Connect with us

Feature

Iman Nahrawi: Saya Sering Tidur di Masjid karena tak Sanggup Bayar Kos

Published

on

Menpora IMam Nahrawi bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa serta Najwa Shihab dalam acara acara tapping Mata Najwa OnStage Kediri di GOR Jayabaya, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (23/3)–foto instagram imamnahrawi

JAYAKARTA NEWS—Meraih kesuksesan tidak mudah. Ada proses yang harus dilalui. Bukan hanya ketabahan dan kekuatan mental tapi juga memerlukan kedisiplinan dalam menjalankannya. Menpora Iman Nahrawi bercerita, zaman dia kuliah, sering kali tidur dari masjid ke masjid karena tidak mampu membayar sewa kos.

Kedua orang tua saya harus menjual sawahnya demi menyekolahkan saya. Dan alhamdulilah kuliah saya bisa berjalan baik meski saya dulu sering tidur dari masjid ke masjid, karena tidak sanggup sewa kos,” tutur Imam Nahrawi sebagaimana dikutip dari laman kemenpora.go.id. Ia mengungkapkan perjalanan hidupnya ini dalam sebuah acara  tapping Mata Najwa OnStage Kediri di GOR Jayabaya, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (23/3).

Pada acara tersebut dirinya bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan motivasi perjalanan hidupnya kepada anak muda Kediri yang langsung dipandu oleh Najwa Shihab.

Cerita dua perjalanan tokoh asal Jawa Timur ini tergolong cukup menarik, mulai perjalanan mereka dari kecil hingga terjun menjadi politisi sampai menjadi pejabat negeri ini diulas semua oleh Najwa Sihab atau yang biasa dipanggil Nana. Kepada Menpora, Nana menanyakan menanyakan cerita bagaimana menjadi seorang santri.

Foto–imamnahrawi instagram

Ketika mendapat pertanyaan tersebut,  menteri asal Bangkalan Madura Jawa Timur ini menceritakan pendidikan selama di pondok pesantren menjadi santri sangat mempengaruhi hidupnya hingga saat ini. Selain diajarkan tentang agama, di pesantren para santri juga diajarkan bagaimana cara hidup disiplin yang luar biasa. 

“Menjadi santri di pondok pesantren adalah pelajaran hidup saya yang kedua setelah dari kedua orang tua saya. Di situ selain kita dituntut keras untuk belajar agama, sebagai santri kita juga belajar disiplin dan kesetiaan. Kita harus disiplin dan setia dengan perintah Kyai, mulai antri makan hingga mandi kita harus diajarkan displin yang luar biasa. Karenanya saya bangga sebagai santri,” kata Menpora.   

Setelah menjadi santri, Menpora pun menceritakan dirinya ketika menjalan masa lulus SMA dan menuju kuliah. Perjuangan kedua orang tuanya untuk mewujudkan mimpi anaknya bisa kuliah di Surabaya sangat luar biasa.

“Saya oleh kedua orang tua ketika lulus SMA sempat disuruh pergi ke Malaysia karena ada saudara di sana, tapi saya waktu itu memutuskan untuk kuliah di Surabaya. Akhirnya kedua orang tua saya harus menjual sawahnya demi menyekolahkan saya. Dan alhamdulilah kuliah saya bisa berjalan baik meski saya dulu sering tidur dari masjid ke masjid, karena tidak sanggup sewa kos,” kenangnya. 

Perjalanan hidup yang mengantarkan dirinya seperti sekarang bisa menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) sebenarnya tidak ada dalam mimpinya.

“Saya sebenarnya ingin menjadi guru, namun Allah memberikan jalan lain yang akhirnya bisa mengantarkan saya seperti sekarang. Saya berpesan kepada adik-adiku semua, jangan pernah takut bermimpi, karena dengan bermimpi kalian akan memiliki motivasi hidup. Jadilah kalian sebagai orang yang bermanfaat untuk siapapun,” katanya . 

 Apa yang disampaikan Menpora mendapat tepuk tangan dari seluruh penonton. Acara pun semakin menarik dan meriah dengan kehadiran penulis buku Negeri 5 Menara Ahmad Fuadi yang juga memiliki latar belakang seorang santri. Ditambah lagi semakin meriah dengan kehadiran grup band Nidji. ***/amr

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *