Connect with us

Feature

Kamikatsu, Kota tanpa Limbah Pertama di Dunia

Published

on

Kapan Kota Anda akan Menyusul Kamikatsu Menjadi Kota Bebas Sampah?

JAYAKARTA NEWS — Tengoklah map Jepang. Di antara kota-kota yang terhampar di negara kepulauan itu, ada sebuah kota bernama Kamikatsu.

Tatkala pertama kali menginjakkan kaki di kota tersebut, mungkin Anda pun tidak menemukan sesuatu yang luar biasa tentang kota Kamikatsu. Namun, saat Anda melihat dan meneliti lebih dekat, maka Anda akan mendapati bahwa Kamikatsu adalah sebuah kota yang telah mencapai hal yang paling luar biasa. Betapa tidak, kota ini telah berhasil menjadikan dirinya hampir menjadi kota nol limbah (sampah) pertama di dunia.

Kota, yang memiliki populasi 1.529, memulai pergerakan nol sampah pada tahun 2003 dan pada tahun 2016 mereka telah berhasil menurunkan limbah tahunan mereka dari 500 ton menjadi 300 ton. Pada akhir tahun ini, kota ini menargetkan untuk menjadi total kota limbah nol, tanpa menghasilkan limbah.

Bandingkan dengan kota Anda, atau Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung. Atau kota di negari kita dengan kualifikasi kualifikasi kota kecil yang mendapat anugerah lingkungan sebagai kota terbersih. Cobalah jalan ke alun-alun kota itu, Anda mungkin masih dengan mudah mendapati sampah berserak di jalan,

Yang menarik, justru di kita terbersih di dunia tersebut, Kamikatsu, kita tidak menemukan adanya layanan pengumpulan sampah. Sekitar 20 persen penduduk kota itu lebih suka mengubur limbah mereka di properti mereka, 80 persen penduduk menimbun limbah mereka sendiri di pusat pengumpulan sampah di kota.

Kamikatsu membangi sampah menjadi 45 kategori, untuk kemudian dikirim untuk didaur ulang. Dua pekerja daur ulang datang ke Kamikatsu setiap minggu dan membantu penduduk setempat memilah sampah mereka.

Selain itu, untuk mengurangi sampah, kota ini memiliki banyak toko barang bekas, di mana warga setempat dapat mengambil apa yang mereka butuhkan.

Kampanye

Upaya untuk menjadi kota bersih dimulai pada tahun 2003, ketika Kamikatsu mendeklarasikan ambisinya menjadi kota zero sampah. Sejak saat itu penduduk Kamikatsu telah mengadopsi program daur ulang yang paling keras di dunia. Pada tahun 2016, komunitas pedesaan di sana berupaya keras untuk menghilangkan 100 persen limbahnya.

Kota Kamikatsu berada di kawasan pegunungan nan indah yang berada di Pulau Shikoku. Pada 1990-an penduduk kota mulai menyadari bahwa mereka memiliki masalah limbah yang semakin meningkat. Suatu ketika, warga kota membakar sampah di luar atau membuangnya di pertanian. Ini tidak akan menjadi masalah, kalau semua sampah yang dibakar organik. Pada kenyataannya, mereka juga ‘memproduksi’ sampah an-organik.

Karena tren konsumsi bergerak ke arah barang-barang yang lebih banyak dikemas dan plastik, yang tidak dapat terbiodegradasi, sistem lama dengan cara membakar tersebut, tidak akan berfungsi lagi.

Membakar barang-barang juga mulai meningkatkan masalah kesehatan karena pelepasan racun yang kuat.

Warga Kamikatsu memiliki kesadaran yang sangat tinggi untuk mengelola sampah dengan mendaur ulang.

Saat itulah fokus beralih pada daur ulang dan inisiatif ‘Nol limbah’ digerakkan, sebuah gerakan yang berfokus pada menciptakan gaya hidup berkelanjutan, tanpa perlu pembakaran atau penimbunan. Kota dimulai dengan sembilan kategori pemisahan sampah; pada tahun 2002 jumlah kategori meningkat menjadi 34.

Kini, saat Anda berkunjung ke kota itu, Anda tidak akan menemukan truk sampah di Kamikatsu. Orang-orang membawa sampah mereka ke pusat pengumpulan kota dan memilahnya ke dalam berbagai kategori sendiri. Setiap ruang atau kotak diberi label untuk menunjukkan di mana ia akan didaur ulang, akan menjadi apa dan berapa biayanya.

Pada awal 2015, Kamikatsu telah mencapai tingkat daur ulang hampir 80 persen. Pada tahun 2015, masyarakat Kamikatsu membuat peta jalan untuk mencapai nol limbah pada tahun 2020. Yang juga penting adalah bahwa semua sampah organik dikelola dalam setiap rumah tangga dan 100 persen didaur ulang.***


Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *