Connect with us

Feature

Tentang Kelamin Singa Batu

Published

on

BAGAIMANA mungkin, binatang singa menjadi binatang yang begitu diagung-agungkan di negeri China? Sementara, singa bukanlah binatang asli negeri itu. Kini, di setiap gerbang kantor pemerintahan, gerbang kuil, pagoda, hotel, sampai gerbang kediaman pejabat dan masyarakat biasa yang menjunjung tinggi beradaban China, senantiasa menempatkan dua patung singa di sisi kiri-kanannya.

Masyarakat China menyebutnya Singa Batu. Ya, sebab patung itu umumnya memang terbuat dari batu. Ada juga yang cor-coran semen, bahkan perunggu. Sekali lagi, mereka menyebut Singa Batu. Maklumlah, di negeri Panda, memang singa tidak ada.

Dahulu itu….

Tak jelas di era kaisar siapa, tetapi singa memang pernah didatangkan ke China sebagai sebuah persembahan dari negara sahabat. Karena memang tidak familiar dengan wujud singa, jadilah patung-patung singa batu yang ada di China dan tempat-tempat yang berhubungan dengan China, tekesan aneh. Ada kalanya tidak menyerupai singa sama sekali. Beberapa model lebih mirip pudel besar….

Meski begitu, singa tetap dijadikan simbol penting. Mungkin peran dan fungsinya mirip patung drupala atau gupala di peradaban Nusantara, Jawa khususnya. Lebih dari itu, masyarakat Tionghoa sudah memodifikasi patung singa sedemikian rupa, sehingga menjadi sarat makna.

Contoh, pada kedua patung di kiri kanan, mereka maksudkan sebagai singa jantan dan betina. Padahal, sekilas, tampak sama. Pun, tak ada pembeda kelamin. Di mana letak beda singa jantan dan betina? Nah, perhatikan. Singa jantan, kaki kanannya mencengkeram bola, sementara singa betina kaki kirinya mencengkeram anak singa. Ya, itu saja pembeda kelamin kedua patung singa batu itu!

Singa jantan mencengkeram bola, singa betina mencengkeram anak singa.

Cengkeraman bola, melambangkan persatuan masyarakat Tionghoa. Sementara, singa betina mencengkeram anak singa, maksudnya adalah pelestarian keturunan dan lambang kebahagiaan.

Ada hal lain lagi yang mesti kita perhatikan, bagaimana masyarakat Tionghoa kemudian membuat “kasta” pada patung singa batu itu. Perhatikan rambut singanya. Semakin banyak lekuk-ikalnya, semakin tinggi derajatnya. Ya, begitulah….. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *