Connect with us

Entertainment

Komposer Yessy Wenas Berpulang

Published

on

alm Yessy Wenas–foto istimewa

Terlahir dengan nama Jehezkiel Robert Wenas di Tomohon, Sulawesi Utara, 14 April 1939. Yessy mengawali kariernya sebagai gitaris di kelompok “Alulas: yang sempat menjadi juara pertama dalam Festival Group Band di Hotel Homan, Bandung (1959). “Saya sudah mengagumi bunyi gitar dan kebetulan ayah saya punya gitar. Bunyi gitar itu enak sekali rasanya,” katanya menceritakan ihwal kecintaannya pada gitar dilansir Kabari News(27/4/14).

Yessy kemudian bergabung dengan kelompok “Aneka Nada” pada 1961. Personelnya terdiri dari Guntur Soekarno Putra (gitaris), Iwan (bassis), Indradi (drummer), serta Samsudin, Atjil, dan Memet Slamet (vokalis).

Selanjutnya, pada tahun yang sama, Yessy mulai menciptakan lagu, di antaranya “Abunawas”, “Si Gareng”, “Kisah Setangkai Daun”, dan “Menuai Padi” untuk kelompok Yanti Bersaudara.

Dekade 1960-an dan 70-an merupakan masa produktif Yessy sebagai pencipta lagu (komposer). Mulai Ernie Djohan, Titiek Puspa, Bob Tutupoli, Elly Kasim, Ineke Kusumawati, Titiek Sandhora, hingga Patty Bersaudara antre menyanyikan lagu ciptaannya.

“Saya mencipta lagu karena ada kebutuhan saja, studio meminta lagu, lalu saya buatkan lagu,” katanya.

Selain sebagai pencipta lagu, Yessy juga pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Pencipta Lagu Populer Indonesia (1970), Wakil Direktur di studio rekaman Metro Studio (1971-1974), Kepala Studio Rekaman Yukawi (1975-1978), wartawan majalah “Sonata” (1979-1981), kolumnis musik dan seni budaya untuk surat kabar harian “Sinar Harapan” dan mingguan “Mutiara” (1981-1984), Pemimpin Redaksi Majalah “Duta Kawanua” (1998-1999), dan Pemimpin Redaksi Tabloid “Palakat” (1999-2000).

Selain itu, Ketua Lembaga Kebudayaan Sulawesi Utara (LKSU) 2010-2015, Dewan Pembina Sanggar “BAPONTAR” hingga saat ini. (Berita Tagar, Maret 2016).

Kini sosok beliau telah mendahului kita semua. Seorang yang dikenal sangat rendah hati dan selalu mau berbagi ini, dalam berapa tahun terakhir masih sering menyempatkan diri untuk hadir dalam kegiatan kebudayaan bersama sanggar “Bapontar”.

Almarhum sempat menerima penghargaan Lifetime Achievement, Anugerah Bakti Musik Indonesia tahun 2016 dari PAPPRI & Bekraf.

“Almarhum orang sangat baik, menjadi inspirasi bagi banyak insan musik Indonesia. Beliau pencipta 313 buah lagu, tidak pernah pelit untuk berbagi dengan kami generasi muda. Bersyukur tahun 2015, kami bersama almarhum dan sanggar “Bapontar” sempat hadir di undang oleh Presiden di Istana Merdeka pada kegiatan 17 Agustus,” tutur Beiby Sumanti, pimpinan sanggar “Bapontar”.

Pencipta salah satu tembang yang cukup terkenal “Mengapa Tiada Maaf Darimu” yang dipopulerkan oleh Bob Tutupoli dan Yuni Sara, menghabiskan masa terakhirnya bersama Wenny Pakasi, isteri tercinta dan sanggar “Bapontar” dalam beberapa kegiatan terakhir.

“Kami sangat kehilangan sosok kebanggaan masyarakat kawanua (Minahasa, Sulawesi Utara/Sulut) bahkan Indonesia ini. Beliau sejak awal berdirinya sanggar kami (Bapontar) sudah menjadi pembina, dan saya bersyukur di sela masa perawatannya saya sempat mengajaknya bersama dengan isterinya jalan-jalan ke Rumah Apung Sentul sambil mendengarkan beberapa lagu ciptaannya. Dan saya selalu membawakan kukis (kue) kesukaannya. Sangat bangga bisa bersama almarhum di hari-hari terakhirnya”, kenang Beiby yang juga Anggota Dewan Pembina Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 1946 (GPPMP), dimana Oom Yessy duduk di posisi Dewan Penasihat, bersama isterinya Wenny Pakasi.

Almarhum tutup usia setelah rentang 80 tahun berkiprah di dunianya. Dia menghembuskan nafasnya kembali ke Sang Khalik pada Jumat (19/1/19) malam sekitar pukul 23.36 WIB di RS Budi Asih, Cawang, Jakarta Timur.

Saat ini jenasah disemayamkan di Rumah Duka (RD) RS PGI Cikini, Ruang 1 (satu). Rencananya, jenasah almarhum akan dikebumikan di kampung halamannya di Tomohon, Sulut, dan akan diberangkatkan menuju Manado pada hari Minggu tengah malam, setelah melalui sebuah upacara adat Minahasa.

Indonesia kehilanganmu … masyarakat Sulut dan kawanua merasakan duka atas kepergianmu … terima kasih atas karya dan jasamu bagi Sulawesi utara dan Indonesia. Akan selalu dikenang. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *