Connect with us

Ekonomi & Bisnis

Tusukan Bambu Pulungan

Published

on

ADALAH Khairul Pulungan, mantan wartawan yang beralih ke bisnis furnitur bambu. Jika dulu ia bekerja menusuk kepincangal lewat tusukan pena, kini ia menusuk pasar Eropa dengan ekspor produk furnitur bambu kreasinya.

“Saya sudah hampir 20 tahun bisnis furnitur bambu, berkali-kali didera krisis ekonomi, bahkan Eropa yang menjadi pasar utama saya pun berkali-kali dihantam krisis, namun usaha saya ini tetap bertahan. Tren memang menurun ketika krisis, tapi masih bisa eksis karena di Eropa, meski krisis, permintaan furnitur bambu Indonesia, tetap tinggi,” ungkap Khairul yang menjalankan bisnis bersama istrinya, Sundari.

Buyer asing, tuturnya, sangat suka produk bambu Indonesia, salah satunya karena aset hingga puluhan tahun, juga harga yang relatif murah. “Mereka paling suka tempat tidur,” ucapnya.

Perjalanan Pulungan menjadi pengusaha furnitur bambu, boleh dibilang tidak sengaja. Sebelumnya lelaki 52 tahun ini adalah wartawan sebuah media cetak nasional.  Kariernya di bidang  jurnalistik lumayan moncer, bahkan dia sempat meraih penghargaan  ‘Adinegoro’, sebuah penghargaan tertinggi untuk karya jurnalistik yang diberikan oleh Persatuan Wartawan Indonesia.

Namun ketika terjadi perubahan manajemen di kantornya, ia mengundurkan diri. “Sejak itu saya jadi sering ke kampung istri di Rangkasbitung, Banten. Di sana saya melihat banyak pohon bambu, namun kurang dimanfaatkan, lalu muncul ide membuat furnitur dari bambu,” tutur alumi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, ini.

Berkat ketekunan dan keuletannya, Pulungan berhasil menembus pasar ekspor. Tak tanggung-tanggung,  dia mendapat kontrak pengiriman 11 kontainer furnitur bambu ke Spanyol.

“Itu terjadi tahun 1999, padahal waktu itu saya belum lama menekuni bisnis ini. Nah sejak itu, buyer saya di Eropa terus berkembang. Setiap bulan saya ekspor ke berbagai negara di Eropa, Perancis, Italia, Jerman, Austria, Yunani, dll,” kata Khairul Pulungan yang kini tengah giat mengembangkan ‘rumah bambu’ dan interior bambu. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *