Connect with us

Global

Trump Ancam Hentikan Bantuan kepada Palestina

Published

on

Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu dengan PM Israel, Benyamin Netanyahu.

PRESIDEN  Amerika Serikat Donald Trump, Kamis (25/1/2018), mengancam akan menghentikan bantuan kepada Palestina, jika Palestina tidak mengupayakan perdamaian dengan Israel. Dia mengatakan Palestina telah melecehkan Amerika dengan menolak bertemu dengan Wakil Presiden Mike Pence, yang mengunjungi Timur Tengah baru-baru ini.

Trump, yang memberi keterangan setelah bertemu dengan PM Israel Benjamin Netanyahu di Forum Ekonomi Dunia, mengatakan dia menghendaki perdamaian. Namun komentarnya makin menenggelamkan upaya-upaya menghidupkan kembali perundingan Israel- Palestina, yang sudah lama terhenti.

Palestina menolak bertemu dengan Pence setelah Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan menyatakan akan memindahkan kedutaan besar AS ke kota itu dari Tel Aviv. Status Yerusalem merupakan isu paling pelik dalam perundingan damai Palestina-Israel.

Pengakuan Trump, pada Desember 2017 lalu, atas klaim Israel atas Yerusalem telah mengundang kecaman dari para pemimpin Arab dan menuai kritik dari seluruh dunia, termasuk para sekutu AS sendiri. Meski belakangan, AS menyatakan tidak menetapkan batas Yerusalem ( yang terdiri dari wilayah barat dan timur dan bagian timurlah yang jadi titik kunci isu perdamaian). Pemerintah AS juga menyatakan masih dibutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum kedutaan AS benar-benar pindah ke Yerusalem (barat).

“Ketika mereka tidak menghormati, seminggu lalu, dengan tidak mengijinkan wakil presiden menemui mereka, dan kami memberi mereka ratusan juta dolar bantuan dan dukungan, jumlah yang besar, angka yang tidak seorangpun memahami — bahwa uang itu ada diatas meja dan uang itu tidak akan diberikan kepada mereka kecuali mereka duduk dan merundingkan perdamaian,” ujar Trump.

AS, bulan ini, mengumumkan akan menahan 65 juta dolar dari 125 juta dolar, yang dianggarkan untuk lembaga pengungsi yang khusus mengurus pengungsi Palestina (UNRWA). Anggaran lembaga ini hampir selurluhnya berasal dari kontribusi sukarela dari negara-negara anggota PBB dan AS merupakan kontributor terbesarnya.

Sementara itu, jubir Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Amerika telah menarik diri sebagai mediator perdamaian sejak pengakuannya akan Yerusalem sebagai ibukota Israel.

“Hak Palestina tidak akan menegosiasikan dan Yerusalem tidak dijual. Amerika tidak akan punya peran apa-apa sampai menarik keputusan pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel,” ujar jubir Nabil Abu Rdainah.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menolak Washington sebagai mediator perundingan damai dengan Israel. Dia juga menyatakan hanya akan menerima mediator internasional, yang terdiri dari banyak negara anggota.

Israel sendiri memandang Yerusalem sebagai ibukota negara, yang tidak dapat dibagi-bagi, kendati tidak memperoleh pengakuan internasional. Palestina memandang Yerusalem Timur sebagai ibukota negaranya.

Posisi Israel, melalui PM Netanyahu menegaskan hanya Amerika yang bisa menjadi mediator perundingan damai. “Saya pikir tidak ada yang bisa menggantikan Amerika Serikat. Sebagai mediator yang jujur, sebagai fasilitator, tidak ada lembaga internasional yang bisa melakukannya.”

Trump mengatakan Palestina harus datang ke meja perundingan. “Karena saya katakan kepada anda bahwa Israel menginginkan perdamaian dan mereka juga menghendaki perdamaian  atau kami tidak akan melakukan apa-apa lagi bagi mereka.”

Trump menjelaskan pemerintahnya punya usulan perdamaian, yang sedang dikerjakan. Menurutnya, usulan itu sangat bagus bagi Palestina dan meliputi banyak hak yang telah dibahas beberapa tahun terakhir atau yang sudah disetujui. Namun dia tidak memberikan rincian usulan terbaru AS itu.

Sebelumnya, di Forum Ekonomi Dunia, Raja Yordania Abdullah mengatakan Yerusalem haruslah jadi bagian solusi yang komprehensif. Dia juga menyebutkan keputusan Trump telah menciptakan reaksi frustasi dari pihak Palestina, yang merasa tidak ada mediator jujur. Namun dia menambahkan, “Saya belum mau mengambil keputusan karena kita masih menunggu Amerika yang akan menyampaikan usulan (perdamaian).”

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *