Connect with us

Kolom

Sejarah Peradaban Jawa Kuno: Dari Salakanegara hingga Mataram

Published

on

Ilustrasi

JAYAKARTA NEWS – Pulau Jawa, yang dikenal sebagai pusat kebudayaan dan peradaban di Indonesia, memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak masa prasejarah.

Peradaban Jawa Kuno mencakup periode yang luas, mulai dari zaman kerajaan-kerajaan awal hingga era kerajaan besar seperti Mataram. Melaui tulisan ini kita akan menelusuri perjalanan sejarah peradaban Jawa Kuno, mengamati perkembangan politik, sosial, dan budaya yang terjadi selama berabad-abad.

Salakanegara: Awal Peradaban Jawa Kuno
Salakanegara dianggap sebagai kerajaan pertama di Jawa yang berdiri pada abad ke-2 Masehi. Kerajaan ini terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Pandeglang, Banten.

Berdasarkan catatan sejarah, pendiri Salakanegara adalah Aki Tirem, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dewawarman I. Kerajaan ini dikenal melalui catatan yang sangat terbatas, namun dianggap penting karena menjadi cikal bakal peradaban di wilayah Jawa Barat.

Tarumanagara (358–669 M)
Kerajaan Tarumanagara adalah salah satu kerajaan tertua di Jawa, berdiri pada abad ke-4 Masehi. Raja yang terkenal dari kerajaan ini adalah Purnawarman, yang memerintah pada awal abad ke-5.

Tarumanagara dikenal melalui berbagai prasasti yang ditemukan di Jawa Barat, seperti Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, dan Prasasti Kebon Kopi. Prasasti ini mencatat berbagai kegiatan keagamaan dan proyek pembangunan infrastruktur, seperti penggalian kanal untuk irigasi, yang menunjukkan kemajuan dalam teknologi dan administrasi pada masa itu.

Kerajaan Sunda dan Galuh (669–1579 M)
Setelah runtuhnya Tarumanagara, muncul dua kerajaan besar di Jawa Barat, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kerajaan Sunda, yang berdiri di sekitar abad ke-7, memiliki ibu kota di Pakuan Pajajaran (sekarang Bogor). Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Kerajaan Galuh, yang berpusat di Ciamis, sering disebut bersamaan dengan Kerajaan Sunda sebagai Kerajaan Sunda-Galuh, menunjukkan adanya persatuan dan kerja sama di antara kedua kerajaan ini.

Kerajaan Kalingga (6–7 M)
Kerajaan Kalingga, yang diperkirakan berdiri pada abad ke-6 hingga ke-7 Masehi, terletak di wilayah Jawa Tengah, tepatnya di sekitar Pekalongan dan Jepara. Raja yang terkenal dari Kalingga adalah Ratu Shima, yang dikenal dengan ketegasannya dalam menegakkan hukum. Kalingga merupakan salah satu kerajaan penting yang memperkenalkan pengaruh Hindu-Buddha di Jawa dan menjadi pusat pembelajaran agama serta kebudayaan.

Kerajaan Mataram Kuno (752–1045 M)
Kerajaan Mataram Kuno, atau dikenal juga sebagai Kerajaan Medang, adalah salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh di Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Sanjaya pada abad ke-8 dan mengalami dua dinasti utama, yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Salah satu raja terkenal dari Dinasti Syailendra adalah Rakai Pikatan, yang menikah dengan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra, menyatukan kedua dinasti ini.

Candi Borobudur dan Prambanan
Pada masa Kerajaan Mataram Kuno, dibangun dua candi besar yang menjadi bukti kemegahan peradaban Jawa Kuno. Candi Borobudur, yang dibangun pada abad ke-9 oleh Dinasti Syailendra, adalah salah satu candi Buddha terbesar di dunia.

Candi ini terdiri dari sembilan tingkat dan memiliki ribuan panel relief yang menggambarkan ajaran Buddha. Di sisi lain, Candi Prambanan, yang dibangun pada abad ke-10 oleh Dinasti Sanjaya, adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, yang didedikasikan untuk Trimurti: Brahma, Wisnu, dan Siwa.

Kerajaan Kediri (1042–1222 M)
Setelah runtuhnya Mataram Kuno, muncul Kerajaan Kediri di Jawa Timur, yang didirikan oleh Airlangga. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan. Pada masa pemerintahan Jayabaya, Kediri mencapai puncak kejayaannya. Jayabaya terkenal dengan ramalannya, yang menjadi pedoman bagi masyarakat Jawa hingga saat ini. Kerajaan Kediri juga dikenal melalui berbagai karya sastra, seperti Kakawin Bharatayuddha dan Kakawin Arjunawiwaha.

Kerajaan Singhasari (1222–1292 M)
Kerajaan Singhasari didirikan oleh Ken Arok pada abad ke-13 setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri. Kerajaan ini mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Kertanegara, yang bercita-cita menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Singhasari.

Kertanegara juga mengirimkan ekspedisi Pamalayu ke Sumatra untuk memperluas pengaruh kerajaan. Namun, masa kejayaan Singhasari berakhir ketika Jayakatwang, raja Kediri yang dihidupkan kembali, berhasil merebut kekuasaan.

Kerajaan Majapahit (1293–1527 M)
Setelah runtuhnya Singhasari, berdirilah Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya pada akhir abad ke-13. Majapahit dikenal sebagai kerajaan terbesar di Nusantara dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan patihnya, Gajah Mada.

Pada masa ini, Majapahit berhasil menyatukan wilayah Nusantara melalui Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada. Kejayaan Majapahit tercermin dalam karya sastra Nagarakretagama dan Pararaton, serta peninggalan arsitektur seperti Candi Penataran dan Candi Tikus.

Masa Kemunduran Majapahit dan Bangkitnya Kerajaan Islam
Setelah wafatnya Hayam Wuruk, Majapahit mulai mengalami kemunduran akibat konflik internal dan serangan dari luar. Pada abad ke-16, pengaruh Islam mulai menyebar di Jawa, yang ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Kesultanan Demak. Runtuhnya Majapahit pada tahun 1527 menandai berakhirnya era kerajaan Hindu-Buddha di Jawa dan awal dari era kerajaan Islam.

Kerajaan Mataram Islam (1587–1755 M)
Kerajaan Mataram Islam didirikan oleh Panembahan Senopati pada akhir abad ke-16 di wilayah Yogyakarta. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Agung, yang berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga hampir seluruh Jawa.

Sultan Agung juga dikenal sebagai raja yang menggabungkan kebudayaan Hindu-Buddha dengan Islam dalam pemerintahan dan kebudayaan Mataram. Kerajaan ini akhirnya terpecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta pada tahun 1755 melalui Perjanjian Giyanti.

Sejarah peradaban Jawa Kuno menunjukkan kekayaan budaya dan kompleksitas politik yang berkembang selama berabad-abad. Dari kerajaan-kerajaan awal seperti Salakanegara dan Tarumanagara hingga kemegahan Majapahit dan Mataram, peradaban Jawa Kuno memberikan kontribusi besar dalam pembentukan identitas dan kebudayaan Jawa yang kita kenal hari ini. Melalui peninggalan arkeologis, prasasti, dan karya sastra, kita dapat memahami lebih dalam tentang perjalanan panjang sejarah yang membentuk peradaban Jawa Kuno. (Heri)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *