Connect with us

Kolom

Peringatan Lima Tahun Okupasi Krimea oleh Rusia

Published

on

Menteri Luar Negeri Ukraina H.E. Mr. Pavlo Klimkin

JAYAKARTA NEWS – Saat ini menandai peringatan lima tahun okupasi Rusia di Krimea. Untuk pertama kalinya dalam sejarah pasca-perang Eropa, Moskow pada Februari 2014 merebut sebagian wilayah milik sebuah negara berdaulat, sehingga mengganggu sistem keamanan global Eropa.

Pada waktu itu dunia dengan suara bulat mengutuk aneksasi Krimea oleh Rusia dan sejak itu pula tidak mengubah posisinya, meskipun Kremlin yakin bahwa Krimea akan diampuni tak lama kemudian, sama halnya dengan Georgia pada 2008.

Semua politisi, analis dan pengacara yang bijak setuju bahwa Moskow telah sangat melanggar hukum internasional, tidak ada yang meragukan bahwa dari sudut pandang hukum Krimea adalah milik Ukraina. Hal ini, tentu saja, sangat bagus.

Tetapi pada saat yang sama, banyak orang di dunia yang percaya bahwa tindakan Putin dapat dipahami “secara manusiawi”, karena, seperti yang mereka dengar di suatu tempat, “Krimea selalu bagian Rusia”.

Sulit untuk menemukan mitos yang lebih absurd dan kurang dapat dibenarkan, tetapi anehnya, hal tersebut meletakkan akar yang dalam di seluruh dunia dan mampu menembus kesadaran massa internasional.

Alasannya, jelas, yaitu bahwa propaganda Rusia secara perlahan sudah meluncurkan informasi yang salah tersebut segera setelah runtuhnya bekas Uni Soviet secara perlahan, ketika bahkan belum tercium aroma perang. Namun ketika saatnya perang datang, pandangan “tidak resmi” dari internasional sudah berlangsung.

Dalam artikel ini saya ingin menyajikan fakta-fakta historis yang menyangkal mitos ini dan kebenaran yang dapat Anda periksa di Wikipedia atau di sumber objektif lainnya.

Menteri Luar Negeri Ukraina H.E. Mr. Pavlo Klimkin

Jadi, seperti inilah faktanya.

Tatar Krimea adalah orang-orang asli Krimea dan memiliki negara mereka sendiri Khanate Krimea, yang pada waktu itu merupakan negara Muslim kuat dan berbudaya tinggi. Sementara orang Rusia, selain tahanan perang, tidak ada di wilayah tersebut sama sekali.

Pada awal abad ke-18, berkat reformasi Peter Yang Pertama, Keharyapatihan Moskwa berkembang menjadi Kekaisaran Rusia, mendapatkan kekuatan dan menaklukkan negara-negara tetangga di Eropa.

Kekaisaran Rusia menaklukkan Estonia dan Latvia pada 1721, Lithuania, dan sebagian dari Polandia, termasuk Warsawa pada 1795, serta Finlandia pada 1809. Saat ini, semua negara tersebut merupakan negara-negara merdeka yang berdaulat, anggota PBB, Uni Eropa dan NATO (kecuali Finlandia). Tidak mungkin seseorang akan mencoba untuk mengeklaim bahwa mereka “selalu bagian Rusia”.

Khanate Krimea juga termasuk ke dalam daftar yang ditaklukkan oleh Moskow pada 1783, yang dari sudut pandang historis, relatif baru-baru ini. Dengan demikian, berbicara tentang kepemilikan primordial Rusia atas Krimea jelas merupakan absurditas. Krimea hanyalah salah satu negara, yang pada masa itu diperbudak oleh Kekaisaran Rusia dengan bantuan paksaan senjata.

Satu-satunya perbedaan antara Krimea dan negara-negara lain yang disebutkan di atas yaitu bahwa setelah runtuhnya Kekaisaran Rusia pada tahun 1917, Tatar gagal mempertahankan kemerdekaan mereka sendiri. Krimea, seperti halnya Ukraina, direbut oleh Bolshevik dan tetap berada di bawah struktur yang sama dengan Kekaisaran Rusia, namun atas nama Uni Soviet.

Namun, selama masa Uni Soviet Krimea bahkan lebih kurang “beruntung” dibandingkan Ukraina. Ukraina menjadi “republik persatuan” dengan ciri formal negara berdaulat, sementara pada tahun 1921 Moskow memberi Krimea hanya status otonomi saja, itupun di bawah Rusia, bukan di Republik Persatuan Ukraina.

Keputusan Kremlin tersebut jelas bertentangan dengan realitas objektif, karena secara geografis Semenanjung Krimea adalah bagian dari Ukraina, dan tidak memiliki hubungan teritorial dengan Rusia. Afiliasi administratif ke Rusia sementara keterikatan teritorial ke Ukraina sangat menyulitkan pengembangan ekonomi di wilayah tersebut, pasokan hampir sepenuhnya disalurkan dari Ukraina.

Situasi tersebut diralat sendiri oleh Moskow, yang akhirnya terpaksa untuk mengakui realitas geografis dan geo-ekonomi Krimea. Pada tahun 1954, Kremlin memprakarsai pemindahan Krimea dari Rusia ke Republik Ukraina. (Kremlin tidak membayangkan bahwa suatu hari Ukraina akan menjadi negara merdeka, jadi bagi otoritas Uni Soviet, mereka memandang Krimea dan juga keseluruhan Ukraina masih milik Rusia).

Saya ingin secara terpisah menekankan: pemindahan Krimea dilakukan dengan kepatuhan penuh terhadap hukum dan prosedur Uni Soviet. Mitos Rusia bahwa Krimea secara ilegal dipindahkan ke Ukraina oleh Khrushchev (mantan Pemimpin Uni Soviet) yang bodoh – merupakan fiksi yang tidak pantas. Pada tahun 1954, Khrushchev bahkan belum memiliki otoritas yang cukup untuk tindakan tersebut.

Kita sampai pada pemahaman tentang apa sebenarnya arti mitos “Krimea selalu bagian Rusia”. Pada kenyataannya, Krimea bahkan tidak sampai sekitar satu setengah abad dalam pendudukan Kekaisaran Rusia (1783-1917), karena dengan demikian klaim tersebut akan berlaku juga untuk negara bekas pendudukan lainnya yang sekarang menjadi negara merdeka. Yang menjadi penentu di sini yaitu Krimea berada di Republik Soviet Rusia dari tahun 1921 hingga 1954, yaitu hanya 33 tahun saja.

Nampaknya sejak Uni Soviet runtuh, para pemimpin Rusia sangat menyayangkan kenyataan bahwa jika bukan karena 1954, maka Krimea akan tetap milik Rusia. Pada saat yang sama, mereka tidak malu dengan kenyataan bahwa, jika bukan karena 1921, maka Krimea akan tetap milik Ukraina, dan jika bukan bukan karena 1783, maka Krimea akan menjadi negara merdeka dengan 0% populasi Rusia.

Lalu kini, pada tahun 2014, keangkuhan imperial terungkap – Kremlin secara blak-blakan melakukan pencaplokan terhadap Krimea, melanggar hukum internasional, logika sejarah dan keadilan.

Sebagai anekdot, saya akan memberikan contoh mitos Rusia lain tentang Krimea, yang diluncurkan pada tahun 2014 secara pribadi oleh Presiden Rusia. Dia menyatakan bahwa “untuk Rusia, Krimea memiliki makna suci dan bahwa persis di sana ada sumber spiritual bangsa Rusia dan pembentukan negara”, karena Raja Volodymyr mengadopsi agama Kristen di Krimea dan kemudian membaptis semua bangsa Rus.

Raja Volodymyr memang dibaptis pada 988 di Krimea (setidaknya kronik mengatakan demikian) dan pada tahun yang sama ia membaptis negaranya. Namun, Volodymyr adalah seorang Kyivan (orang Kyiv), bukan raja Moskow, dan dia membaptis Kyivan Rus, bukan Rusia. Adapun Moskow, Rusia dan kelompok etnis Rusia sendiri, pada waktu itu mereka sama sekali belum ada. Hutan-hutan di wilayah Moskow masa kini didominasi oleh suku-suku Finno-Ugric, yang hanya setelah beberapa abad berasimilasi dengan bangsa Slavia dan menjadi inti dari bangsa Rusia modern.

Jadi sekali lagi, absurd! Namun demikian, bahkan kepalsuan sejarah seperti itu sekarang sedang disebarkan ke ruang informasi internasional. Perhitungannya, jelas, seperti biasa, dilakukan berdasarkan fakta bahwa tidak seorang pun akan mencari hal itu di Wikipedia.

Namun, mitos “Krimea Rusia” telah terbangun, sayangnya, tidak hanya melalui propaganda palsu dan distorsi yang tidak masuk akal dari sejarah. Pada bulan Mei 1944, Moskow melakukan operasi kriminal skala besar yang bertujuan untuk sepenuhnya membersihkan Krimea dari penduduk asli dan menggantikannya dengan etnis Rusia.

Rezim Stalin menyalahkan bangsa Tatar Krimea atas keterlibatannya dengan Nazi yang menduduki Krimea pada tahun 1941-1944. Seluruh orang Tatar Krimea sejumlah 191 ribu, termasuk anak-anak, dibawa ke wilayah Asia terpencil di Uni Soviet dalam waktu dua hari. Fakta adalah bahwa Kremlin hanya membutuhkan pembersihan etnis, dan tuduhan pengkhianatan hanyalah sebuah alasan. Hal ini dibuktikan dengan data bahwa keluarga dari 9.000 Tatar Tentara Merah (militer Uni Soviet), yang pada waktu itu berperang di garis depan melawan Nazi, dikirim ke pengasingan, padahal mereka juga merupakan pahlawan. Selain Tatar, kelompok etnis lainnya juga diusir, yaitu orang-orang Yunani, Bulgaria dan Armenia, yang mendiami Krimea selama berabad-abad meskipun tidak dituduh melakukan pengkhianatan. Hanya tersisa bangsa Slavia di Semenanjung Krimea saat itu, yaitu masyarakat Rusia dan Ukraina.

Setelah itu, transmigrasi besar-besaran masyarakat dari pedesaan Rusia ke Krimea pun dimulai. Mereka bermukim di 80.000 rumah kosong yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Kelompok keturunan dari koloni Rusia inilah yang kini membentuk bagian terbesar dari populasi Krimea. Mereka lah yang mendukung dilakukannya aneksasi Krimea.

Hingga akhir, Moskow mencegah Tatar Krimea untuk kembali ke tanah air. Pemulangan massal mereka sudah dimulai setelah Ukraina merdeka. Ukraina sendiri telah menanggung semua biaya dan mengurus penataan seluruh bangsa. Pada 2013, 266 ribu Tatar kembali ke rumah, yang merupakan 13,7 persen total populasi Semenanjung Krimea.

Menteri Luar Negeri Ukraina H.E. Mr. Pavlo Klimkin

Pendudukan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 menjadi bencana nyata bagi Tatar Krimea. Mereka telah melarikan diri dari Gulag (penjara Uni Soviet), tetapi Gulag kembali mendatangi bahkan di tanah asal mereka. Oleh karena itu, hampir semua orang Tatar Krimea menentang pendudukan Rusia dan tetap loyal kepada Ukraina. Justru karena hal itulah, Tatar Krimea menjadi korban utama penganiayaan dan penindasan oleh Rusia sejak okupasi Krimea terjadi tahun 2014. Sebanyak 25 ribu Tatar terpaksa meninggalkan Krimea lagi dan beremigrasi ke bagian wilayah Ukraina. Kremlin telah melarang Mejlis (parlemen nasional Tatar Krimea), media serta pendidikan. Budaya dan agama Tatar dilecehkan. Puluhan patriot dijebloskan ke penjara. Pada Desember 2018, Rusia menangkap tokoh publik Tatar, Eden Bekirov ketika memasuki Krimea, yang ingin mengunjungi ibunya yang berusia 78 tahun. Bekirov adalah orang dengan kondisi lumpuh serius, dia menderita diabetes parah, kaki yang diamputasi, dan 4 aliran pirau pada jantung setelah mengalami infarktus di tahun sebelumnya. Tinggal di tahanan tanpa memperoleh pengobatan yang diperlukan dan perawatan medis baginya sama saja dengan hukuman mati. Namun demikian, “peradilan” Rusia tetap menahannya. Mereka menuduh Bekirov dengan dugaan melakukan upaya menyerahkan sekantong 15 kilogram bahan peledak kepada seseorang, meskipun kesehatannya bahkan tidak memungkinkannya mengangkat beban dua kilogram. Tuduhan absurd yang sesungguhnya, tirani hukum yang semena-mena, menunjukkan bahwa sistem represif Rusia sedang mencoba untuk mengintimidasi dan melemahkan moral Tatar Krimea.

Saya harus mencatat bahwa korban represi bukan hanya Tatar Krimea. Seluruh dunia sudah tahu nama sutradara film yang dipenjara secara ilegal, seorang etnis Rusia dan patriot sejati dari Ukraina Oleg Sentsov, yang secara terbuka memprotes pencaplokan Krimea. Volodymyr Baluch, seorang etnik Ukraina, menjadi simbol keberanian, dilemparkan ke balik jeruji karena menaikkan bendera Ukraina di atas rumahnya di Krimea yang diduduki. Seperti yang Anda lihat, orang-orang Krimea yang jujur dan berani memprotes dan berperang melawan perampasan tanah mereka oleh penjajah Rusia, terlepas dari kebangsaannya. Pelanggaran hak asasi manusia di Krimea oleh Moskow telah berulang kali dikutuk oleh PBB dan organisasi internasional lainnya. Tetapi saya yakin bahwa komunitas internasional harus melipatgandakan upaya untuk segera membebaskan tahanan politik.

Seperti yang kita lihat, saat ini kejahatan terhadap orang Tatar Krimea merupakan kelanjutan dari kejahatan tahun 1944, yang pada sejarah dunia disebut dengan nama “deportasi”. Definisi ini digunakan hari ini oleh para akademisi, politisi dan jurnalis. Namun, istilah “deportasi” itu sendiri merupakan bentuk eufemisme politik yang memberikan gambaran salah dan tidak sepadan dengan realitasnya. Fakta menunjukkan bahwa terdapat 46,2 persen Tatar Krimea meninggal selama 4 tahun pertama di pengasingan karena kondisi kehidupan yang sangat sulit. Ini bukanlah deportasi semata, melainkan bentuk genosida. Akibat pergeseran dari pengartian genosida Tatar Krimea tersebut, seperti halnya dengan Holodomor Ukraina, peristiwa ini terlepas dari ingatan sejarah manusia. Kita harus mengakui kedua pertistiwa tersebut sebagai bentuk kemenangan hitam lainnya dari propaganda Soviet-Rusia.

Akibatnya, mitos “Krimea selalu bagian Rusia” juga diperlukan di Moskow untuk mempertahankan hasil dari genosida Tatar Krimea dan digantinya mereka oleh kolonis Rusia. Itu juga merupakan salah satu tujuan utama pendudukan Krimea saat ini.

Dengan demikian, de-okupasi dan pengembalian Krimea ke kedaulatan Ukraina, di samping aspek politik dan hukum, juga memiliki keharusan moral yang kuat. Komunitas internasional tidak memiliki hak untuk mengizinkan satu pun genosida untuk “beruntung”, sehingga mereka yang telah melakukan itu dapat mencapai tujuan mereka bahkan setelah beberapa dekade berlalu. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *