Connect with us

Feature

Mandi Matahari di Lintang Nol Derajat

Published

on

Monumen Tugu Khatulistiwa, Pontianak – Kalimantan Barat. (foto: roso daras)

JAYAKARTA NEWS –  Di luar tanggal-tanggal tertentu, Tugu Khatulistiwa sesungguhnya tugu yang biasa-biasa saja. Akan tetapi di tanggal-tanggal tertentu, tepatnya tengah hari setiap tanggal 21 – 23 Maret dan tanggal 23 September, tugu ini menjadi sangat istimewa. Sebab, benda-benda tegak di sekitar Tugu Khatulistiwa menjadi tidak ada bayangan alias tanpa bayangan.

Itulah fenomena alam, fenomena geografi langka, dan hanya ada di sana. Fenomena yang menunjukkan bahwa Tugu Khatulistiwa terletak tepat pada garis lintang nol derajat. Karena itu pula, Tugu Khatulistiwa yang ada di kota Pontianak, Kalimantan Barat menjadi istimewa. Bahkan, bahasa lebay berbunyi, “Belum sah ke Pontianak kalau belum mengunjungi Tugu Khatulistiwa.”

Karenanya, kunjungan ke Tugu Khatulistiwa beberapa hari lalu bisa dikatakan “setengah sah”. Dikatakan setengah, karena berkunjung sudah, tetapi tidak pada tanggal-tanggal istimewa. Karenanya, bukan “wisata tanpa bayangan” yang didapat, melainkan wisata mandi matahari di tugu bersejarah. Tidak lebih.

Tak mengapa. Setidaknya kunjungan itu membantah bayangan selama ini, tentang sosok tugu yang menjulang tinggi di tengah kota. Tugu itu memang menjulang, tetapi tidak di tengah kota. Ia berada di Pontianak utara, di tepi jalan raya menuju Mempawah dan Singkawang. Tidak semua taksi online berkenan mengantar ke sana jika bukan siang hari. Maklum, dua jembatan menuju ke titik lokasi, selalu macet parah di pagi dan sore hari. Jarak yang hanya 15 kilometer, bisa ditempuh dalam waktu dua jam, bahkan lebih.

Tugu Khatulistiwa asli karya Frederich Silaban tahun 1938, yang berada di dalam kubah replika tugu yang dibangun tahun 1990. (foto: roso daras)

Apa boleh buat, siang hari pun harus diterobos demi bisa melihat tugu legendaris itu. Yang tampak di depan mata ternyata tugu duplikat. Sedangkan tugu aslinya, berada di dalam bangunan tugu duplikat itu. Nah, di ruang tugu duplikat itulah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pontianak sebagai penanggung jawab objek, memajang foto-foto dan keterangan-keterangan tertulis tentang Tugu Khatulistiwa.

Catatan sejarah tentang tugu itu, diperoleh tahun 1941, dari V. en. V oleh Opsiter Wiese. Mengutip keterangan Bijdragentot de Geographe (Kontribusi untuk Geografi) dari Chep Van den Topographeschen dien in Nederlandsch India: Den 31 Sten Maart 1928 (tanggal 31 Maret 1928) telah datang di Pontianak, satu tim Ekspedisi Internasional yang dipimpin seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak garis Equator di Kota Pontianak. Mereka memasang tugu dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu berbentuk tonggak dengan tanda panah.

Dua tahun kemudian, 1930, pemerintah Hindia Belanda menyempurnakan tonggak itu, tetapi hanya di bagian panah, dengan memberinya lingkaran, seperti lingkaran bola bumi. Perubahan ketiga, terjadi pada tahun 1938 dan agak mendasar, karena membongkar tugu yang lama sama sekali, dan menyempurnakan menjadi bangunan tugu yang terdiri dari empat buah tonggak belian.

Monumen Tugu Khatulistiwa yang didesain Frederich Silaban tahun 1938. Foto diambil tahun 1940.

