Feature

Ketua Prodi KPI Universitas PTIQ Ahmad Fahrudin Bicara Tiga Kompetensi yang harus Dimiliki Mahasiswa Komunikasi

Published

on

JAYAKARTA NEWS— Rambutnya kian memutih. Tanda usia tidak muda lagi.  Tetapi semangatnya  dalam belajar, menuntut ilmu  dan olah pikir masih sangat tinggi. Bahkan kadang seperti aktivis mahasiswa.

“Ritual saya hampir setiap hari, setelah shalat subuh, membaca Al-Qur’an, dan langsung sarapan pagi dengan cara duduk di depan komputer untuk membaca, menulis, mengedit dan sejensinya” ujar Ahmad Fahrudin, Ketua Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas PTIQ Jakarta, tanpa bermaksud menyombongkan diri atau ria.

Ditemui di kampus PTIQ belum lama ini, Ahmad Fahrudin, yang biasa disapa Abah oleh koleganya, banyak berbicara seputar Prodi KPI Universitas PTIQ. Menurutnya, mahasiswa sudah berada di jalur yang benar (on the track) dengan studi atau memilih Prodi KPI.

Alasannya, karena saat ini semua aspek kehidupan tidak terlepas dari komunikasi yang berbasis teknologi digital, termasuk urusan dakwah. Oleh karena itu, ungkap mantan jurnalis ini, jika mahasiswa ingin meraih sukses karir di masa depan, penguasaan pengetahuan dan teknologi digital merupakan suatu keniscayaan.

Ditanya, apa capaian target studi Prodi KPI Universitas PTIQ, mantan Ketua KPU Jakarta Selatan dan anggota Bawaslu DKI Jakarta ini mengaku tidak muluk-muluk. Ahmad Fahrudin yang juga  alumni Prodi KPI PTIQ, menyebut tiga kompetensi yang diharapkan terwujud pada diri setiap mahasiswa KPI,  yakni: pertama, kompetesi lisan (berpidato atau ceramah) di depan khalayak, Kedua, kompetensi qalam (menulis berita, opini, feature, dll)  dan ketiga kompetensi dalam membuat dan memproduksi konten-konten kreatif untuk berbagai kebutuhan manusia modern.

Ketua Prodi KPI Universitas PTIQ Ahmad Fahrudin /foto: istimewa

Menurutnya peluang karir di bidang komunikasi sangat terbuka lebar bagi mahasiswa Prodi KPI. Salah satu penyebabnya, karena berkarir di bidang komunikasi tidak terlalu melihat latar belakang Perguruan Tinggi (umum atau agama) ataupun Prodi.

“Dari perguruan tinggi atau bidang studi apapun, manakala seseorang mempunyai kompetensi di bidang komunikasi dapat  berkarir di instansi pemerintah atau swasta, bahkan bisa menjadi politisi, pengusaha atau dai/daiyah yang sukses,”  ungkapnya. Seraya memberi contoh sejumlah dai dan daiyah sukses karena mampu memanfatkan tekonologi digital dan media sosial sebagai media dakwah.

Managing Editor Jurnal Demokrasi yang diterbitkan Kesbangpol DKI  dan Reviewer Jurnal Ilmiah yang diterbitkan Bawaslu DKI Jakarta, menyebut dari sisi kurikulum, Prodi  KPI Universitas PTIQ sudah standar dengan perguruan tinggi lainnya. Pun demikian, dari sisi dosen atau pengampu mata kuliah rumpun komunikasi cukup andal karena paduan antara akademisi dengan praktisi.

Ia menyebut sejumlah dosen Prodi KPI PTIQ. Antara lain Tubagus Wahyudi (motivator nasional), Topikurohman (akademisi dan praktisi dakwah), Mustafa Helmi (jurnalis senior mantan wartawan Tempo), Ellys Lestari Pambayun (akademisi dan praktisi komunikasi), Yusron Syarif (praktisi televisi), Edy Koko (praktisi radio), dan lain-lain.

Ahmad Fahrudin yang ketika masuk PTIQ  bercita-cita menjadi qari dan berubah haluan menjadi jurnalis dan penggiat demokrasi memberikan sedikit bocoran kiat bagi mahasiswa KPI PTIQ manakala ingin sukses dalam studi dan karir. Di antaranya  yang tidak bosan-bosannya ia sampaikan kepada mahasiswa adalah harus rajin membaca, diskusi, seminar.

Selain itu, karena komunikasi merupakan suatu ilmu yang mengandung dimensi teori dan praktik,  maka latihan atau praktik dalam berpidato, menulis, atau membuat konten kreatif, harus dilakukan, baik di dalam kelas dengan bimbingan dosen maupun secara otodidak. Capaian akhirnya adalah lulusan Prodi KPI PTIQ memiliki standar keilmuwan dan kompetensi komunikasi memadai yang berbasis pada etika dan karakter Qur’ani. (Intan Fitriani)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version