Connect with us

Traveling

Mangguras Tao akan Digelar di Festival Pasir Putih

Published

on

GUNA meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegra Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir, di tahun 2018 ini telah memiliki 12 event pariwisata Horas Fiesta Samosir. Acara itu akan diselengarakan secara bertahap agar pengunjung datang secara bertahap pula untuk menikmati pesona alam Danau Toba.

Salah satu di antara event dari Horas Fiesta Samosir yaitu Festival Pasir Putih yang segera  diselenggarakan 31 Maret 2018 di kawasan pasir putih, Pantai Indah Situngkir, Desa Situngkir, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Acara dimulai dari pagi hingga malam hari, kemudian ada tiga bagian acara di festival ini antara lain pertama Kirab Budaya Ritual Manguras Tao, kedua perlombaan berbasis air dan pantai, seperti marhonong (ketahanan menyelam dalam air), membawa air di dalam periok, tarik tambang solu (sampan), memahat patung dari pasir, melempar batu serta melukis pantai dan danau, ketiga hiburan rakyat malam harinya dihibur Marsada Band dan Komedian batak Nai Malvinas.

“Lomba terbuka untuk siapa saja, mulai dari antar desa, kecamatan dan kabupaten. Sebagai pihak penyelenggara Dinas Pariwisata Samosir sudah menginformasikan acara ini seluas-luasnnya,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Samosir, Drs Ombang Siboro MSi ketika dihubungi Rabu, (28/3). Ia berharap masyarakat atau peserta dari luar aKbupaten Samosir bisa ikut memeriahkan perlombaan. Akan tetapi, perlu diketahui, bahwa perlombaan ini tidak money oriented, jadi hadiahnya berupa penghargaan. Tujuan lomba bukan target prestasi, melainkan kemeriahan acara.

Lebih lanjut Manguras Tao melalui akun Facebook Dinas Pariwisata Samosir, bahwa awalnya adalah ritual tertutup masyarakat di huta atau gabungan huta di bawah bius. Ritual dilakukan untuk menolak bala dari para penghuni danau yakni Saneang Nagalaut dan pemilik kekuatan lain yang disebut Partambak Simonang-monang, Partao Nabolak Partao Sitio-tio. Bala muncul karena kelakuan manusia yang dianggap telah mengotori danau. Dalam pengertian fisik maupun simbolik.

Untuk memulihkan harmoni antara manusia dan penjaga danau, harus diadakan ritual persembahan agar pemilik kekuatan di danau tidak marah. Ritual itu sudah lama tak dilakukan karena dianggap sebagai bagian dari penyembahan berhala. Karena bukan lagi ritual religi sebagaimana dihayati masyarakat Batak sebelum masuknya agama Kristen, maka atraksinya tak dibuat sama seperti ritual aslinya. “Doa persembahan kepada Saneang Nagalaut diganti dengan doa kepada Tuhan untuk keselamatan wisata di Danau Toba, masyarakat, dan turis.” Secara garis besar, Seni Ritual Manguras Tao Toba diawali dengan berkumpulnya 10 tokoh desa dari lima desa di Situngkir Parbaba. Sebuah kampung yang dianggap memiliki usia paling tua dibanding kampung lainnya.

Selain para tokoh desa, ikut berkumpul juga masyarakat kelima desa. Kesepuluh tokoh desa mengenakan pakaian khusus seperti raja adat. Sebelum melakukan perjalanan menuju tepi Pantai Pasir Putih Situngkir, tempat seni ritual dilakukan, diadakan kebaktian kecil dan doa pemberangkatan dipimpin seorang pastor dan pendeta. “Ini bentuk negosiasi dengan gereja agar seni ritual yang diadakan tidak bertentangan dengan ajaran gereja.” Setelah acara kebaktian dan doa selesai, dilanjutkan arak-arakan sepanjang 2,5 km menuju bibir pantai. Rombongan terdepan adalah pemimpin upacara dan tokoh desa, diikuti bupati dan rombongan pejabat, serta masyarakat. ***