Yang mengerjakan adalah arsitek dalam negeri, kelahiran Sianjur Mulamula, Pulau Samosir bernama Frederich Silaban. Jika menilik sejarah, Silaban punya jasa besar sebagai arsitek yang antara lain terlibat pembangunan Gelora Bung Karno, Tugu Monas, dan Masjid Istiqlal.

Akan tetapi, karya Silaban tahun 1938 yang kini masih utuh berdiri di ruang bawah tanah bangunan replika Tugu Khatulistiwa, terbilang masih sederhana. Bentuknya berupa bangunan empat tonggak kayu belian masing-masuk berukuran 30 cm di keempat sisi baloknya. Tinggi keempat tonggak tidak sama. Dua di depan berketinggian 3,05 meter, dan dua tonggak di belakang memiliki ketinggian 4,40 meter. Di atas tonggak belakang, terdapat lingkaran dengan panah petunjuk arah.

Benar. Hingga tahun 1989, Tugu Khatulistiwa karya Silaban itulah yang bisa dilihat. Selain terbilang pendek untuk ukuran monumen tugu, desainnya relatif tidak menarik, bagi yang mengharapkan sebuah desain unik memanjakan mata.

Tahun 1990, pemerintah baru melakukan perubahan cukup mendasar pada monumen Tugu Khatulistiwa. Renovasi dilakukan dengan membuat kubah dan duplikat. Tugu Khatulistiwa duplikat dibuat dengan ukuran 5 (lima) kali lebih besar dari tugu aslinya, sehingga penampakan sekarang menjadi dua buah tonggak bagian depan dengan ketinggian 15,25 m dari permukaan tanah, dan dua tonggak bagian belakang memiliki ketinggian 22 m dari permukaan tanah. Adapun panjang anak panah penunjuk menjadi 10,75 m.

Di bawah anak panah tertera plat bertuliskan 109020’00” OLVGR, menunjukkan letak berdirinya Tugu Khatulistiwa pada garis bujur timur. Tugu duplikat hasil renovasi itu diresmikan pada tanggal 21 September 1991 oleh Parjoko Suryokusumo, Gubernur Kalimantan Barat.

Foto seremoni pada tanggal spesial, saat semua makhluk dan benda menjadi tanpa bayangan. Perhatikan, para penari menari tanpa bayangan.

Itulah keseluruhan informasi seputar monumen Tugu Khatulistiwa yang ada dan bisa diakses pengunjung. Foto-foto lama yang terpajang di dalam bangunan kubah, tidak begitu jelas. Data kunjungan dan foto-foto kegiatan pada momentum hari “tanpa bayangan” merupakan foto hasil jepretan tahun 2015. Akan tetapi, menurut petugas setempat, setiap tanggal-tanggal “tanpa bayangan” selalu digelar seremoni di plasa tugu.

Di area luar kubah, tampak pemerintah sedang membangun taman dan fasilitas pelengkap. Arahnya, menjadikan Monumen Tugu Khatulistiwa sebagai objek wisata keluarga. Selain bangunan tempat jualan cendera mata, juga tampak ruang-ruang restoran. Tapi belum satu pun tenan yang jualan. Sedang di bagian lain, tampak area mainan mobil-mobilan untuk anak-anak.

Keseluruhan desain pengembangan ada dalam maket yang terdapat di dalam kubah monumen. Sebagian besar peruntukan lahan, untuk area parkir kendaraan, taman, water park, planetarium, hotel, dan lain-lain peruntukan. Sedangkan yang sudah terbangun, masih jauh dari yang direncanakan. Di lokasi, juga tidak tampak kegiatan pembangunan.

Karenanya, hindari ekspektasi berlebihan jika berkunjung ke sana, di luar tanggal-tanggal istimewa 21 – 23 Maret dan tanggal 23 September. Dengan kata lain, hanya di tanggal-tanggal itulah Anda akan mendapatkan sensasi “wisata tanpa bayangan”. Di luar tanggal-tanggal itu, cukuplah wisata mandi matahari di lintang nol derajat. (roso daras)

Penulis, selfie di Tugu Khatulistiwa asli.
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *