Ekonomi & Bisnis

Merahnya Kawasan Glodok

Published

on

KAWASAN Glodok, dari dulu hingga kimi, memang terkenal dengan pecinannya. Ya, sejak zaman Jakarta bernama Batavia, kawasan ini selalu diserbu masyarakat keturunan Tionghoa, terlebih menjelang Imlek. Kini, masyarakat keturunan Tionghoa menyerbu kawasan Petak Sembilan, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat. Tujuannya mencari pernak-pernik untuk perayaan Imlek. Praktis, kawasan ini pun berubah menjadi warna merah.

Dahulu itu….

Menurut budayawan Betawi, Ridwan Saidi, Glodok memang menyimpan banyak sejarah. Betapa tidak, kawasan yang kini menjadi pusat bisnis ini, dulunya merupakan bekas tempat isolasi kaum Tionghoa. Namun, kini Glodok menjadi kawasan Pecinan dan sebagai pusat perdagangan.

Seperti Pasar Petak Sembilan. Pasar ini, dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian kering dan bagian basah. Bagian basah terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, dan daging. Sedangkan untuk bagian kering, terdapat ragam jenis kue, permen, camilan.

Menyusuri Pasar Petak Sembilan, terdapat sebuah kelenteng yang bisa dikatakan sebagai kelenteng tertua yang berada di kawasan Jakarta. Terletak di Jalan Kemenangan III, kelenteng Dharma Bhakti didirikan pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen yang dahulunya diberi nama Koan-Im Teng.

Kelenteng ini merupakan salah satu dari empat kelenteng besar yang berada di bawah pengelolaan Kong Koan atau Dewan Tionghoa. Keempat kelenteng itu adalah Kelenteng Goenoeng Sari, Kelenteng Toa Peh Kong (di Ancol), Kelenteng Jin De yuan sendiri serta kelenteng Hian Thian Shang Te Bio di Tanah Tandjoeng (sekarang sudah musnah).

Kini, seluruh mata terfokus ke Glodok, sepanjang jalan terpajang lampion, aksesoris, dan berbagai pernak-pernik termasuk camilan khas Imlek. Aksen warna merah pun terpancar jelas, begitu pula dengan aroma hio dan bakar-bakaran dari setiap toko, menjadi daya tarik sebuah Petak Sembilan. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version