Connect with us

Feature

Sengkuni dan Dasamuka pun Dilarung

Published

on

Ritual budaya Labuhan di Pantai Parang Kusumo, Bantul – Yogyakarta, baru-baru ini. (foto: gde mahesa)

Laut kidul menjadi saksi uluk pesan budaya, melalui ritual Labuhan di pantai Parang Kusumo, Bantul, Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Kegiatan itu diikuti para pelaku budaya yang tergabung dalam Aliansi Bela Budaya Nusantara, dengan dukungan Gemayomi (Gerakan Masyarakat Yogya Melawan Intoleran).

Ketua Pelaksana Ir. Lestanta Budiman menyampaikan kepada Jayakarta News, bahwa acara ini adalah bentuk perlawanan persekusi terhadap acara budaya sedekah laut nelayan Pantai Baru Bantul DIY. Budayawan Yogya prihatin atas aksi intoleran itu, dan segera merespon dengan aksi budaya.

Lestanta Budiman

Ditambahkan, dalam ritual Labuhan ini, mereka melarung dua tokoh wayang, Sengkuni sebagai simbol kelicikan dan tukang adu domba serta Dasamuka sebagai simbol sifat angkara murka. Selain dua tokoh wayang antagonis, juga dilarung kain hitam sepanjang 5 meter sebagai simbol melarung kegelapan.

Lestanta Budiman mengemukakan, bahwa budaya warisan leluhur semestinya di-uri-uri, dijaga jangan sampai hilang. Sebab budaya adalah simbol bangsa. Jika budaya hilang artinya runtuhlah bangsa itu. Kita tidak mau itu terjadi. Maka untuk itu aksi ini digelar sebagai perlawanan terhadap kelompok yang tidak menginginkan acara budaya adat terselenggara. “Mereka memaksakan kehendak agar acara budaya ditiadakan. Itu jelas melanggar UU. Kami Gemayomi serta para pelaku budaya siap melawan,” tegasnya.

Sedangkan Kiageng Agung Jati, selaku pemimpin ritual Labuhan menyampaikan bahwa Labuhan dengan melarung simbol-simbol angkara murka, disertai harap akan hadirnya kebaikan. Sedangkan dalam hal doa tentunya tak lepas memohon kepada Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Maha Pengasih sang pencipta yang tak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Sesaat sebelum ritual Labuhan di Pantai Parang Kusumo, Bantul – Yogyakarta. (foto: Gde Mahesa)

Jika ada pertanyaan, mengapa mesti membuang (melarung) ke laut? Kiageng Agung Jati menegaskan bahwa itu adalah media. Dalam keyakinan masyarakat penghayat semesta ini empat kekuatan dari alam itu sendiri, yaitu air, api, angin, tanah ditambah satu lagi yaitu cahaya yang diartikan kekuatan segala kekuatan, manifestasi Tuhan.

Ia menambahkan, selain simbol wayang dan kain hitam, disedekahkan juga 5 tumpeng, untuk kemakmuran seeta kekuatan Nusantara, juga sebagai simbol penghgharapan agar mendapatkan kekuatan menegakkan Pancasila.

Aksi budaya itu disambut antusias masyarakat. Tak kurang dari 900 orang turut serta. Acara berjalan dengan tertib, lancar, dan sangat ketat oleh penjagaan dari aparat kepolisian setempat yang tidak ingin kecolongan lagi oleh peristiwa kejadian persekusi budaya di Pantai Baru. (gde mahesa)

Rangkaian ritual budaya Labuhan di Pantai Parang Kusumo, Bantul – Yogyakarta. (foto: gde mahesa)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *