Feature

“Ketimbang Ngemis”

Published

on

SATU lagi wujud kreativitas anak muda. Idenya sederhana. Demi melihat orang tua masih tekun mengais rezeki, lalu mereka memotret dan mengunggahnya ke media sosial. Kemudian viral. Jadilah komunita “Ketimbang Ngemis” (Daripada Mengemis) Yogyakarta. Siapa nyana, kini komunitas itu sudah menggurita dan hadir di 60 kota di Indonesia, termasuk Jakarta (Ketimbang Ngemis Jakarta, disingkat KNJ).

Contoh orang tua yang ogah ngemis, dan tetap bekerja.

Komunitas yang baru berusia setahun ini awalnya berdiri di Yogyakarta, digagas oleh Rizky . Sebagaimana diketahui jumlah pengemis di Jakarta bisa dibilang paling banyak se-Indonesia. Mereka datang dari berbagai daerah. Anggapan yang tidak salah, karena memang dari mengemis mereka bukan hanya bisa mengumpulkan uang ratusan ribu rupiah per-bulan tapi hingga jutaan rupiah.

“Kita sering kali melihat pengemis berbadan sehat, masih muda dan produktif, tapi malas bekerja keras. Sementara ada nenek-nenek, kakek-kakek, menarik gerobak sampah, jualan sayur, untuk mencari nafkah. Mereka menolak mengemis. Meski memiliki keterbatasan tapi mereka tetap bekerja keras. Ini yang kami apresiasi,” ujar Yona Luverina, pendiri komunitas KNJ.

Berdirinya komunitas ini, katanya, mengikuti komunitas ‘Ketimbang Ngemis Yogayakarta’ yang didirikan Rizky. Awalnya, tutur mahasiswa Politeknik Kesehatan Jakarta II, ini, gerakan ini dimulai di medsos, tepatnya instagram yang dibangun oleh Rizky. Ia dan teman-temannya adalah follower pada akun Rizky itu.

Rizky, pelolor komunitas Ketimbang Ngemis Yogyakarta.

Rasa kepedulian Rizky inilah, kata Yona, yang kemudian melahirkan ide gerakan ‘Ketimbang Ngemis’ menjadi sesuatu yang lebih terorganisir dan bermanfaat. “Komunitas Ketimbang Ngemis Yogyakarta didirIkan 12 Juni 2015, kemudian saya dan teman-teman yang juga followers akun tersebut mendirikan KNJ pada 18 Juni 2015,” jelas Yona lagi.

Konsepnya, kata Yona, mengikuti komunitas ‘Ketimbang Ngemis Yogyakarta’ yakni mencari dan memontret orang-orang yang berusia lansia namun masih gigih bekerja mencari nafkah. “Foto-foto itu kemudian kami sosialisasikan di instagram disertai dengan keterangannya seperti nama orang itu, usia, tempat, dan pekerjaannya,” katanya.

Bukan  sekadar mempublis foto, kata Yona, tapi komunitas juga berupaya mencari bantuan dari pihak lain, baik berupa uang, sembako maupun pakaian bekas layak pakai. Hasil donasi dari masyarakat itu, dimaksudkan untuk membantu para lansia tersebut. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version