Ekonomi & Bisnis

Budidaya Lele di Lahan Sempit, Why Not?

Published

on

INGIN menjadi pengusaha dengan modal kecil tetapi hasilnya besar? Cobalah budidaya ikan lele! Untuk membuktikannya, saya mengunjungi pusat pembibitan lele ‘’Grisam’’ dan mewawancarai Haji Mansyur pimpinannya.

GAGAL dengan metode ‘’biofloc’’ tak membuat Haji Mansyur patah arang belajar beternak lele. Justru karena kegagalan itulah, pria asal Wonosobo itu sukses dengan metode hasil modifikasinya sendiri, yang dikembangkan di Kampung Oyam, Karawaci, Kabupaten Tangerang.

Metode ‘’biofloc’’ menurut Mansyur memang bagus. Tetapi terlalu sulit bagi dirinya yang tidak punya latar belakang pendidikan di bidang budidaya ikan, khususnya lele. ‘’Saya sudah mencoba budidaya lele dengan metode biofloc. Hasilnya gagal. Tapi beberapa prinsipnya saya gunakan dan hasilnya cukup bagus,’’ papar Mansyur saat ditemui di kolam pembibitan, baru-baru ini.

Saat ini, Mansyur yang mengelola kelompok usaha pembibitan lele Grisam beranggotakan 19 orang itu memproduksi 200 ribu ekor bibit setiap minggu. Bibit tersebut jadi rebutan ratusan orang peternak lele di kawasan Tangerang.

Lele memang jenis ikan yang mudah dipelihara. Selain doyan segala jenis pakan, lele juga tahan penyakit. Biaya pemeliharaan menjadi relatif murah dengan risiko kematian yang rendah.

Budidaya lele juga tidak butuh ruangan yang besar. Sebuah kolam bulat berbahan terpal berdiameter 2 meter mampu menampung 3.000 ekor lele. Kolam bisa dibangun di mana saja. Di halaman atau di dalam rumah, tidak masalah.

Investasi kolamnya tidak mahal. Kolam berdinding terpal dengan rangka besi berbiaya Rp 3,5 juta per unit. Bibit lele bisa dibeli dengan harga Rp 330 – Rp 350 per ekor. Harga tersebut untuk lele berukuran 7 – 10 sentimeter. Pada usia pemeliharaan 2 – 3 bulan, lele tersebut akan menghasilkan ukuran layak jual, dengan jumlah 7 ekor per kilogram rata-rata.

Kebutuhan pakan untuk menghasilkan berat yang layak jual selama pemeliharaan rata-rata 1 : 1. Artinya untuk menghasilkan berat 1 kilogram lele hidup siap panen diperlukan pakan seberat 1 kilogram pula.  Harga pakan keluaran pabrik saat ini Rp 9.300 per kilogram. Untuk setiap kolam lele, biaya pakannya Rp 3,2 juta. Bila mau membuat pakan sendiri, biaya pakan bisa turun hingga 50 persen atau Rp 1,6 juta.

Setelah dipelihara 3 bulan, satu kolam lele berisi 3.000 ekor akan menghasilkan panen seberat 342 kilogram. Berat tersebut sudah dikonversi dengan risiko kematian 20 persen. Dengan harga jual Rp 16.000 di tingkat agen, satu kolam lele akan menghasilkan uang Rp 5,4 juta.

Dengan membandingkan selisih harga jual dengan biaya pakan, terlihat bahwa membuat pakan sendiri akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Apalagi, pakan lele itu gampang. ‘’Lele doyan makan apa saja. Sayuran, daging, tulang, bahkan bulu ayam pun mau,’’ terang Mansyur.

Berapa kolam yang ideal untuk memulai usaha lele? Karena lele bisa habis dipanen dalam tiga bulan, bila ingin punya pendapatan tetap setiap bulan, Anda harus memiliki empat kolam. Setiap bulan panen satu kolam. Bila ingin setiap minggu, Anda bisa membuat 16 kolam.

Pasar ikan lele sangat besar dan terbuka lebar. Tidak mengherankan kalau beternak lele menjadi peluang usaha yang menarik. Apalagi, untuk memelihara tidak perlu keahlian khusus. ‘’Budidaya lele tidak butuh orang pintar. Lele hanya perlu orang yang mau kerja,’’ kata Mansyur.

Nah, lho! ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version