Connect with us

Feature

Xi, Kaisar Baru Tiongkok?

Published

on

Presiden Cina Xi Jinping –istimewa

Tiongkok atau Cina pernah punya kaisar selama ribuan tahun. Kaisar terakhir adalah Puyi dari Dinasti Qing. Setelah Dinasti Qing yang berkuasa selama 267 tahun, negeri Tirai Bambu ini berada di bawah kekuasaan sistem otoriter satu partai, Partai Komunis. Meski begitu, pemimpin negara secara berkala berganti, memiliki mandate 5 tahunan tapi biasanya setiap 10 tahun, sejak kematian Mao Zedong tahun 1976 lalu. Sistem ini memberi stabilitas politik di Tiongkok. Sekarang ini, ada kemungkinan sistem ini akan berakhir.

Komite Sentral Partai Komunis Cina tampaknya akan mengakhiri batasan waktu bagi jabatan presiden. Langkah ini akan membuat Presiden Xi Jinping punya kemungkinan akan memegang jabatan ini seumur hidup.

Apalagi Xi akan mengangkat rekan politik setianya, Wang Qishan, sebagai wakil presiden. Langkah ini juga akan langsung membuat regenerasi  kepemimpinan mandek di tempat. Kondisi ini sebenarnya sudah mulai terlihat gerak politik Xi sejak dua tahun lalu.

Dia mulai menggebrak dengan kampanye anti-korupsi  yang dipimpin oleh Wang  dan berhasil menyingkirkan sejumlah lawan politiknya. Bahkan dia berhasil memperkuat kontrolnya terhadap Angkatan Bersenjata Cina (Tentara Pembebasan Rakyat – PLA).

Kaisar Cina terakhir Puyi dari Dinasti Qing–foto wikipedia

Xi, setelah Deng Xiaoping, merupakan pemimpin Tiongkok paling kuat. Namun dia harus berhadapan dengan berbagai kemungkinan dari manuver terakhirnya. Dari sisi kesempatan; Xi sudah memperlihatkan dia adalah seorang pemimpin yang kompeten, serius  dan mampu mengangkat perekonomian Tiongkok, serta memperkuat pengaruh internasional Cina.

Di sisi pertahanan, dia juga berhasil memperkuat postur militer Tiongkok di mata dunia. Jika dia memerintah Tiongkok selama 10 tahun atau lebih maka kita bisa melihat negeri yang stabil secara ekonomi dan kuat secara militer dan makin berpengaruh di dunia internasional, ditambah dengan mundurnya Amerika dari kancah internasional akibat kebijakan Presiden AS Donald Trump.

Selain itu, popularitas Xi juga sangat bagus di Tiongkok. Hal ini juga memberi peluang bagi Xi untuk meloloskan upayanya. Saat ini Xi barulah berusia 64 tahun, tergolong muda apalagi jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh termuka lain di tingkat kepemimpinan partai. Xi diharapkan bisa memerintah Cina dengan durasi yang panjang.

TANTANGAN CINA MASA DEPAN

Namun ada tantangan juga, siapapun pemimpin Cina dia harus berhadapan dengan sejumlah masalah besar, di antaranya; kerusakan parah lingkungan terutama di kawasan-kawasan industri, demografi yang pincang karena terlalu sedikit perempuan di Cina. Selain itu, perebutan wilayah di Laut Cina Selatan, serta populasi yang makin tua.

Di sisi lain, ketika pertumbuhan ekonomi melambat  yang pasti terjadi pada tahun-tahun mendatang, akan memberi tekanan kuat bagi Xi dan bisa menciptakan kondisi yang mampu menyingkirkannya. Sama seperti kekuasaan otoriter lain, Indonesia  misalnya terjadi pada tahun 1998 lalu.

Cina adalah sebuah negara besar dengan penduduk lebih dari 1 miliar dan sejauh ini telah berhasil mengangkat ratusan juta penduduknya dari kemiskinan. Kekuatan ekonomi  nomor dua dunia — mungkin akan jadi nomer satu— serta pengaruh internasionalnya terutama di Asia akan makin kuat tertanam.

Cina di bawah Xi akan jadi kekuatan utama Asia di masa-masa mendatang.

Bagi kita di Indonesia, tantangan terbesar adalah bagaimana bermanuver di bidang ekonomi agar kita bisa memanfaatkan kekuatan ekonomi Tiongkok bagi pertumbuhan kesejahteraan Indonesia.

Sementara di sisi politik, Cina bisa belajar dari demokrasi Indonesia, yang berpopulasi sekitar 370 juta dengan ratusan kalau tidak ribuan suku bangsa dan bahasa. Bisa saja satu saat nanti, Cina juga berdemokrasi.

 

sumber informasi: bloomberg

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *