Entertainment

Bincang Filmku Bersama FFWI dan BPI

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Film terlaris dengan raihan hampir 9 juta penonton yang bertajuk ‘KKN di Desa Penari’ terus dibicarakan dimana-mana. Ini pertama kalinya film nasional mencapai box office tertinggi sepanjang sejarah perfilman di tanah air.

Ki-ka : Yan W, Gunawan Paggaru dan Vivian Idris (foto: Ipik).

“Padahal di Korea Selatan dua tahun belakangan ada 18 film yang tembus 10 juta penonton dan di sana di tiap kecamatan terdapat bioskop,” lontar pengamat dan kritikus film Wina Armada Sukardi dalam diskusi ‘Bincang Filmku’ di ruang Meeting Direktorat Perfilman, Musik dan Media (PMM), Kemendikbud Ristek, Jakarta, Selasa (31/5).

Tidak hanya di Korsel, Wina Armada juga menyebutkan di China, masyarakatnya juga sudah ‘cinema minded’. Selain film produksi Hongkong, juga film-film buatan Hollywood selalu mencetak cuan di atas 10 juta penonton (ada hampir 400.000 layar bioskop di RRC).

“Tapi kita tak perlu murung karena menurut catatan saya  terakhir, ada 25 film terlaris di negara kita. Berdasar karakteristiknya, genre horor ada 7 film, komedi 8, drama 4 dan remaja 4. Ini cukup membanggakan kita,” papar Wina Armada.

Penggagas Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) ini juga membeberkan derasnya penetrasi film asing menyebabkan beberapa bioskop di daerah terpaksa mengurangi jumlah layar bioskop akibat serbuan film Hollywood. “Makanya bapak perfilman nasional Usmar Ismail bangkit memelopori pemasaran film Indonesia ke luar negeri dan meletakkan film nasional sebagai peletak dasar dan industri yang bonafid. Bahkan, beliau ikut mendirikan Festival Film Asia Pacific (FFAP),” timpal Wina Armada.

Wina Armada Sukardi, pembicara (foto suara karya.com)

Dalam acara yang digelar oleh Demi Film Indonesia (DFI) ini juga menghadirkan dua pembicara dari Badan Perfilman Indonesia (BPI) yaitu Gunawan Paggaru selaku Ketum dan Vivian Idris sebagai Ketua bidang Festival. “Terwujudnya BPI adalah dari UU No 33 tahun 2009 tentang film pasal 67 bahwa masyarakat berperan serta dalam menyelenggarakan perfilman serta untuk meningkatkan peran serta masyarakat dibawah BPI (pasal 68),” kata Gunawan Paggaru yang pernah menyutradarai film ‘Syahadat Cinta’ dan ‘Issue’.

Sedangkan Vivian Idris menjelaskan ihwal film adalah karya seni yang memuat berbagai ide dan gagasan dalam bentuk gambar bergerak. “BPI mengutamakan film dibuat dengan sumber daya Indonesia dari seluruh atau sebagian kekayaan intelektualnya dimiliki oleh warga negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia,” urai Vivian Idris.

Ditambahkan, BPI memiliki visi terwujudnya film Indonesia yang kompetitif, berkeadilan dan bermanfaat bagi masyarakat. Acara yang dipandu oleh host Yan Wijaya dan Arul Muchsen ini cukup mendapat perhatian dari wartawan dan pengamat film, Sinematek, insan film dan pimpinan PMM Kemendikbud Ristek. (pik)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version