Connect with us

Feature

Seruput Kopi di Puncak Tele

Published

on

Pemandangan Danau Toba terlihat dari Restoran Simalem Resort. Foto. Monang Sitohang

JAYAKARTA NEWS – Danau Toba, siapa tak kenal. Salah satu danau terbesar di dunia, dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer serta memiliki kedalaman hingga 500 meter lebih itu, adalah salah satu destinasi wisata yang sangat eksotik. Danau yang terbentuk akibat letusan gunung vulkanik, makin cantik dengan hadirnya sebuah pulau di tengahnya, Pulau Samosir.

Jayakarta News, berkesempatan ikut bersama 34 orang anggota rombongan wisatawan asal Batam. Bersama mereka, kami mengelilingi Toba, dan delapan kabupaten yang mengitari, di antaranya Toba Samosir (Tobasa), Tapanuli Utara, Karo, Dairi, Simalungun, Humahas, dan Phaphak Barat.

Perjalanan ini dirancang oleh PT Travel Bintan. Perusahaan travel itulah yang mengatur itinerary, lengkap dengan penyediaan tour guide yang berpengalaman, bernama Rio. Perjalanan dimulai saat penjemputan rombongan di terminal kedatangan Bandara Kualanamu, sekitar pukul 19.00. Satu per satu anggota rombongan disambut dengan kalungan stola syal motif ulos Batak.

Rombongan pun meluncur meninggalkan bandara menuju Restoran Cindelaras untuk santap malam, sebelum akhirnya tiba di Hotel Rudang Berastagi sekitar pukul 22.30 WIB. “Tolong diperhatikan buat Bapak dan Ibu, besok pagi jam tujuh pagi kita sudah breakfast, dan jam delapan sudah chek out dari hotel,” ujar Rio malam itu.

Esok pagi, rombongan diajak menuju destinasi pertama yang ada di Kabupaten Karo (Berastagi). Di antaranya, singgah di pasar buah, hingga sekadar menunggang kuda. Perjalanan berlanjut ke Sipiso-piso, menikmati air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 800 mdpl, di Tongging dan termasuk salah satu  dari 16 geosite kaldera Sumut. Dari ketinggian lokasi, wisatawan sudah bisa melihat keindahan danau Toba nun jauh di bawah sana.

Air Terjun Sipiso-piso. (Foto. Monang Sitohang)

Dari Sipiso-piso rombongan melanjutkan perjalanan menuju Taman Simalam Resort untuk makan siang. Perjalanan sepanjang satu jam itu, dilalui tanpa terasa, lantaran keindahan alam yang dilaluinya. Di kiri-kanan jalan, tampak pohn kayu manis. Dari ini masuk teritori Kabupaten Karo. Di sini banyak spot pemandangan yang sangat indah, tanaman organik, dan camping ground.

Usai kenyang makan siang, rombongan lanjut menuju Taman Wisata Iman yang berada di Kabupaten Dairi, melalui Panorama Puncak Tele. Sempat terjadi kemacetan di Desa Merek. Rio sang pemandu langsung berinisiatif meminta bus memutar balik mengambil jalan via Parapat, dan sekitar tiga jam perjalanan para rombongan tiba di Parapat, Kabupaten Simalungun.

Mathari makin condong ke Barat, ketika kami menyeberang ke Pulau Samosir menuju Hotel Toba Beach yang berada di kawasan Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir melalui kapal penumpang yang disediakan pihak hotel. Perjalanan penyeberangan sekitar 30 menit menggunakan kapal ferry.

Keesokan di pagi harinya kami melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Balige via Dolok Sanggul. Di sepanjang jalan rombongan tour dibawa ke destinasi wisata yang ada di Kabupaten Samosir, seperti Tomok tempat penjualan souvenir khas Batak, melihat Makam Tua Raja Sidabutar, kemudian lanjut lagi ke Kecamatan Simanindo ke Makam Raja Siallagan. Di sana rombongan diajak belajar manortor, dan saat itu tampak banyak wisatawan manca negara sedang mendengarkan story telling mengenai sejarah kerajaan Opung  Siallagan. Setelah itu makan siang di restoran vegetarian, sekitar pukul 13.00 Wib.

Objek wisata selanjutnya adalah Panorama Puncak Tele yang kami tempuh melalui Jembatan Tanah Ponggol. Sekitar satu jam tiba di Puncak Tele Di sepanjang jalan yang berliku, dengan pemandangan yang begitu indah, rombongan tampak takjub. Salah seorang berkata, “Sungguh luar biasa perjalanan menuju Tele. Pemandangan begitu indah dan seru. Dari awal perjalan ini mampu memberi sensasi yang luar biasa.”

Di Puncak Tele, bus berhenti satu jam memberi kesempatan para turis asal Batam menikmati keindahan yang terhampar. Di antara peserta tour, ada yang menikmati keindahan itu sambil menyeruput kopi panas di warung pinggir jalaln. Sementara Rio mengeluarkan snack untuk dibagikan. Tapi tidak sedikit anggota rombongan yang lebih tertarik mencicipi jajanan khas Byaitu ombus-ombus yang terbuat dari tepung beras yang diberi gula di tengahnya dan dibungkus daun pisang.

Meski rasanya berat meninggalkan Bukit Tele, toh Roy meminta kesediaan peserta tour untuk melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Tobasa. Perjalanan panjang yang ditempuh selama lima jam, melalui Dolok Sanggul, Kabupaten Humbahas. Pukul 19.00 Wib rombongan pun tiba di Balige (Tobasa) dan menginap di Hotel Tiara Bunga.

Untuk menuju ke hotel tersebut harus melalui kapal penumpang yang telah disediakan pihak hotel. Dermaganya berada di depan Hotel Ompu Herti. Pukul 20.00 Wib kapal berangkat, dan tiba di lokasi hotel Tiara Bunga sejam kemudian. Di sana sudah disediakan makan malam dengan makanan khas Batak, antara lain ikan niarsik.

Keesokan hari, usai sarapan dengan menu yang masih khas Batak, rombongan melanjutkan perjalanannya menuju Kota Medan via parapat. Dalam perjalanan, ketika melintas Desa Silimbad, Tobasa, bus berhenti. Di tempat itu, banyak penjual kacang gongseng dan ombus-ombus yang merupakan jajanan khas batak. Pukul 13.00 wib tiba di Kota Siantar untuk makan siang di Restoran Panorma khas masakan Minang Melayu yang terkenal lezat.

Usai makan, rombongan masih menempuh tiga jam perjalanan hingga tiba di kota Medan. Di Medan, rombongan menginap di Swiss-Belhotel, Jalan Surabaya. Kemudian para rombongan makan malam di Restoran Simpang Tiga, Jalan Mongonsidi, dilanjut makan durian. Keesokan harinya beli oleh-oleh khas Medan dalam perjalanan menuju Bandara Kualanamu Airport, Deli Serdang.

Jika dihitung, perjalanan rombongan wisata tour asal Batam, telah melalui 10 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara, mulai dari Deli serdang, Kota Medan, Kabupaten Karo, Simalungun (Parapat) Samosir(Pangururan), Humbahas (Dolok Sanggul), Tobasa (Balige), Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Serdang Bedagai. Sebuah perjalanan panjang yang akan selalu terkenang. (Monang Sitohang)