Connect with us

Feature

Kreativitas Memanfaatkan Solar Panel (6 – Selesai)

Published

on

IDE KLINIK TERBANG KE DENPASAR

INI memang baru gagasan. Tapi tidak sulit mewujudkannya. Sebuah klinik lapangan untuk penanganan bencana dengan sumber energi surya.

Ide ini berangkat dari berbagai cerita tentang kesulitan dalam penanganan bencana. Begitu musibah terjadi, jaringan PLN terganggu. Mungkin putus, Aliran listrik PLN pun mati.

Padahal, banyak korban yang harus ditangani. Yang sakit. Yang luka. Mereka butuh klinik dan jasa medik.

Dari kondisi itulah, saya membuka diskusi dengan Paulus PT ATW Sejahtera, ATPM panel surya dari Norwegia yang dikenal sebagai pabrik panel surya terbesar dan tertua di dunia. ”Bisa nggak kita bikin klinik seperti ini?” tanya saya.

”Bisa!” jawab Paulus.

Next week, kami akan melanjutkan diskusi dengan merancang desain tekniknya, agar segera diketahui berapa harga paketnya. Sudah banyak lembaga penanganan bencana yang menunggu rincian harganya.

Tiga orang memberi respon atas artikel saya yang terbit di Facebook itu, kemarin. Dua dari lembaga pertolongan bencana. Satu dari perusahaan pengelola infrastruktur transportasi.

Dua lembaga pertolongan bencana itu langsung meminta konsep dan desain teknik atas klinik lapangan yang saya ceritakan. Minggu depan, saya diminta mempresentasikan.

‘’Kami butuh 1 unit sebagai model. Selanjutnya kami akan menawarkan kepada kantor jejaring untuk mengadakan,’’ kata Pak Tri, yang menghubungi melalui telepon.

Selain harus presentasi ke lembaga pertolongan bencana itu, minggu depan saya juga diundang ke Denpasar. Pengundangnya seorang pejabat yang bertanggung jawab terhadap keselamatan pengguna jalan raya.

Ide klinik lapangan itu sepertinya akan dipertimbangkan untuk dibangun di beberapa lokasi Pulau Dewata. Mudah dibongkar pasang. Dan pasti ramah lingkungan.

‘’Paling gampang memahami converter dan solar cell, adalah memahami genset. Sama-sama mesin penghasil arus listrik,’’ komentar Paulus, setelah saya lapori respon tersebut.

‘’Bedanya, converter solar cell mengolah listrik dari sinar matahari. Sedangkan genset menghasilkan arus listrik dari motor yang berputar karena pembakaran BBM,’’ lanjutnya.

Paulus memang pintar mencari bahasa yang sederhana untuk menjelaskan produk solar cell kepada saya. Mungkin dia tahu, latar belakang pengetahuan saya memang tidak cukup untuk memahami energi surya itu dari sisi teknik atau teknologi.

Dengan memahami sebagai genset, saya menjadi lebih mudah untuk membayangkan aplikasinya. Peralatan apa saja yang membutuhkan arus listrik, berarti bisa digabungkan dengan converter panel surya.

Awalnya saya membayangkan energi surya dengan lampu. Panel surya dipasang di rumah-rumah yang tidak memiliki jaringan PLN untuk tujuan penerangan. Ternyata tidak begitu. Lampu hanya salah satu peralatan elektronik saja.

Bila converter panel surya dihubungkan dengan juicer, jadilah warung es jus bertenaga matahari. Bisa dibuka di mana saja. Tidak bergantung listrik PLN dan tidak perlu repot mengisi BBM untuk gensetnya.

Demikian pula bila converter solar cell itu dihubungkan dengan berbagai peralatan medis, jadilah klinik lapangan yang bisa dibangun di mana saja.

Menurut beberapa kawan saya yang aktivis pertolongan bencana, sumber energi bagi klinik lapangan sebaiknya mengakomodasi kebutuhan untuk peralatan medis, peralatan air bersih dan peralatan komunikasi.

Klinik memang memerlukan air bersih. Baik untuk klinik itu sendiri maupun masyarakat yang ada di lokasi bencana. Berarti diperlukan panel surya dan converter yang mampu mengakomodasi kebutuhan listrik untuk pompa air dan unit penjernihan.

Untuk infrastruktur komunikasi, para petugas medis sangat membutuhkan peralatan seperti internet. Berarti energi yang dihasilkan harus bisa untuk menghidupkan radiolink agar terhubung dengan jaringan internet di tempat yang jauh. ***