Connect with us

Entertainment

IIMF 2018: The KadriJimmo Berkomunikasi dengan Pasar

Published

on

Kadri (ketiga dari kanan) dan Jimmo, paling kanan, saat mengadakan temu wartawan jelang pentas The KadriJimmo di IIMF 2018 besama inisiator IIMF, Harry Koko Santoso (keempat dari kiri)–foto istimewa

Untuk strategi pasar dan niatan membesarkan jumlah massa penontonnya, band pop progresif The KadriJimmo diantaranya melakukan kerjasama kesetiakawanan dengan pemusik dan komposer Yovie Widianto yang bereputasi gede dengan industri musik nasional bersama Kahitna dan Yovie & Nuno.

Jimmo mengakui, semakin kesini KadriJimmo mempertebal keyakinan siapin market pasar yang terbuka lebar.

“Pilihannya beralih main akustikan, tanpa kibord  tapi dilengkapi instrumen akordeon, karena sekarang industri musik udah berubah media playernya jadi digital, mendengarkan lagu-lagu cukup memakai HP (ponsel) dan live music menjadikan akustikan semakin jadi pilihan,” ditegaskan Jimmo di Melody Music Bar & Lounge, Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan dalam kaitan mengabarkan KadriJimmo ikut muncul  di panggung penyelenggaraan International Indie Music Festival yang berlangsung di ICE, BSD City, Tangerang Selatan, Banten dengan jadwal pentas hari Minggu sore (7/10/2018).

Namun, Kadri menjelaskan, mereka sebagai duo vokalis di The KadriJimmo tetap menjadi  entertainer yang bukan didikte pasar tetapi berkomunikasi dengan pasar kekinian.

“Dengan demikian, kita mengakui sudah lewat masanya bikin musik yang terserah marketnya menerima ataupun tidak, karena kini kami berkomunikasi dengan pasar yang baru,” tambah Kadri yang berjulukan singing lawyer, karena juga berprofesi selaku konsultan hukum.

“Tadinya bahkan dengan Yovie maunya berkolaborasi, sampe Yovie sempet mau bikinin khusus lagu baru buat kita.Tetapi karena kesibukan dan kepepet waktu, lalu disuruhlah mencoba publishing lagu dari lagu-lagu lama Yovie yang kemungkinan cocok (buat The KadriJimmo, dan pilihan kami adalah Seandainya Aku Bisa Terbang. Setelah kemudian rampung, Syukur Alhamdulillah kata Yovie jadinya lebih laki,” ujar Jimmo, menambahkan keterangannya.

Kadri pun sempat bernostalgia saat pernah merasakan pengalaman bermusik di Makara Band yang tidak mikirin market, dari tahun 1980-an sampai 1986, dan mencoba bangkit lagi pada tahun 2008. “Mainin progresif rock, dan menyadari hanya bermain segmented di pasar tertentu. Kemudian berubah jadi Kadri Jimmo the Princes of Rhythm yang memainkan pop dari skill progresif.

Lantas disadari oleh mereka, bahwa mainin pop harus konsisten dan juga jangan sembarangan seperti bukti memainkan lagu Yovie, Seandainya Aku Bisa Terbang lewat strategi bisnis yang memang beda walaupun dengan pembaruan aransemen sendiri.

Hasilnya? “Dulu paling di YouTube cuma dapet limaribu viewer udah paling top karena segmen genre progresif. Begitu kita main pop, dapetnya 180 ribu-an viewer. Belum ada apa-apanya dibandingkan Via Vallen. Tetapi buat band seperti kita, sudah hasil mencengangkan, dan ikut jadi original soundtrack sinetron yang setiap hari Kamis pagi diputar di SCTV,” ungkap Kadri, bangga.***john js

 

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *