Connect with us

Feature

Yani Saptohudoyo dan Niluh Sudarti tentang Pameran Seni Rupa Online

Published

on

Yani Saptohudoyo

JAYAKARTA NEWS – Sudah waktunya para perupa memanfaatkan kemajuan  teknologi informasi untuk mempersembahkan karya seni pada khalayak global di jaman yang serba digital sekarang ini. Pameran lewat dunia maya itu pada akhirnya akan mempromosikan karya seni dan membuka pangsa pasar baru yang tidak mampu dijangkau pameran seni yang digelar di gedung-gedung atau galeri.  Demikian rangkuman tanggapan dari Yani Saptohudoyo dan perupa Niluh Sudarti terhadap Pameran Seni Rupa Online pertama di Indonesia “Ini Karyaku” yang berlangsung 10-28 Februari. Keduanya dihubungi secara terpisah, Kamis (14/2).

“Pada zaman yang serba online ini, kita harus mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi untuk mempromosikan karya perupa,” kata Yani Saptohudoyo.  Menurut Bunda Yani, demikian ia akrab disapa, pemeran lukisan di galeri berbiaya mahal dengan persiapan panjang dan melelahkan. Jumlah pengunjung belum tentu sesuai harapan. “Biasanya hanya di saat pembukaan pengunjung yang hadir banyak, setelah itu sepi,” tutur istri almarhum pelukis legendaris Saptohudoyo ini. Dari pengujung yang terbatas itu, menurut ibu pelukis Sekar Langit ini, hanya segelintir saja yang pada akhirnya menjadi pembeli. “Biasanya maksimal  10 persen saja lukisan yang laku terjual di ajang pameran,” tambahnya. Pengalamannya selama ini, angka 10 persen tersebut sudah terbilang tinggi.

Bunda Yani mengaku salut luar biasa terhadap ide membuat pemeran senirupa online “Ini Karyaku”. Di samping berbiaya lebih murah dibanding pameran biasa, perupa tidak perlu repot mengangkut lukisannya kesana kemari. Niluh Sudarti juga berpendapat sama, biaya dan tenaga yang dikeluarkan untuk pameran online terbilang jauh lebih murah, sementara kesempatan meraih pangsa pasar baru terbuka seluas-luasnya. “Seperti saya misalnya yang tinggal di kaki Bukit Menoreh Borobudur Magelang, kapan pun saya bisa berselancar melihat pameran dari satu galeri online ke galeri online yang lain hanya lewat ponsel,” kata Niluh.

Niluh menyatakan bahwa sebenarnya tidak mudah juga menggelar pameran seni rupa online. Tantangan ada pada konten atau isi dari seluruh paket produk digital yang akan disampaikan kepada khalayak, yaitu konsep karya, bahasa, aspek estetika seni sebagai galeri digital, durasi, audio dan video. Semua itu harus dikemas agar terlihat  apik dan menarik untuk ditampilkan di dunia maya.

Bunda Yani mengatakan bahwa melihat hasil karya seni di gambar digital  dan di kenyataan sangat  berbeda. “Lebih puas melihat langsung,” tutur Bunda.  Karena itu, penyajian menjadi faktor penting.  Dari situlah, pada akhirnya, bisa menarik pengunjung untuk menyaksikan dan kemudian tertarik membelinya.

Sementara Niluh menambahkan, ada tantangan lain yang datangnya dari para seniman sendiri.  Tidak semua perupa bisa beradaptasi dengan dunia digital ini.  “Tidak sedikit seniman yang terus asyik berkarya dan tidak peduli pada perkembangan teknologi digital,” tutur Niluh.

Bunda Yani dan Niluh Sudarti sependapat bahwa pameran seni rupa online ini harus terus menerus digelar, sambung menyambung, sehingga tidak berhenti pada satu pameran saja. Upaya ini penting agar khalayak semakin akrab dengan pameran digital, dan ini akan menjadi tren baru  pameran seni rupa di tanah air. “Lewat pameran online, akan semakin banyak perupa baru menjadi peserta, dan akan semakin banyak juga pameran ini mendapatkan pengunjung,” kata Bunda Yani. Penggagas pameran online, Sokoco Hayat DP, akan segera meluncurkan seri kedua dengan judul “Salam Kenal” I Love Indonesia.  Pameran akan berlansung tanggal 3 sampai 20 Maret 2019. “Saya berharap pameran ini semakin mempererat persaudaraan di antara para perupa serta menumbuhkan rasa cinta terhadap negeri ini,” kata Sukoco. (Ernaningtyas)

Plukis Niluh Sudarti Dan karyanya yang terpampang Di Pameran Semi Rupa Online “Ini Karyaku”

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *