Connect with us

Feature

Pentahelix Paripurna ala Doni Monardo

Published

on

Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Monardo. (foto: ist)
Oleh Egy Massadiah

KONSEP pentahelix di tangan Kepala BNPB Doni Monardo, tiba-tiba saja menjadi lebih hidup dan paripurna. Pentahelix dimaknai sebagai kerangka kerja dalam berkegiatan dan berkarya agar lebih maksimal.

 Ada lima pihak yang harus diperhatikan peran, kepentingan, maupun karakternya. Unsurnya terdiri atas pemerintah (administration), masyarakat (society), bisnis/investor (business), peneliti (knowledge), dan media.

Kerangka ini awalnya hanya tiga pihak (pemerintah – pasar – penelitian), kemudian menjadi empat pihak (pemerintah – pasar – penelitian – masyarakat), hingga kemudian menjadi lima seperti tersebut di atas.

Dalam aplikasi yang lain, konsep sinergitas pentahelix pun dibuat menjadi berbagai varian, demi tercapainya tujuan. Salah satunya pengembangan pentahelix yang melibatkan unsur ABCGM: akademisi (Academician), bisnis (Business), komunitas (Community), pemerintah (Government), dan media. Kata kuncinya tetap sama: Sinergi.

Berbicara tentang pentahelix, Doni sudah mengaplikasikannya dalam kinerja sehari hari. Betapa pun, sinergitas yang menjadi ruh pentahelix tidak melulu untuk kepentingan bisnis, tetapi juga bisa diterapkan untuk menangani bencana.

Bahkan, di tangan seorang yang berkarakter creative leaders, pentahelix adalah kunci sakti yang mampu membuahkan hasil ideal serta maksimal. Pentahelix juga semacam kuda tunggangan yang membawa sang penunggang menjadi agen perubahan.

Kepala BNPB, Doni Monardo dalam salah satu acara. (foto: ist)

Sejak dilantik sebagai kepala BNPB 9 Januari 2019 Doni menanamkan kepada semua jajarannya di tingkat provinsi dan kabupaten, terkhusus para eselon satu dan dua kiranya mengaplikasikan jurus pentahelix.

“Pencegahan dan penanganan bencana alam, tidak bisa dilakukan oleh satu pihak. Dalam hal ini, pentahelix adalah sebuah jawaban. Tinggal disesuaikan jurus pentahelix pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Sebab karakter masalahnya berbeda beda dan juga memperhatikan aspek lokal,” papar Doni.

Doni kemudian mengimbuhkan dua unsur lain yang menjadikan pentahelix paripurna sebagai “senjata trisula” BNPB melaksanakan tugas negara. Dua unsur itu yakni, jiwa gotong royong dan semangat untuk berbuat baik. Jadilah trisula: sinergi (pentahelix), gotong royong, dan semangat berbuat baik.

Doni mengingatkan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, yang kemudian dirumuskan menjadi Pancasila. Dalam pidato itu, Bung Karno menawarkan konsep ideologi negara, lima jumlahnya. Dari yang lima, bisa diperas menjadi tiga, bahkan bisa diperas lagi menjadi satu. Lima sila menjadi satu, disebut gotong royong.

“Sebuah jiwa bangsa Indonesia. Tradisi bangsa yang tidak ada di bangsa-bangsa lain. Gotong royong adalah murni jadi diri bangsa Indonesia, dan saya percaya jika itu jiwa maka tidak akan pernah luntur. Kita hanya perlu mengasah,” papar Doni pula.

Ruh gotong royong, tidak melulu kerjasama, dan tidak cukup dengan penjabaran sinergi. Di dalam spirit gotong royong, terdapat pengertian tulus-ikhlas, ringan sama dijinjing-berat sama dipikul, rela berkorban, tanpa pamrih. “Karena itu, pentahelix dalam praktiknya adalah semangat jiwa gotong royong,” kata prajurit yang dikenal peduli lingkungan itu.

Doni mengingatkan, kata “gotong royong” memiliki makna magis bagi bangsa Indonesia. Saat itu, Bung Karno dalam pidatonya berkata, “Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan bersama. Dari semua untuk semua,” ujar Doni mengutip Bung Karno.

Betapa dengan “gotong royong” bangsa Indonesia digembleng dan menggembleng diri dalam tempaan nation and character building. Dalam waktu yang tak terlalu lama, melalui semangat gotong royong, Bung Karno menggembleng bangsanya, menjadi bangsa yang bermental “elang rajawali”.

“Alangkah hebatnya, jika jatidiri bangsa kita, jati diri kegotongroyongan kita digunakan untuk penanggulangan bencana. Segenap elemen bangsa, holopis kuntul baris… bersama-sama menyelamatkan lingkungan, sekaligus mewariskan lingkungan yang lebih baik kepada generasi penerus,” ujar Doni berapi-api seraya menjelaskan bahwa pentahelix adalah juga jiwa pancasila di era milenials ini.

Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo. (foto: ist)

Nah, di atas kedua hal itu, sinergi dan gotong royong, Doni Monardo menambahkan satu unsur lagi, yakni semangat berbuat kebaikan. Semangat berbuat baik, adalah ajaran universal, tidak memandang suku, agama, dan ras manusia.

“Jika dalam diri manusia dibekali sisi baik dalam hatinya, maka itulah yang harus kita dorong,” tambahnya. Tak terkecuali masyarakat Islam, sebagai mayoritas bangsa Indonesia.

Doni Monardo mengutip Alquran surat Al-Baqarah, 2: 148 tentang hakikat fastabiqul khairat, atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Ayat itu berbunyi: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 148).

Dus, Trisula Pentahelix, Gotong Royong, dan Fastabiqul Khairat adalah sebuah penyempurnaan konsep kerja yang digelindingkan Kepala BNPB Doni Monardo.

(Egy Massadiah, wartawan senior dan pegiat teater)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *