Connect with us

Kolom

Mujahid Dakwah KHM Ma’shum Bondowoso Berpulang

Published

on

Almarhum KH Muhammad Ma’shum

Oleh Rahman Sabon Nama
Ketua Umum Persatuan Pengamal Tharekat  Islam

 

Jelang ashar, kisaran pkl. 14.30 WIB Kamis (13/9) kemarin, KH Muhammad Ma’shum, Pendiri dan Pemimpin Pondok Pesantren Al Ishlah Bondowoso, berpulang ke Rahmatullah. Almarhum mengembuskan nafas penghabisan di RS Siloam Surabaya Jawa Timur setelah dirawat beberapa hari.

Sempat saya jenguk almarhum di rumah sakit itu. Juga, sebelumnya di RS MMC di Jl. Rasuna Said Jakarta. Kedatangan saya disambut beliau di pembaringan dengan senyum, dan ucapan sejuk bersahabat: Ahlan Mas Rahman! Barakallah.

Kendati fisiknya tampak lemah, tapi beliau masih ajak saya bercakap-cakap soal masa lalu. Masa ketika kami mulai berkenalan, sama-sama bergiat, bilkhusus demi umat, masyarakat, bangsa dan negara. Semua mengalir biasa, dengan sesekali menasihati saya dalam hal ubudiah, ukhrowi dan amaliah kebangsaan.

Kebersamaan dan kebersahabatan saya dengan almarhum—dalam konteks umat, masyarakat dan kebangsaan—terakhir kali ketika beliau mencermati situasi kebangsaan terkini. Di situ beliau meminta saya untuk memediasi pertemuan dengan Presiden Joko Widodo. Permintaan pertemuan ini diterima oleh Presiden, dan berlangsung pada 04 April 2017 dihadiri oleh sejumlah ulama dari beberapa daerah di Indonesia yang beliau koordinir.

Diialog berlangsung sejuk dengan Presiden Jokowi. Di situlah saya semakin memahami bahwa kiayi kharismatik ini, punya wawasan kebangsaan yang luas, berakar pada bukan saja kepentingan keumatan dan masyarakat umum, tetapi juga bagi bangsa dan negara. Karakteristik dakwah Islamiyah begitu kuat dan kental yang beliau kemukan dalam dialog dengan Kepala Negraa. Bagi saya, beliau, KH Muhammad Ma’shum Bondowoso adalah Mujahid Dakwah yang santun.

Saya berkenalan dengan almarhum sejak 1982 ketika sama-sama bertemu Presiden Soeharto di Jalan Cendana Menteng Jakarta. Kepada beliau saya diperkenalkan sebagai Sekjen Persatuan Pengamal Tharekat Islam (PPTI) organisasi sayap Golkar dan Ketua Umum Angkatan Muda Tarekat Islam, oleh ulama khos Mursyid Tharekat Islam/Rois Am PBNU, KH Mashum dan KH Achmad Bushori dari Jawa Timur, Pimpinan Tharekat Qodaiyah Wa Naqsabandiyah, KH Tadjul Arifin Tasikmalaya Jawa Barat, serta Ketua Umum PPTI, KH Mas Amiruddin.

Sejak itulah saya bersahabat dengan almarhum. Inilah yang membuat saya senantiasa bersilaturahim ke beliau di Pondok Pesantren Al Ishlah Bondowoso Jawa Timur. Dan, dua hari sebelum wafat—ketika dirawat di RS Siloam Surabaya itulah—beliau berpesan minta saya bergegas datang menemuinya. Di situlah kami saling curhat utara-selatan.

Cukup lumayan lama kami curhat, datang Prabowo Subianto dan Fuad Bawazier. Beliau menyambut dua tokoh ini dengan baik, hangat, penuh silaturahim. Terkesan bahwa dua tokoh ini menyempatkan diri datang menjenguk kiyai khos dan berpengaruh itu, lebih pada aspek humanis.

Keduanya, Prabowo dan Fuad, memberikan spirit agar kiyai dan guru ini kembali beragiarah, bangkit, dan sembuh sebagaimana sediakala. “Umat, Bangsa dan Negra masih butuh Pak Kiayi,” itu yang terucap oleh Prabowo Subianto. Tak terlintas sedikitpun permintaan dukungan politik dari Prabowo maupun Fuad kepada kiayi dalam percakapan. Selain, berdoa di samping tempat pembaringan kiayi, agar Allah SWT sembuhkan beliau selekas-lekasnya. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *