Connect with us

Feature

Kisah Hannah Al Rasyid ‘Terdampar’ Jadi Artis

Published

on

Hannah Al Rasyid–instagram

Maksud hati bekerja di UNDP (United Nation Development Programme), Hannah pun ‘merantau’ dari Inggris ke Indonesia, namun alih-alih diterima sebagai pekerja UNDP, Hannah Al Rasyid malah ‘terjebak’ dalam dunia entertainment alias menjadi artis. Kenyataan yang sungguh di luar dugaannya, namun gara-gara ketidaksengajaan itu juga akhirnya pemeran Sopihie dalam film  Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2, ini, malah ketemu passion-nya.

“Waktu itu sambil nunggu panggilan kerja dari UNDP saya terima tawaran model beberapa video klip, kemudian menjadi VJ MTV. Kemudian saya mendapat tawaran untuk membintangi sitkom ‘Awas Ada Sule’. Mungkin karena mereka melihat saya waktu menjadi VJ gayanya ‘gokil’ nggak jelas, trus konyol juga, makanya gue diajak main sitkom hahaha,” kata gadis bernama lengkap Hannah Aidinal Al Rasyid ini sambil tertawa.

Dua season di acara Sitkom, Hannah mengaku meski dia senang dengan acara tersebut, namun dirinya menginginkan sesuatu yang berbeda untuk memperdalam ilmu aktingnya. Kesempatan yang ditunggu pun datang ketika dia mendapat tawaran main dalam film ‘Modus Anomali’ garapan sutradara papan atas Joko Anwar.

“Rasanya luar biasa senang, ‘Modus Anomali’ adalah anugerah untuk saya. Film itu disutradarai sutradara favorit juga para pemain berpengalaman. Jadi itu adalah kesempatan saya untuk banyak belajar dari mereka,” ujar gadis kelahiran London 1986 ini.

Hannah Al Rasyid–instagram

Sejak bermain dalam ‘Modus Anomali’, ia menjadi ‘ketagihan’ main film. Karena di dunia film ia mendapat kesempatan untuk menggali kreativitasnya. Sejalan dengan keinginannya maka sejak itu banyak tawaran main film mampir. Tapi Hannah mengaku ia tetap selektif dalam memilih film yang disodorkan padanya.

DIKHIANATI TEMAN BAIK

Merintis karier di dunia entertainment, ungkapnya, tidak lah mudah khususnya di awal-awal kariernya. Banyak hal yang menjadi tantangannya, termasuk ketika honornya ‘disunat’ temannya baiknya. Yang menyakitkan baginya bukan uang yang diambil temannya, tapi karena yang melakukan adalah teman yang sangat dia percaya. “Sungguh menyedihkan, teman baik melakukan seperti itu.. Tapi ya sudah lah, nggak apa-apa, anggap itu adalah proses belajar dengan demikian kita menjadi tahu karakter orang,” ungkapnya.

Di awal-awal, lanjutnya, memang banyak syok yang dia alami. Termasuk soal kedisiplinan kerja, profesionalitas juga soal pembayaran honor, yang dirasakannya sangat berbeda dengan Inggris dimana dia dibesarkan. “Kalau soal budaya saya justru nggak syok ya. Karena sekalipun saya ‘setengah’ (ibu Perancis), tapi oleh ayah sejak kami kecil dididik dan ditanamkan tentang Indonesia dan budayanya.”

“Keseharian kami juga banyak mengadopsi tentang kebiasaan-kebiasaan di Indonesia. Misalnya soal tata krama mencium tangan orangtua, aneka budaya Indonesia, kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia juga makanannya (nasi dan lauk-pauk).”

“Jadi kalau soal  Indoensia dan budaya tidak ada masalah sebaliknya saya merasa dekat. Itu semua karena didikan ayah yang meski kami tinggal jauh tapi hati kami tetap ‘merah putih’,” papar Hannah panjang lebar.***/tkh

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *