Connect with us

Feature

Suradi Bilang… Lunpia “Delig”

Published

on

Garis silsilah atau Dinasti Lunpia Delight. Resep ini sudah dijajakan sejak zaman Belanda, di tahun 1870. Kini Cik Me Me menjadi generasi penerus. Foto: Istimewa

Lunpia di Tengah Prahara Cinta (1)

AWALNYA hanya bertanya, “kalau mau beli lunpia Semarang buat oleh-oleh, di mana ya pak?” Setelah itu, meluncurlah kisah panjang dari mulut sopir taksi bernama Suradi (60). BTW, Suradi ini sopir taksi meter yang merangkap taksi online. “Meterannya jalan pak, tapi bayarnya sesuai yang ada di aplikasi,” ujar lelaki yang mengaku sehat berkat rutinitas meminum 1,5 liter air putih sehabis bangun tidur itu.

Kembali ke lunpia. Percayalah… setelah taksi sampai di pusat oleh-oleh Lunpia Delight di Jl. Gajahmada 107, barulah paham maksud Suradi yang nyerocos mengisahkan “drama” di balik lunpia paling top di Semarang itu. Betapa tidak, sepanjang kisah digulirkan, belasan… mungkin puluhan kali Suradi mengucap kata Lunpia “Delig”… rupanya yang dimaksud adalah Lunpia “Delight”.

Kata Suradi, Lunpia ini paling enak, paling laris, paling besar dan banyak “paling” lainnya. Dari banyak cerita, yang menarik barangkali soal kisah “prahara cinta” di balik sukses Cik Me Me, pemilik yang juga pewaris kelima resep Lunpia Delight yang kesohor. Bagian yang menarik, kita simpan dulu.

Suradi rupanya tidak asal nyerocos. Beberapa datanya cukup valid. Soal dinasti misalnya, Cik Me Me pengelola yang sekarang, memang keturunan pemilik resep Lunpia Delight. Siapa sangka, resep Lunpia Semarang pertama kali diperkenalkan oleh Tjoa Thay Joe pada tahun 1870, jelas itu era Hindia Belanda. Di brosur promosi, tertulis Tjoa Thay Joe menikah dengan perempuan pribumi bernama Mbok Wasi.

Resep lunpia Semarang kemudian diwariskan ke anaknya, Siem Gwang Sing sebagai generasi kedua tahun 1930. Nah, di generasi ketiga, resep itu turun ke empat keturunannya, Siem Swie Hie dengan merek Lunpia Pemuda dan Siem Swie Kiem dengan merek Lunpia Gang Lombok. Kemudian Tan Hok Twan (tanpa merek) dan Siem Hwa Nio (Lunpia Mataram). Itu terjadi tahun 1960.

Tahun 1980 turun ke Tan Yok Tjay, meski secara urutan ia di baris keempat, tetapi sejatinya ia mewarisi garis generasi kedua. Nah, dari Tan Yok Tjay kemudian turun ke putrinya, Cik Me Me. Meski secara urutan jatuh di lapis kelima, tetapi ia tercatat sebagai generasi ketiga. Di tangan Cik Me Me (2014), merek yang dipakai lebih modern, Lunpia Delight…. atau Lunpia “Delig”, kata Suradi.

Memang, Lunpia Delight bukan satu-satunya garis keturunan “maha resep lunpia”  Tjoa Thay Joe. Sebab, dari turun-temurun, resep itu kemudian mewujud dalam berbagai merek. Sekalipun begitu, masih bisa dihitung dengan jari setangan. Catat saja: Warisan resep lunpia asli itu kini ada di merek-merek: Lunpia Gang Lombok, Lunpia Mbak Lien, Lunpia Mataram, dan Lunpia Delight. Di luar keempat merek itu, bukan resep asli Tjoa Thay Joe yang super enak itu. (Bersambung)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *