Connect with us

Entertainment

Jikustik Reunian, Usai Konser (Mungkin) Bubar Lagi

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Tak peduli grup band asing atau lokal, banyak yang mati dan bubar, hidup lagi reuni, bubar lagi.

Untuk band cewek alasannya sederhana : menikah dan punya anak, namun band cowok latar belakangnya berbeda.

Di antaranya karena pembagian uang yang tidak merata, ada pula karena manajemen yang brengsek. Masalah lainnya, vokalis yang jadi ujung tombak’ bergabung dengan band lain atau alasan kiwari : politik.

Vokalis band Nidj, Giring Ganeshai cabut dan mendadak bergabung dalam Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan kini vokalisnya yang baru diisi Muhammad Nur Ubay. Demikian pula band Stinky, Kangen dan Kerispatih, terkadang muncul terkadang tenggelam sekian lama. Istilah populernya : hidup enggan mati tak mau.

Bagaimana dengan Jikustik, band yang terkenal di Jogjakarta setelah Sheila On 7 (SO7) ? Paska vokalis utamanya, Pongki Barata keluar dan hengkang ke Jakarta bergabung bersama band The Dance Company, mendadak sontak tahun ini rekonsiliasi. Seperti partai politik saja, demikian pula di musik.

Sebelumnya, band Padi formasi lama menghelat konser Padi Reunion. Kemudian ada ST12 Reunion, Dr PM Reunion dan banyak band lain juga menggelar konser reuni yang sama.

Kenapa Jikustik mau menghelat konser reunian di Jogjakarta (yang pertama) dan di Balai Sarbini, Plasa Semanggil (yang kedua) baru-baru ini, 19 Juli 2019, ini jawaban Pongki Barata.

“Saya setuju dengan konsep reuni yang diajukan pak Anas Syahrul Alimi (CEO Rajawali Indonesia yang mempromote Jikustik), yaitu Jikustik Reunian hanya membawakan lagu-lagu lama dalam album pertamanya yang berjudul ‘Seribu Tahun’ yang antara lain berisi track lagu seperti ‘Perjalanan Panjang’, ‘Pagi, ‘Siang’, ‘Malam’, ‘Sepanjang Musim’ dan lain-lain. Kemudian, setelah itu, kita enggak tahu mau ngapain lagi setelah konser. Mungkin juga kita bubar lagi,” ucap Pongki.

Semula, disetujui tema konser adalah ‘Konser Rekonsiliasi’ yang lagi jadi trending topic di dunia politik. Misalnya Presiden Jokowi mengadakan rekonsiliasi dengan Prabowo.

“Kok tiba-tiba berubah jadi ‘Konser Reuni’ yang ditulis di ujung. Ya sudah, yang terpenting kita bisa manggung lagi setelah 10 tahun tidak saling sapa dan hanya berdiam diri saja. Gimana ya…sedih rasanya setelah lama kami berpisah dan enggak bertemu lagi…tapi mungkin ini sudah takdirnya, Jikustik harus bubar dulu, kemudian rekonsiliasi lalu bubar lagi dan silakan Jikustik kembali bermain musik dengan vokalis baru,” timpal Pongki yang memang memulai ribut-ribut dengan Jikustik dengan jalan cabut dari Jikustik yang kemudian diikuti oleh Icha (bas).

“Konser Reuni di Jogjakarta kemarin adalah salah satu konser Jikustik terbaik yang pernah saya lakukan. Saya mendapatkan perasaan yang luar biasa saat itu, Makanya, saya ingin mengulang kembali perasaan itu di Jakarta bersama Jikustikan (fans setia Jikustik,” ujar Pongki.

Tampil berlima yaitu Pongki (vokal, gitar), Icha (bas), Dadikz (gitar), Carlo (drum) dan Adhit (keyboard),Mereka menyuguhkan 20 lagi yang diseling dengan ‘lawakan’ dan ‘celetukan’ Pongki agar lebih menyebarkan suasana. Nomor ‘Maaf’ digebrak sebagai lagu pembuka, disusul ‘;Aku Datang’, ‘Tak Ada Yang Abadi’. ‘Untuk Dikenang’ dan ‘Seribu Tahun’. Dari lagu ke lagu yang dilantunkan Pongki, Jikustikan ikut bareng menyanyi, serta menyalakan telepon genggamnya. Terjadilah koor paduan suara nan megah dan solid.

Di tengah acara, vokalis Jikustik yang baru, Brian Prasetyo Adi pun diberi tempat untuk menyanyi. Sebuah lagu manis dilantunkan yang bertajuk ‘Tetap Percaya’. Tiga nomor pamungkas adalah ‘Puisi’, ‘Selamat Malam’ dan
‘Akhiri Ini dengan Indah’.

Benar, konser harus diakhiri dengan (momen) indah.

Tapi juga sarat kenangan.

Ada energi kerinduan, ada emosi yang terasa. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *