Connect with us

Kabar

Puisi dengan Pola Ucap Liar, Lugas, Bodoh

Published

on

“Trilogi Teka-Teki Titik Nol” di Sastra Bulan Purnama

YOGYAKARTA, JAYAKARTA NEWS – Penyair yang tinggal di Lendah Kulonprogo, Yogyakarta, Marjuddin Suaeb, akan membacakan karya puisinya. Puisi-puisi penyair berusia 69 tahun itu, terhimpun dalam buku terbarunya, ‘Trilogi Teka-Teki Titik Nol’.

Acara berlangsung Rabu, 15 Maret 2023, pukul 15.00 WIB di Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya, Jl. Parangtritis, Panggungharjo, Kec. Sewon, Kabupaten Bantul (timur Piramid atau depan SMA N 1 Sewon).

Marjuddin menulis puisi sejak tahun 1970-an. Waktu itu, ia tergabung dalam Persada Studi Klub yang diasuh Umbu Landu Paranggi. Puisi-puisi Marjuddin dipublikasi di sejumlah media cetak, pada masa itu. Ia adalah alumni IKIP Negeri Yogyakarta, sekarang UNY.

“Puisi merupakan salah satu produk budaya. Puisi juga merupakan alat komunikasi kreatif, catatan pengalaman empirik, sekaligus respon terhadap peristiwa puitik dari seorang penyair”, kata Marjuddin.

Di era media sosial sekarang ini, Marjuddin tambah produktif menulis puisi. Karya-karyanya diikutkan dalam antologi puisi bersama penyair Indonesia lainnya. Yang unik, ia menulis puisi-puisinya di layar handphone. ”Saya tidak lincah menulis menggunakan laptop, lebih cepat pakai HP,” kata Marjuddin.

Buku puisinya terbarunya, “Trilogi Teka-Teki Titik Nol” memuat 69 karya, diterbitkan oleh Tonggak Pustaka. Penerbit Yogya yang khusus memfasilitasi para penyair menerbitkan buku puisi atau karya sastra lainnya.

“Sejak tahun 2016 sampai sekarang sudah lebih dari 60 buku diterbitkan Tonggak Pustaka dan kebanyakan buku puisi,” ujar Indro Suprobo, editor Tonggak Pustaka.

Tidak Sendiri

Marjuddin tidak akan membacakan puisinya sendiri, tetapi akan tampil para pembaca lain. Mereka adalah Heru Marwata (FIB UGM), Dhanu Priyo Prabowo (peneliti sastra), Fauzi Absal (penyair), Iranda Yudatama (aktivis LSM). Selain mereka akan tampil pula Dwi Winarno, Deni Saputra, Hisyam Billya, Khoirunnida, dan Vivin Rachmawati. Selain dibacakan, Yupi akan menggubah dua puisi Marjuddin menjadi lagu.

“Syam Chandra, penyair yang setiap membaca puisi selalu melempar uang atau barang lainnya kepada penonton akan ikut tampil membacakan puisi Marjuddin,” ujar Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama.

Fauzi Absal, penyair teman karib Marjuddin melihat puisi-puisi Marjuddin ibarat Abunawas. Puisi-puisi Marjuddin mempunyai pola ucap liar, lugas, bodoh, yang seperti kabut menyelimuti kewarasan intelektualnya.

Sedang Genthong Hariono, seorang aktor dan penulis naskah teater mengatakan, membaca antologi puisi Trilogi Teka Teki-Titik Nol, kita akan dikejutkan oleh pemakaian kata dan gramatika yang kurang lazim.

“Jangan menyerah, selami rahasia ratna mutu manikam yang tersembunyi di baliknya,” ujar Genthong Hariono. (pr) 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *