Connect with us

Feature

Shenzhen, Kota Nelayan Miskin Jadi Smart City Terbaik

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Membangun smart city tampaknya kini menjadi pilihan paling rasional bagi kota-kota padat di dunia, tidak terkecuali untuk Indonesia.

Kota-kota dengan penduduk padat, harus memikirkan menejemen perkotaan yang “cerdas”. Betapa tidak. Kota, bagaimana pun, pada kenyataannya menampung sekitar setengah dari populasi global dan proporsi seiring dengan berjalannya waktu, terus bertambah.

Urbanisasi yang terjadi seperti di China, telah memicu fenomena tersebut. Bayangkan betapa pedatnya perkitaan pada tahun 2050, ketika tujuh dari setiap sepuluh yang ada di muka bumi memilih untuk tinggal di kota. Beban kota sangat berat.

Apabila kita ingin menghindari kemacetan, menjauh dari kualitas hidup yang menurun, maka manajemen birokrasi tradisional dari kota-kota berpenduduk padat, perlu menggunakan pendekatan teknologi pintar, kata Presiden ChinaEU Luigi Gambardella.

Solusi cerdas yang ditawarkan mereka beragam. Tetapi, adopsi mereka masih pada tahap awal, sehingga sangat sulit bagi walikota bersama wakil-wakil rakyatnya untuk mengambil keputusan melakukan investasi besar pada solusi yang belum teruji.

Tetapi “test bed” memungkinkan produsen untuk memberikan bukti yang mendukung penilaian biaya / manfaat dari potensi aplikasi kota pintar baru. Di daerah Shenzhen ini, Cina menjadi pemimpin dunia. Ya, bayangkan, lebih dari 500 proyek percontohan kota pintar sedang berjalan di Shenzhen, jumlah ini adalah setengah dari total dunia. Bukan main. Dan Shenzhen, yang menjadi pusat teknologi China itu, dalam hal ini menonjol sebagai pemain terbaik di negara ini.

Tahun lalu, Shenzhen, yang dikenal sebagai “Lembah Silikon” China meraih anugerah terbaik dari kota-kota Cina yang “cerdas”, demikian menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Akademi Ilmu Sosial Tiongkok.

Shenzhen telah membentyk dirinya sebagai salah satu perintis kota pintar di dunia, kata McKinsey & Co yang memeriksa kinerja cerdas dari sekitar 50 kota global pada tahun 2018.

Shenzhen memiliki skor tinggi untuk basis teknologi yang dikembangkan, sejumlah aplikasi yang mengesankan dan kesadaran yang baik, penggunaan dan kepuasan di antara dengan 12,5 juta penduduk.

Shenzhen telah mengadopsi kecerdasan buatan (AI) dan big data untuk mengontrol arus lalu lintas dengan lebih baik dan meningkatkan keselamatan jalan, misalnya. Teknologi yang dipakai kota tersebut, mampu mengidentifikasi pelanggar lalu lintas dengan akurasi 95 persen.

Dipihak lain, sistem manajemen parkir yang didukung data real time yang dipakai kota itu, bertujuan untuk membawa 330.000 kendaraan keluar dari jalan setiap hari.

Apa yang dilakukan Shenzhen itu, tidak lain untuk memgejar keterketinggalannya dari kota-kota pintar global terkemuka seperti Milan, London atau Barcelona dalam hal ini.

Shenzhen menargetkan menjadi kota pintar percontohan. Berambisi menjadi benchmark. “Saya yakin bahwa Shenzhen akan berhasil,” kata Presiden ChinaEU.

Untuk mulainya, kota ini sangat bersyukur karena sama sekali tidak dibebani dengan konservatisme dan tradisi “kolot”.

Sejak terpilih menjadi Zona Ekonomi Khusus pertama China dan dibuka untuk investor asing pada tahun 1980, Shenzhen telah berkembang dari desa nelayan miskin, menjadi salah satu kota terbesar dan terkaya di Tiongkok serta pembangkit tenaga listrik manufaktur dan inovasi global.

Produk domestik bruto melampaui Hong Kong pada tahun 2018, yakni mencapai rekor 2,42 triliun yuan ($ 361,24 miliar).

Kedua, ketika kota-kota pintar Eropa bergantung pada aplikasi dari penyedia global, Shenzhen adalah rumah bagi lebih dari 11.000 perusahaan teknologi tinggi nasional, termasuk di antaranya banyak raksasa teknologi ada di kota ini, misalnya Huawei, Tencent dan BYD, yang membentuk dan memperkuat Shenzhen sebagai kota pintar baik di dalam negeri maupun secara global.

Shenzhen berlokasi ideal untuk memungkinkan perusahaan teknologi tinggi ini mengeksplorasi model bisnis dan cara menghasilkan uang dari aplikasi kota pintar yang inovatif.

Shenzhen diperkirakan akan merangkul sekitar 7.000 BTS 5G pada tahun 2019 ini. Koneksi internet ultrafast akan menjadi tulang punggung pengembangan kota cerdas, meskipun pada dasarnya perlu lebih banyak upaya. Ya, Shenzhen harus mempercepat pembangunan jaringan 5G-nya.

Ketiga, distrik Longgang Shenzhen, didirikan dengan investasi bernilai hingga 500 juta yuan, telah menampung salah satu komunitas cerdas paling dinamis di Tiongkok, luasnya mencapai 17.748 meter persegi.

Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan Anda, Anda harus terus bergerak. Dalam hal ini, ekosistem inovasi di Shenzhen, tetap penting bagi keberhasilan digital dan pengembangan cerdasnya.

Keempat, seperti yang dikatakan Konfusius, kerendahan hati adalah fondasi kokoh semua kebajikan. Pemerintah daerah Shenzhen menunjukkan bahwa ia memiliki kebajikan ini dengan menjangkau kota-kota global lainnya dan belajar dari pengalaman mereka.

Mei lalu Shenzhen menjadi tuan rumah “Forum Kota Cerdas Shenzhen 2019 Dengan Kota-Kota Persahabatan Internasional“, yang sukses mengumpulkan para pemimpin kota dari seluruh dunia, serta para pakar dan cendekiawan global untuk membahas kota-kota pintar di masa depan.

Sangat mungkin bahwa forum Shenzhen seperti itu akan menjadi acara tahunan dan dapat diprediksi akan menjadi acara terbesar di dunia untuk kota-kota pintar, di mana para walikota kota besar akan berkumpul untuk bertukar pengalaman mereka dan belajar dari praktik terbaik global.

Secara khusus, model bisnis di Shenzhen dapat dieksplorasi untuk memeriksa nilai uang dari layanan baru yang ditawarkan oleh kota pintar.

Singkatnya, Shenzhen memiliki sangat potensi untuk menjadi test bed yang menerapkan aplikasi kota pintar paling inovatif. Namun, untuk mencapai hal ini, Shenzhen harus lebih mendukung infrastruktur digitalnya dan meningkatkan kerja sama internasional.

Misalnya, mengingat penelitian tentang 6G telah dimulai di Cina, Eropa dan beberapa negara lain di dunia, Shenzhen harus memulai pekerjaan yang relevan dan bahkan menciptakan pusat penelitian 6G terbesar di dunia.

Selain itu, sangat penting bagi Shenzhen untuk terus mengembangkan kerjasama dengan kota-kota lain di dunia.

Lusinan orang Eropa berpartisipasi dalam Smart City Forum termasuk COO Genova, kota pelabuhan Mediterania utama Italia.

Shenzhen harus memberikan perhatian khusus kepada Italia yang baru saja menjadi tuan rumah kunjungan kenegaraan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping pada bulan Maret, karena kota-kota Italia dan Cina menunjukkan minat yang semakin besarnya dalam mengembangkan hubungan satu sama lain.

Patut dicatat, bahwa Roma tidak dibangun dalam sehari. Jadi, untuk mengembangkan kota pintar, harys mempertahankan upaya dan investasi yang berkelanjutan. Itu sangat penting. Dengan cara ini, dunia dapat mengharapkan Shenzhen menjadi pemimpin global untuk kota-kota pintar pada tahun-tahun mendatang.***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *