Connect with us

Feature

Jokowi, “Kesatria dari Pringgondani”

Published

on

Dina Raisya Puteri. Siswa kelas lima SD Bekasi memandang Jokowi laksana Raden Gatutkaca, sang Kesatria dari Pringgondani. Foto: Resti Handini

SEORANG anak tidak selalu memiliki persepsi sama dengan orang dewasa. Contoh, ketika orang dewasa melihat sosok Presiden Jokowi sebagai orang yang lembut dan murah senyum –misalnya–, tidak demikian halnya di mata Dina Raisya Puteri. Siswa kelas lima SD itu memandang Jokowi laksana Raden Gatutkaca, sang Kesatria dari Pringgondani.

Itulah kesan menarik ketika kita mengunjungi Museum Kepresidenan Balai Kirti (BK) di Istana Bogor. Museum itu sendiri berada di kompleks Istana Kepresidenan. Museum itu berisikan koleksi benda, kebijakan, kata Mutiara, dan hal-hal lain terkait enam presiden yang sudah purna tugas. Sedangkan presiden ke-7, Joko Widodo, belum ada dalam museum itu, karena masih menjabat.

Juara 1, Lukman Nur Hakim, siswa SDN Aren Jaya VII, Kota Bekasi. Foto: R. Handini

Meski begitu, sosok Jokowi, panggilan akrabnya, tetap hadir di museum tersebut. Bukan dalam bentuk memorabilia atau kumpulan benda-benda, kata Mutiara, film pendek, dan kumpulan kebijakan yang terkenal, melainkan dalam bentuk lukisan. Lukisan-lukisan karya siswa-siswi SD dan SMP pemenang lomba itu, dipajang di lantai dua museum Balai Kirti.

Semua lukisan yang dipajang, merupakan karya para pemenang Lomba Lukis Kepresidenan tingkat SD dan SMP wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta. Menurut Indri Alfianti, pengurus Museum Kepresidenan Balai Kirti, lomba lukis kepresidenan sudah dua kali diadakan. Tahun ini diadakan bulan Mei yang lalu bertepatan dengan bulan Pendidikan.

Hebatnya, juara 1, 2, dan 3 tingkat SD semua disabet siswa dari Kota Bekasi, Jawa Barat. Pemenang pertama lomba lukis tingkat SD, adalah Lukman Nur Hakim dengan tema Aku Cinta Indonesia dan Presidenku. Lukman adalah siswa kelas V SD Negeri Aren Jaya VIII, Aren Jaya, Bekasi Timur.

Dalam lukisan itu, Lukman melukiskan presiden dengan ciri baju putih dan sibakan rambut pinggir. Selebihnya, tidak ada kemiripan sama sekali. Jokowi dilukiskan bersimpuh lutut, memeluk dua siswa SD, yang satu duduk di kursi roda, yang satu lagi memasangkan lambang garuda Pancasila di dada sebelah kiri Jokowi. Di bagian latar belakang, Lukman melukiskan anak berprestasi memegang raket badminton berkalung medali. Ada juga lukisan seorang anak mengangkat piala di atas kepalanya, serta aktivitas-aktivitas lain, dengan padu-padan warna dan motif yang cerah, serta pengaturan komposisi yang baik.

Juara 2, Dina Raisya Puteri siswa SD Negeri Mustika Jaya VII, Kota Bekasi. Foto R. Handini

Pemenang kedua, Dina Raisya Puteri bertema Presiden dan Sekolahku. Dina adalah siswa kelas V, SD Negeri Mustika Jaya VII, Kota Bekasi. Entah ide dari siapa, tetapi siapa pun pemberi ide lukisan, kiranya dia orang Jawa, atau setidaknya paham dan mengerti tentang wayang. Sebab, Jokowi digambarkan oleh Dina sebagai kesatria Pringgondani bernama Raden Gatotkaca. Putra penegak Pandawa Bima itu, digambarkan sedang terbang memegang Kartu Indonesia Pintar.

Yang menarik lagi, busana kesaktian Gatotkaca yang disebut “Kutang Antakusuma” berbentuk rompi, diubah dari percikan sinar di dada menjadi sinar yang memancar dari simbil cinta merah-putih. Nuansa merah putih juga dilekatkan pada selendang di pinggang sang kesatria sakti mandraguna itu. Dalam kanvas itu pula, Dina mencoba mengangkat banyak pesan moral lain yang sangat bagus, seperti kebinekaan dalam persatuan, peta Indonesia, dan kecerah-ceriaan wajah anak Indonesia. Tidak cukup dengan itu, Dina bahkan menuliskan tagline di bagian bawah: “Semua Bisa Sekolah untuk Mencapai Cita-cita”.

Sedangkan pemenang ketiga Sherly Vermount, adalah siswa kelas V SD Marsudi Rini, Kemang Pratama, Kota Bekasi dengan tema sama seperti lukisan Dina, yakni “Presiden dan Sekolahku”. Berbeda dengan juara pertama dan kedua, maka Sherly lebih tepat menggariskan anatomi wajah Jokowi. Jika kriteria penjurian adalah “kemiripan”, tentu lukisan Jokowi-nya Sherly akan meraih juara I.

Juara 3, Sherly Vermount, siswa SD Marsudi Rini, Kemang Pratama, Kota Bekasi. Foto: R. Handini

Sherly menggambarkan sosok Jokowi sebagai sentral objek di tengah kanvas. Dengan senyum khas, tangan kanan Jokowi memegang secarik kertas bertuliskan “Semua Anak Indonesia Berhak Mendapatkan Pendidikan”, sedangkan tangan kiri memegang segepok Kartu Indonesia Pintar. Jokowi digambarkan mengenakan baju batik bernuansa merah-putih.

Sekelilingnya, adalah wajah-wajah anak Indonesia yang ceria. Sherly berusaha memotret anak-anak dari Aceh sampai Papua dengan ciri khas masing-masing daerah. Tak lupa, Sherly juga memotret pembangunan di Indonesia, lengkap dengan tugu monas dan alat-alat berat. Di sisi lain, Sherly juga memotret keindahan dan kesuburan alam Indonesia.

Menyimak lukisan-lukisan sang pemenang, terbayang betapa sulitnya tugas dewan juri. Mengingat, kekuatan pada masing-masing lukisan. Ditambah lagi, animo peserta juga lumayan membludak. Lomba terakhir yang diadakan di Gedung Kemuning Gading, Komplek DPRD Kota Bogor, diikuti oleh 150 peserta. “Tahun depan, bisa jadi peserta akan bertambah,” ujar Indri yang tamatan Universitas Indonesia, jurusan Sejarah.

Sama halnya dengan animo masyarakat untuk mengunjungi museum yang digagas oleh presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono. Baik hari kerja maupun liburan pengunjung ke museum yang letaknya tepat di belakang Istana Bogor selalu banyak. “Hari ini jumlah pengunjung yang hadir ke museum ini sudah mencapai 750 orang, termasuk ibu,” ujar Indri yang hafal dan menguasai apa dan bagaimana tentang Museum Kepresidenan BK ini. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *