mengenakan kostum ilmuwan, montir, dalang, pramugari, guru dan penari balet. “Semua baju yang dipakai anak-anak adalah melambangkan profesi yang membantu orang lain.” Kata Mama Elda, sapaan Elda Chrystie. (Ernaningtyas)

Suasana tutup tahun Talent School. (Foto: Ernaningtyas)
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *