Connect with us

Global

Zimbabwe Akhirnya Menuju Demokrasi

Published

on

Harare – Mantan Wakil Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa akhirnya pulang dan jadi PLT presiden, yang akan diangkat sumpahnya Jumat (24 Nop 2017). Dia menyatatakan akan memimpin negeri ini memasuki, “Demokrasi baru”. Dia kembali ke Zimbabwe setelah Presiden Robert Mugabe mengundurkan diri.

Emmerson Mnangagwa tiba di markas besar Partai ZANU – PF pada Rabu (22 Nop 2017) malam disambut ribuan pendukungnya, yang ingin mendengar pidato “sang Buaya” — julukannya.

Mnangagwa pulang setelah Selasa malam terjadi perayaan eforia atas runtuhnya pemerintahan ‘tangan besi’ Mugabe, yang berkuasa hampir empat puluh tahun. “Hari ini kita menyaksikan dimulainya demokrasi baru. Suara rakyat adalah suara Tuhan,” tukasnya.

Mugabe (93 tahun) memecat Mnangagwa sekitar dua minggu lalu, yang memicu pergolakan politik dengan akhir kekalahan baginya, Selasa (21 Nop 2017) lalu. Mnangagwa sendiri melarikan diri ke luar negeri sesaat setelah dia dipecat.

Setelah itu, militer mengambil alih kekuasaan — secara de facto —- kendati mereka berkali-kali menyatakan langkah mereka bukanlah kudeta. Kedatangan Mnangagwa juga membenarkan klaimnya bahwa dia secara terus-menerus berkomunikasi dengan militer selama ini.

Sejumlah sumber menyatakan Mnangagwa berperan sangat penting dalam upaya menyingkirkan Mugabe. Dalam pidatonya, dia tidak menyinggung soal pemilihan umum, yang direncanakan diselenggarakan tahun depan. Dia membutuhkan legitimasi rakyat, yang akan memilihnya dalam pemilu, jika ingin tetap berkuasa sebagai presiden.

Kendati begitu, pidatonya sudah mirip dengan gaya kampanye pemilu. Dia menjanjikan kesejahteraan rakyat dan stabilitas di negeri miskin ini. “Saya adalah pelayan anda. Kami menghendaki pertumbuhan ekonomi. Kami menghendaki perdamaian di negeri kami. Kami ingin bekerja, kerja, kerja.”

Rakyat Zimbabwe merayakan kejatuhan Presiden Mugabe, Selasa (21 Nop 2017) lalu.

Bagi pihak lain akhir dari pemerintahan Mugabe terasa menyenangkan sekaligus keprihatinan. Mengingat Mnangagwa selama ini menjadi tangan kanan Mugabe dan bagi banyak warga dia lebih ditakuti daripada Mugabe sendiri.

Kelompok oposisi utama MDC-T tidak memperlihatkan penentangannya atas penunjukkan Mnangagwa sebagai pemimpin transisi dan memuluskan pemilihan umum tahun depan

“Kami sangat gembira kami telah behasil menyingkirkan Robert Mugabe, tapi kami baru menyingkirkan satu orang, kami belum menyingkirkan sistem yang sangat opresif yang berjalan selama 37 tahun,” ujar Sekjen MDC-T Dauglas Mwonzora. “Karena itu, kami harus bekerja menuju pemilihan umum yang bebas dan adil. Rakyat Zimbabwe masih harus memilih presidennya sendiri.”

Sumber: CNN

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *