Connect with us

Feature

Pesona Drini, Terbayang-bayang Hingga Kini

Published

on

Pantai Drini, Gunung Kidul – Yogyakarta. Pesonanya membekas di hati. (foto: martua silalahi)

JAYAKARTA NEWS – Apa pun kondisi bangsa dan negara, Yogyakarta sebagai icon pariwisata terus berkibar. Target kunjungan wisatawan sebesar 4,5 juta tahun 2017 misalnya, terlampaui, bahkan berhasil membukukan angka 4,7 juta wisatawan. Di sebuah media lokal, Tribun Yogya, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Aris Riyanta mengatakan, aneka destinasi wisata terus dikembangkan. Intinya, setiap saat, objek wisata Yogya terus bertambah. Ini menjadi daya tarik yang tak habis-habisnya. Karenanya, Yogya pernah mem-branding dirinya sebagai “Never Ending Asia”.

Aneka destinasi wisata yang terus dikembangkan oleh pemerintah daerah dan masyakaratnya menjadi daya tarik para wisatawan lokal dan asing untuk mengunjungi Yogyakarta. Pengunjung tidak hanya dipuaskan oleh Candi Prambanan dan Jl. Malioboro, pantai Parangtritis dan aneka kuliner rasa Yogya yang enak dan murah, tapi juga fasilitas penginapan yang memadai. Bukan hanya itu, masyarakat Yogya juga dikenal ramah-tamah.

Bersyukur, melalui gathering Jayakarta News di Yogyakarta, 1 – 4 Februari 2019, kesempatan menikmati kota budaya itu datang lagi. Antara lain, mengunjungi indah dan megahnya Candi Prambanan. Setelah itu, berkesempatan wisata ke petilasan Mbah Maridjan di Lereng Gunung Merapi. Makan siangnya di Resjo Jejamuran, atas undangan kawan baik kami, Aqua Dwipayana. Bahkan beliau mengajak “ngangkring” malam harinya, di Angkringan Gadjah, Jl Kaliurang. Sungguh sebuah perjalanan yang sangat memuaskan dan tak terlupakan.

Tapi keingingan untuk memperoleh pengalaman wisata unik di Yogjakarta makin menjadi-jadi. Karenanya, hari Minggu, tanggal 3 Februari 2019, kami rombongan H. Ridwan Maga, Agus Sundayana, Monang Sitohang, Gatot, Nanang, Laksmi, Aliefien, dan Martua Silalahi sepakat meninggalkan penginapan Wisma Ainar’d di Jl. Miliran Yogya menuju ikon baru wisata: “Pantai Drini dan Teras Kaca” yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Indahnya Pantai Drini, Gunung Kidul. (foto: martua silalahi)

Perjalanan ditempuh selama 40 menit. Sepanjang jalan pemandangan indah dapat kami nikmati. Kesan selama ini Kabupaten Gunung Kidul kering dan gersang, ternyata sangat berbeda. Kini sepanjang jalan semua terlihat hijau merata dan usaha pertanian rakyat yang subur dan indah dipandang mata.

Tujuan pertama kami adalah ke Pantai Drini, tempat wisata yang sedang viral. Hamparan pohon kelapa dan perbukitan tinggi yang hijau akhirnya tidak mampu menyembunyikan pantai Drini yang indah itu. Pantai Drini berlokasi di Desa Ngesti Rejo, Kecamatan Tanjungsari. Pantai Drini mewawarkan pemandangan indah dengan hamparan pasir luas. Sepanjang pantai dipenuhi aneka usaha kuliner warga setempat yang menawarkan sajian makanan dan minuman segar.

Selain itu pantai Drini juga mempunyai pulau karang mirip Tanah Lot di Bali. Banyak pengunjung yang menyeberang pantai untuk naik ke pulau itu dengan berjalan kaki. Meskipun terdiri dari karang batu pulau ini sangat subur ditumbuhi pohon-pohon besar. ”Uniknya semua pohon itu ditakuti oleh ular berbisa,” kata seorang warga setempat.

Pantai Drini juga mewawarkan panorama indah dan sensasi untuk berfoto ekstrem. Pengelola menyediakan jalan menelusuri tebing yang telah direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi berbentuk jembatan tetapi tetap berada di sisi tebing. Namanya Tebing Sunglon. Sepanjang jembatan kami menapakinya sampai ujung. Jembatan yang melekat ke Tebing Sunglon ini nyaman dilewati pengunjung. Disediakan tempat berfoto dengan latar belakang tebing karang dan menghadap pantai. Pemandangan aktivitas nelayan yang sedang panen rumput laut, pulau karang dan tebing dan pulau karang juga di sekitarnya sangat mempesona.

Pantai Drini menurut informasi adalah daerah konservasi penyu karena setiap tahun ada acara pelepasan anak penyu yang baru menetas ke laut lepas. Pantai Drini sangat mengesankan dengan ombak dan pantainya yang indah. Bayang-bayang Drini tak lepas dari ingatan.

Lelah dan tak kuat akan teriknya sengatan matahari Tim Jayakarta News sejenak menyambangi warung di bibir pantai dan menikmati segarnya kelapa muda sebelum sesaat menuju objek berikutnya, yakni Teras Kaca yang juga sedang viral saat ini.

Tampak wisatawan sedang berfoto-foto di “giant boat”, Teas Kaca. (foto: martua silalahi)

Teras Kaca merupakan sebuah teras berlantai kaca dibuat dengan konstruksi besi sebagai penopangnya. Teras kaca tersebut dibuat dengsn posisi di tepi tebing berbatu yang curam di bawahnya adalah karang dan laut berombak besar. Pengunjung tidak perlu cemas akan keselamatan saat berada di atas Teras Kaca, karena sudah ditopang besi dari bagian bawah dan atasnya ditopang dua tiang kokoh menggunakan tali seling baja yang kokoh.

Teras kaca ini digunakan untuk berfoto. Lokasi Teras kaca berada pantai Guluran di desa Girikarto Kabupaten Gunung Kidul. Menurut informasi semula lokasi tanah seluas 1 hektare ini adalah milik seorang warga. Keberadaan area ini sejak mulai dikenal orang sebagai tempat berfoto ekstrem, kemudian dikomersikan. Bekerjasama dengan peduduk sekitar menjadi area spot foto dan ternyata mendapat sambutan antusias dari masyarakat.

“Untuk berfoto di Teras Kaca, tarifnya Rp.20.000, naik Becak Terbang Rp 20.000, glass boat Rp 30.000, giant chair Rp 10.000 dan harus sabar antre,” kata seorang petugas. Pengunjung dilarang menggunakan alas kaki karena kemungkinan ada besi dan batu yang melekat di alas kaki yang bisa merusak kaca. Bagi yang berani berfoto ekstrem, maka bisa bergaya di dinding teras kaca dan giant boat. Tapi ada juga yang mengurungkan niatnya karena takut akan ketinggian. Maklum, kalau melihat ke bawah, tampak tebing karang yang sangat curam dengan deburan ombak besar di bawah sana.

Banyaknya peminat foto di Teras Kaca mengakibatkan antrean cukup panjang. Sambil menunggu giliran, banyak yang berteduh di antara pohon-pohon dan warung. Beberapa di antara pengunjung ada yang membatalkan niatnya karena kelamaaan antre dan pengelola maengembalikan uangnya tanpa adanya pemotongan akibat pembatalan.

Usai menikmati Pantai Drini dan Teras Kaca, senja pun tiba. Kami “pulang kandang” ke Wisma Ainar’d. Pepohonan di kiri-kanan jalan, seperti melambaikan salam perpisahan, disertai harapan esok-lusa bisa jumpa lagi. (martua silalahi)

Indahnya Drini, terkenang-kenang sampai kini. (foto: martua silalahi)

H. Ridwan Maga, berpose dengan latar belakang keindahan Pantai Drini. (foto: martua silalahi)

Kawan H. Ridwan Maga, Laksmi, Nanang berfoto di depan Tebing Sunglon, (foto: martua silalahi)

Giant Boat di Teras Kaca, Kunung Kidul. (foto: martua silalahi)

Fasilitas spot-spot selfie di Teras Kaca. (foto: martua silalahi)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *