Connect with us

Ekonomi & Bisnis

Jelajah Medan Bersama Mowiee

Published

on

Alween Ong pendiri Mowiee (Mobil Wisata Edukasi Enterpreneur). (foto: ist)

Jayakarta News – Mobil Wisata Edukasi Entrepreneurship (Mowiee), ini merupakan sebuah program berkeliling dalam kota atau city tour, yang sudah berjalan delapan bulan di Kota Medan. Mowiee  mengajak orang-orang berwisata sambil mengedukasi dengan nuansa kewirausahaan, menggunakan armada yang nyaman untuk menjelajahi sejarah, budaya dan juga sentra usaha home industry di Kota Medan. Adapun rute Mowiee yaitu Masjid Raya Al Mashun, Istana Maimun, Museum Uang, Tjong A Fei, Esplanade Medan, Little India, Sentra UMK, dan Noerlen.

Mowiee muncul menjawab rasa prihatan terhadap Kota Medan. Kota dengan berjuta potensi tetapi tidak terdata dan tidak terkonsep dengan baik. Bahkan, jika kepada warga Medan ditanya, “Medan itu kota apa sih?” Ada dua jawaban, positif yang negatif. Yang positif akan menjulik Medan sebagai kota durian, kota bika ambon, dan kota bolu meranti. Yang negatif, menjuluki Kota Medan sebagai kota sejuta preman, begal, sejuta lubang, dan banyaklah.

Hal itu dikatakan Alween Ong sebagai pendiri Mowiee melalui jejaring WhatsApp, beberapa waktu lalu. Kemudian Alween yang biasa disapa Awen bertekad mewujudkan program yang bisa mengenalkan Kota Medan. “Karena saya bergerak di bidang entrepreneurship, apa yang bisa bikin orang merasa seru, enjoy untuk belajar entrepreneurship. Bisa jalan-jalan, makan dan belanja, akhirnya dibuatlah satu program Mowiee singkatan dari Mobil Wisata Edukasi Entrepreneurship,” tambahnya.

Alween Ong bersama para penumpang Mowiee, ada Dr. Edy Ikhsan SH, MA, Misran Lubis dan lainnya. (Foto. Ist)

Ketika Mowiee akan dibuat banyak yang mendukung. Termasuk Bank Sumut yang kemudian mengalirkan dana CSR Rp 300 juta, ditambah dana sendiri Nasis Education Rp 257 juta rupiah maka lahir program Mowiee ini.

“Dari program Mowiee ini, ada empat konsep, pertama city tour, visit heritage, education, dan entrepreneurship. Jadi dalam mengelola Mowiee memang dikonsep untuk memudahkan orang-orang dari segi pemesanan maupun dari segi informasi. Mowiee ini dibuatkan aplikasi kemudian website yang bisa diakses di www.mowiee.com dan,” jelas Awen.

Masyarakat bisa memesan Mowiee dan memilih posisi tempat duduk. Mowiee setiap hari jalan. Dalam sehari ada dua trip antara lain trip pertama pagi pukul 09.00 WIB, kemudian trip kedua siang pukul 14,00 WIB. Untuk biaya orang dewasa dikenakan Rp 75.000, anak-anak Rp 50.000 per orang.

Mowiee juga punya program Mowiee Care, diperuntukan bagi adik-adik panti asuhan, yatim piatu dan para difabel. Terhadap mereka tidak dikenakan bayaran, alias gratis. Jika mereka memesan berkelompok akan dijemput dari lokasi keberadaanya kemudian dikembalikan ke tempat semula.

Alween Ong bersama para penumpang Mowiee. (Foto. Ist)

Mowiee juga sudah punya program untuk ke sekolah, namanya program Hallo Mowiee. “Alhamdulillah Halo Mowiee yang mengirim Cyntia Dewi mengikuti kompetisi Islamic Nextgen Fest 2019 yang diadakan Kementerian BUMN, berhasil sebagai juara satu. Sukses itu tentu saja ikut mengharumkan nama Kota Medan, apalagi acara itu disiarkan langsung oleh salah satu stasiun TV nasional. “Jangka panjang bisa menumbukan kecintaan anak-anak dan masyarakat luas terhadap kota Medan,” ungkap Awen alumni USU jurusan Ilmu Politik.

Ia berpesan kepada kaum milenial, ihwal program entreprenaurship, sesbagai sebuah program yang  lintas batas. Siapa saja bisa mengakses karena Mowiee memiliki tujuan besar yakni ingin menjadikan Kota Medan sebagai City of Trader. “Jadi kita ingin Kota Medan punya identitas sebagai kota perdagangan, di luar predikat positif yang lain,” ujarnya.

Bagi teman-teman UMKM yang ingin belajar berwirausaha baik secara online maupun secara offline juga diwadahi oleh Mowiee dengan membawa mereka ke sentra umk. Di sana masyarakat bisa belajar bagaimana orang berwirausaha. Selain belajar step by step, bagi yang menghendaki, bisa juga mengikuti kelas Sabtu-Minggu, dan kelas hari Rabu.

Sayang, program bagus yang sudah berjalan delapan bulan itu, belum juga mendapat respons positif dari Pemerintah Kota Medan. Meski begitu, pihaknya tidak berhenti berkarya. “Message yang ingin kami sampaikan ke teman-teman adalah, bahwa kita harus terus berkarya, berkontribusi agar mandiri. Mari jadikan diri kita bermanfaat bagi masyarakat luas. Abaikan para pihak yang memandang kita sebelah mata. Tetap fokus menjadi pribadi yang bermanfaat,” ujar Awen. (Monang Sitohang)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *