Connect with us

Feature

Ngopi Bareng Milenial, Semakin Pahit Kian Nikmat

Published

on

Hasto Kristiyanto ngopi bareng milenial Bandung, Jumat malam (22/2/2019)–foto istiemwa

JAYAKARTA NEWS—Mengisi malam yang dingin di Kota Bandung, Jawa Barat, bisa dilakukan dengan ngopi bareng teman-teman sejawat. Selain bersantai, ngopi bareng juga bisa memunculkan kreativitas, inspirasi, dan ajang mengeluarkan serta menyalurkan ide dan gagasan.

Sebuah warung kopi, Sinopis Creative Space di bilangan Jalan Pelajar Pejuang 45, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/2) malam, itu terlihat ramai. Halaman sebuah bangunan berisi meja dan kursi. Lantainya pun diisi bebatuan. Dari balik pagar besi, terlihat dari kejauhan sejumlah anak muda yang belakangan beken dengan sebutan kaum milenial terlihat asyik duduk bercengkrama. Ya duduk sambil minum kopi.

Ngopi bareng tepatnya. Sembari menikmati malam di kota kembang. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan rombongan dari Jakarta juga tidak mau ketinggalan. Mereka bergabung bersama dengan para anak muda yang merupakan para sinopsis tersebut. Diskusi sambil ngopi.

Sejumlah tokoh juga tampak hadir. Antara lain Ketua DPD PDIP TB Hasanuddin, Tim Kampanye Kiai Ma’ruf Amin, Habib Soleh Almuhdar, politikus muda PDIP Ramond Dony Adam, serta para pecinta kopi. Asyik membaur. Menikmati kopi sambil berdiskusi yang dipandu seorang sinopsis yang juga pelukis Edrike Joosencia atau Keke.

Salah satu narasumber yang juga pecinta kopi, Ketut mengatakan, di Bandung sekarang ini hampir setiap tikungan ada kedai kopi.

“Kedai tentang kopi juga banyak di Bandung. Kami ingin kopi menjadi perhatian, mulai petani, roaster, pekerja maupun penikmatnya,” ujar Ketut.

Salah satu pecinta kopi Fery atau karib disapa Kang Fey, lebih detil menjelaskan soal kopi. Menurut dia, memang kedai kopi sudah sangat menjamur di Kota Bandung, ini. “Kalau secara angka memang agak sulit dihitung, tapi kata teman-teman sinopis ada sekitar 500 kedai kopi di Bandung,” ujar Kang Fey.

Dari warung kopi, Kang Fey berujar beragam kreasi, kreativitas, ide bisa dikelola menjadi pergerakan positif. Berangkat dari pergerakan kopi, ada suatu yang menarik yang dimulai dari budidaya sampai bagaimana bisa diminum. Kang Fey juga mengungkap bahwa siklus kopi ini sangat memberikan kontribusi positif bagi manusia.

“Circle-nya manusia selamatkan kopi, kopi selamatkan hutan, dan hutan kembali menyelamatkan manusia. Satu pohon menyuplai oksigen untuk 10 orang,” ungkap Kang Fey.

Dia menjelaskan kopi tidak produktif kalau kebun atau hutan tempatnya tumbuh menyerap lebih dari 40 persen matahari. Jadi, butuh pohon pelindung. “Kalau kami menyebutnya hutan kopi. Dan yang perlu diketahui akar pohon kopi bisa menahan longsor selama 20 tahun,” ungkapnya.

Kang Fey berujar, berdasar sebuat riset ada 1,6 juta hektar kebun kopi di Indonesia yang bisa menghasilkan 1000 ton per hari. Dari sisi konsumsi, Indonesia masih kekurangan sekitar 200 hingga 500 ton per hari.

Dia menjelaskan satu orang Indonesia mengonsumsi kopi lebih dari 20 gram setiap hari. Jika dikalikan dengan jumlah orang yang ngopi, yakni 60 juta, berarti sehari bisa menghabiskan 1200 ton. Masalahnya, dari 1200 ton produksi kopi, 500 ton diekspor. Pada akhirnya banyak pula kopi-kopi yang beredar karena dicampur jagung dan beras.

“Secara produktivitas pembudayaan kopi masih kurang namun dengan adanya pegiat kopi, kedai kopi, itu sangat membantu meningkatkan produktivitas,” kata Kang Fey.

Hasto menyatakan Presiden Jokowi adalah pecinta kopi yang sebenarnya. Dia memahami dan mendorong agar tren minum kopi naik. Sebab anak-anak muda milenial memang lebih suka mengambil jalan sendiri, membuat usaha sendiri, yang salah satunya adalah terkait kopi.

“Karena Pak Jokowi memahami apa yang disenangi anak muda atau para milenial,” kata Hasto.

Berbeda dengan Jokowi, Hasto mengaku dirinya adalah seorang penikmat kopi.

“Dulu saya minum kopi pakai gula. Sekarang sudah tidak lagi. Karena jadi politikus itu kadang-kadang hidupnya pahit,” ungkap Hasto sambil tertawa.

Hasto mengatakan Bandung sebagai pusat kreativitas apapun terlihat baik. Sense of creativity, inovasi yang ada, membuat segala sesuatu yang ada di Bandung menjadi indah.

Dia mengatakan, Bandung khususnya dan Jawa Barat umumnya, telah banyak melahirkan kreativitas, pejuang, maupun para tokoh. Bahkan, ujar Hasto, Bung Karno juga dulu belajar soal nasionalisme, patriotisme, mencintai alam, bertemu Marhaen di Bandung, hingga akhirnya dirumuskan dalam Pancasila. “Bandung adalah kreativitas untuk Indonesia Raya,” kata Hasto.***/ebn

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *