Connect with us

Ekonomi & Bisnis

Kebijakan ODOL Kemenhub akan Hambat Kinerja Indocement

Published

on

JAYAKARTA NEWS – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) memproyeksikan, posisi perseroan bakal melemah drastis jika kebijakan ODOL (oversize and overdimesion) diberlakukan oleh pemerintah.

“Karena lokasi kami yang terkonsentrasi di Jawa Barat,” jelas manajemen dalam materi publikasi, Rabu (20/3/2019).

Kementerian Perhubungan telah menerapkan penindakan secara bertahap kepada truk terkait dengan masalah ukuran dan demensi (ODOL), yang melanggar jumlah berat yang diizinkan (JBI) hingga 100%.

Pada tahap selanjutnya, Kementrian Perhubungan (Kemenhub) menindak truk pelanggar JBI melebihi 75%, hingga selanjutnya pelanggar JBI 50%.

Persoalan ODOL dipandang telah merugikan negara, mengingat andil mereka dalam menurunnya kualitas jalan akibat rusak karena kelebihan beban. Pemberlakuan kebijakan ODOL ini sudah dilaksanakan pada 1 Agustus 2018.

Dalam kesempatan itu, perseroan juga menyampaikan perkiraan, bahwa semen Conch masih tetap akan menekan harga secara agresif, terutama di Jakarta dan Jawa Barat sepanjang 2019.

“Tetapi pemain baru lainnya akan mengikuti kenaikan harga karena kesulitan cash flow untuk membayar biaya pinjaman mereka,” ujarnya.

Manajemen menegaskan, target utama perseroan adalah untuk memenuhi permintaan klinker di pasar Jawa Barat dengan harga yang bagus, tetapi perseroan juga meninjau peluang pangsa pasar ekspor dari pabrik Tarjun, seperti Tiongkok dan Filipina.

Manajemen menambahkan, konsumsi semen sepanjang tahun ini masih didorong proyek infrastruktur dan penyelesaian proyek komersial dan ditambah proyek residensial yang akan dimulai di semester II-2019, juga karena faktor efek pengganda dari telah selesainya proyek jalan Lintas Jawa. Penurunan pajak terhadap rumah mewah dan pengendoran peraturan pinjaman (LTV) juga diharapkan mendorong sektor properti di tahun 2019.

Konsumsi semen nasional mulai bertumbuh positif sebesar 5% pada 2018 dibandingkan dengan 7,6% tahun sebelumnya, dan bakal bertumbuh sebesar 4% pada tahun pemilu ini.

“Kami perkirakan, biaya-biaya produksi bakal membaik karena penguatan rupiah dan penurunan harga batu bara, serta minyak di semester I-2019, tetapi mungkin dapat berubah di semester II-2019,” ujarnya.***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *