Kabar

Menemu-Kenali Ajaran Ki Hadjar Dewantara

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Neng Ning Nung Nang, sesanti yang ditinggalkan Ki Hadjar. Dalam diam (meneng) akan mendapatkan ketajaman nurani (wening) akan dimampukan (kasinungan) untuk mendapatkan kemenangan (menang). Spirit ajaran yang mengedepabkan “etos” dan “etis”. Pendidikan merupakan dasar bagi terbentuknya karakter anak bangsa, yang kelak akan menjadi penerus keberadaan negri Indonesia.

Sejarah telah mencatat, Ki Hadjar Dewantar dengan Taman Siswa telah meletakan dasar pendidikan yang berkebudayaan. Menemu kenali ajaran Ki Hadjar untuk “mengkinikan” dengan kebudayaan pada masa kekinian menjadi penting. Panitia satu abad Taman Siswa memanggil seluruh elemen bangsa untuk terlibat dengan segala ide dan gagasan dalam rangka untuk membangun bangsa. Sigit Sugito sebagai salah satu pengagas peringatan satu abad Taman Siswa akan menyelengarakan diskusi zoom pada tanggal 2 Mei 2021.

Diskusi tersebut akan diselenggarakan secara reguler, sampai pada tanggal 3 Juli 2022 tepat usia perguruan Taman Siswa berusia 100 tahun. Sigit Sugito menambahkan, bahwa acara tersebut digagas untuk menemu kenali ajaran Ki Hadjar, bukan mengkultuskan Ki Hadjar Dewantara. Menurut Pamuji Raharja, sebagai ketua panitia “pendidikan sebagai akar membangun bangsa harusnya berlandaskan dari jati diri bangsa, dan Ki Hadjar telah meletakan sejak tanggal 3 Juli 1922 dengan mendirikan Taman Siswa,”

Diskusi akan diikuti oleh berbagai tokoh yang menaruh keprihatinan terhadap kondisi bangsa yang penuh dengan intrik sehingga lupa akan jati diri bangsa. Untuk tanggal 2 Mei 2021, akan menghadirkan: Prof Endy Suandi Hamid (Rektor UWM), Prof Purwo Santoso (Rektor UNU), Prof Supriyaka (Direktur Pasca Sarjana UST) dan Dr. Saryana. MSi (Rektor UGK).

Setiap tanggal 2 Mei, seluruh warga negara Indonesia selalu memperingati “Hari Pendidikan Nasional” yang disingkat “Hardiknas”. Penentuan tanggal 2 Mei sebagai “Hari Pendidikan Nasional”, merupakan penghormatan pemerintah kepada tokoh bangsa yang telah meletakan dasar pendidikan di negeri ini.

Raden Mas. Soewardi Soerjaningrat, nama pemberian dari ayahnya yang merupakan kerabat Kadipaten Puro Pakualaman. Soewaedi lahir tepat pada tanggal 2 Mei 1889, dari seorang ayah yang bergelar Pangeran Soerjaningrat (Ayah), dan Ibu yang bernama Raden Ayu Sandiah. Kelak ketika dewasa dikenal  dengan Ki Hadjarrge Dewantara. Salah satu tokoh bangsa, yang aktif dalam pergerakan untuk melawan penjajahan.  

Bersama dengan tokoh bangsa yang lain Ki Hadjar aktif dalam pergerakan untuk melawan penjajah. Pernah tergabung dengan organisasi Boedi Utama diseksi propaganda, dengan memberikan pemahaman pentingnya persatuan untuk mengusir penjajah. Bersama dua tokoh bangsa: Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoema mendirikan Indische Partai pada tahun 1912. Indische Partai, tercatat sebagai partai yang memberikan ruang bagi tumbuhnya ide dan gagasan kelas menengah menuju kepada kemerdekaan.

Jiwa pergerakan Ki Hadjar seakan terus tumbuh, pada tahun 1913 mendirikan komite Boemi Poetra. Komite tersebu  dibentuk untuk menyalurkan kritik terhadap penjajah. Dalam komite Boemi Poetra Ki Hadjar menyampaikan kritik terhadap penjajah dengan tulisan yang berjudul berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor en (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga)

Akibat dari gerakan  melawan penjajah, pembuangan ke negri  kincir angin oleh pihak Belanda merupakran ganjaran yang harus diterima oleh Ki Hadjar. Dalam  pengasingannya  ke negri Belanda Ki Hadjar berkesempatan mendalami hal pengajaran dan pendidikan. Perjumpaannya dengan beberap cendikiawan “barat” memberikan pengalaman yang sangat berarti. Pertemuannya dengan tokoh cendikiawan India Rabrendatan Tagore dan pemikiran tokoh pendidikan italia Maria Montessori semakin meyakinkan Ki Hadjar tentang arti pentingnya pendidikan.

Setelah pulang dari pengasingan, Ki Hadjar suntuk dengan ide dan gagasan untuk meletakan dasar pendidikan sebagai bagian dari upaya perjuangan. Pendidikan yang disemai oleh Ki Hadjar, pendidikan yang berakar dari kebudayaan asali. Dari konsep itulah pendidikan akan menumbuhkan etos juga etik, sehingga akan menumbuhkan sisi nasionlisme.

Tepat pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hadjar mendirikan perguruan “Taman Siswa”, perguruan yang mengedepankan sistem “among”. Dengan konsep tersebut pendidikan yang dilaksanakan di Perguruan Taman Siswa, memberikan “kebebasan” kepada peserta didik untuk  menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri, kreativitas dan aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik. (ss)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version