Connect with us

Feature

Kicau Burung dan Hijau Mangrove Selat Madura

Published

on

Perjalanan perahu bergoyang-goyang diterpa angin kencang. (foto: poedji)

Jayakarta News – Deburan ombak yang menghantam perahu mengakibatkan goncangan. Sejumlah pengunjung di atas perahu pun terombang-ambing sepanjang perjalanan mengitari kawasan pariwisata Mangrove Surabaya. Namun hal itu tidak membuat takut para penumpang, justru goncangan itu dinikmati sembari berteriak kegirangan.                

Walau sinar mentari cukup panas, namun semilir angin laut telah menepis teriknya dengan lembut. Apalagi ditambah kesejukan di sisi kiri-kanan ratusan bahkan ribuan tanaman mangrove hijau, menjadikan mata senang menatapnya.

Keceriaan selama melakukan perjalanan juga dihibur dengan adanya berbagai jenis burung yang hinggap di dahan-dahan tanaman dan sekali-kali “bersenandung” seakan menyambut kedatangan para wisatawan. Di antara burung-burung itu juga ada sekelompok monyet yang bertingkah lucu karena melakukan loncatan dari dahan satu ke dahan yang lain.

Perjalanan naik perahu dari dermaga menuju hutan mangrove memakan waktu 20 menit. Di hutan yang merupakan muara menghubungkan kali dengan Selat Madura, pengunjung bebas menikmati alam terbuka sepuasnya. Tarif perahu ditetapkan sebesar Rp 25.000 untuk orang dewasa dan Rp 15.000 bagi anak-anak, pergi pulang.  

“Senang mas naik perahu. Alami banget Mangrove Wonorejo ini,” kata Ny Indrawati. Ia datang dari Solo, Jawa Tengah, bersama sepuluh anggota keluarga lainnya sengaja ingin rekreasi ke Surabaya. Satu di antaranya mengunjungi Hutan Bakau Wonorejo.

Menuju hutan mangrove, selain dengan perahu. Wisatawan bisa jalan kaki melewati jogging track, yang terbuat dari anyaman bambu. Para kawula muda, lebih menyukai melewati jogging track. Mereka lebih bebas bersenda gurau di samping fisik anak-anak muda masih kuat. Sedangkan bagi pengunjung yang datang bersama keluarga, memilih naik perahu, ketimbang jalan kaki.

Bagi wisatawan yang ingin melintas Selat Madura, tepatnya di bawah Jembatan Suramadu, yang menghubungkan antara Surabaya menuju Madura, bisa menyewa kapal pesiar bermotor. Tarifnya Rp 100.000 per orang. Kapal pesiar mini ini dapat mengangkut 30 orang. Ketika melintas di Selat Madura, sambil menyaksikan menjelang matahari terbit di ufuk timur, menjadi daya tarik yang luar biasa.

Mengunjungi Ekowisata Mangrove (bakau) di Pantai Timur, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya, menyuguhkan nuansa berbeda. Lokasi santai untuk refreshing ini, merupakan objek wisata alternatif di Kota Pahlawan, yang layak dikunjungi terutama bagi pecinta pelesir kembali ke alam.

Pengelola di sana juga menyediakan berbagai bibit tanaman yang bisa dibeli oleh pengunjung kemudian menanamnya di sekitar ekowisata mangrove dengan petunjuk para petugas yang siap memberikan info titik tempat yang bisa ditanami.

Di sekitar pintu masuk juga ada kuliner yang menawarkan jajanan dan minuman untuk para pengunjung. Selain itu di dalam lokasi mangrove juga ada tempat-tempat kulinber lainnya sehingga pengunjung tidak usah takut kelaparan atau kehausan.

Selain itu pengelola Mangrove Wonorejo, julukan populer ekowisata ini, tidak menarik karcis alias gratis. Dengan luas 800 hektare lebih dan di kanan kiri jalan yang dilalui penuh bakau warna daun hijau membuat tempat ini menarik.

Bagi yang mempunyai hobi mancing, di samping tersedia kolam pancing. Di kolam tadi terdapat ikan nila, tombro dan bandeng.  Untuk mencapai hutan bakau dari tempat parkir kendaraan, pengunjung melewati tanaman bakau. Selanjutnya bisa naik perahu bermotor yang di kanan kiri juga penuh bakau. Bagi warga kota yang jarang naik perahu, pasti senang, apalagi nuansanya benar-benar alami.

Di antara rerimbunan hutan bakau terdapat jembatan kayu yang bisa digunakan pengunjung berlalu lalang menikmati keindahan suasana. (foto: poedji)

Penanaman hutan bakau di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut ini tergolong sukses. Karena itu, tidak salah jika pemerintah menjadikan Mangrove Wonorejo, dijadikan sebagai contoh pengelolaan bakau di berbagai tempat di Indonesia. Fungsi utama dari penanaman bakau di atas rawa-rawa dan garis pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, untuk melindungi pantai dari erosi.

Perluasan penanaman bakau terus dilakukan, terutama bagi badan usaha milik pemerintah (BUMN) dan kalangan swasta yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup. Karena itu, pada saat-saat tertentu terdapat kelompok masyarakat beramai-ramai menanam bakau. Bibit tanaman banyak tersedia di Wonorejo. Kelompok tersebut sewaktu-waktu bisa membeli sekaligus menanam bakau di sana.

Jenis bakau mangrove yang sukses ditanam di Wonorejo, dikembangkan di sepanjang Pantai Timur Surabaya lainnya, seperti di kawasan Gunung Anyar Tambak, Medoan Ayu, dan kawasan Keputih.

Kesuburan perairan bakau bahkan tumbuh begitu lebat, menjadikan Mangrove Wonorejo, banyak dikunjungi wisatawan terutama pada Sabtu, Minggu dan hari-hari besar Nasional lainnya. Pengunjung bukan hanya berasal dari Surabaya, tetapi banyak pula yang datang dari daerah lainnya seperti Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Pasuruan, Jember, Solo, Semarang, dan Yogyakarta.

Fasilitas lain yang ada di hutan bakau ini, rumah makan dan sentra makanan, minuman, mushola dan toilet. Makanan dan minuman tadi di antaranya soto, bakso, ikan bakar, mie instan, air mineral dan aneka minuman dalam botol lainnya. 

Untuk mengunjungi Mangrove Wonorejo, memang belum tersedia angkutan umum. Meskipun tidak ada bemo (angkutan umum) ke sana, namun banyak wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat ke sana. Bahkan banyak rombongan anak-anak sekolah, ibu-ibu PKK dan karang taruna pelesir ke hutan bakau, yang murah meriah tetapi lumayan untuk melepaskan lelah.

Bagi yang belum pernah mengunjungi hutan bakau ini, bisa melewati Jagir, Panjangjiwo terus lurus masuk di menuju Stikom, selanjutnya kea rah timur mengikuti arah anak panah menuju Mangrove Wonorejo.

Tempat parkir cukup luas, sehingga bisa menampung banyak kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Tarif parkir roda dua Rp 2.000, sedangkan untuk roda empat Rp 5.000. Sementara untuk masuk ke hutan bakau itu tidak dipungut biaya. (poedji)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *