Connect with us

Kuliner

Evolusi Bakmi Kesukaan Pak Harto

Published

on

PEREMPATAN Gondomanan ke timur sekitar 500 meter, sebelum (eks) bioskop Permata, belok kanan 20 meter, sampailah Anda di rumah makan bakmi Jawa yang terkenal dengan nama “Bakmi Kadin”. Embel-embel nama Hj Karto sebagai perintis dan Rochadi di bawah nama Bakmi Kadin, sebenarnya hanya penunjuk sang pemilik yang sudah turun generasi.

Inilah bakmi favorit mendiang Presiden Soeharto kalau ke Yogyakarta. Maklumlah, bakmi Pak Karto sudah ada sejak tahun 1947. Masa-masa revolusi pasca kemerdekaan, di mana Soeharto adalah salah satu pelaku Serangan Umum 1 Maret 1949, atau yang dikenal dengan petempuran “Enam Jam di Jogja”. Kebetulan, tidak jauh dari lokasi Pak Karto jualan bakmi, bercokol kediaman Jenderal Besar Soedirman. Begitulah, bakmi pak Karto menemani para pejuang kemerdekaan pada zamannya.

Cita rasa yang khas, membuat bakmi Pak Karto kesohor. Bahkan, jejaknya kemudian diikuti para penjual bakmi lain di Kota Gudeg itu. Hari ini, puluhan, bahkan mungkin ratusan bakmi Jawa ala Pak Karto bertebaran di seluruh pelosok kota Yogya. Rasa? Tergantung selera. Ada yang mengatakan, tidak lebih enak dari bakmi pak Karto, ada yang beranggapan sama enak, ada pula yang menilai lebih enak. Pendek kata, mencari penjual bakmi Jawa di kota Yogya, sama mudahnya Anda menemukan puntung rokok di jalanan.

Evolusi bakmi pak Karto menjadi Bakmi Kadin, baru muncul di tahun 80-an, bersamaan melambungnya organisasi kamar dagang itu, hingga bercokol banyak cabang di berbagai daerah. Yogyakarta salah satunya. Nah, kebetulan, kantor Kadin Yogya tak jauh dari tempat jualan bakmi Pak Karto. Lambat laun, nam Karto kalah dengan popularitas Kadin. Alhasil, nama bakmi Pak Karto pun berubah atau lebih dikenal dengan Bakmi Kadin.

Menu andalan bakmi Kadin adalah mi godog (rebus) dan mi goreng. Minuman khas yang ditawarkan adalah bajigur. Adapun pelengkap suasananya adalah enam musisi yang memainkan musik keroncong modern secara permanen. Sedikit berbeda, jika dulu satu di antara musisi berkeliling dari satu meja ke meja membawa toples berharap rupiah, kini beda. Sebuah  toples plastik diletakkan di atas kursi dekat pintu keluar-masuk warung. Penikmat bakmi yang juga merasa nikmat mendengarkan alunan musik dan suara mereka, kemudian sukarela menyemplungkan lembar atau koin rupiah ke dalamnya. Lebih elegan.

Pengamen tetap di emperan Bakmi Kadin, Yogyakarta.

Suasana yang terbangun di Bakmi Kadin, membuat pelanggan tak hendak berpindah ke lain bakmi. Jika diperhatikan, pengunjung bakmi Kadin didominasi wisatawan domestik. Sedang, warga Yogya sendiri, tidak lagi terlalu mengidolakan Bakmi Kadin. Bukan karena alasan tertentu, tetapi lebih karena warung bakmi serupa, ada di mana-mana.

Toh, dalam satu malam, tak kurang dari 500 porsi bakmi terjual. Berapa omzet per hari? Anda kalikan saja antara Rp 25.000 – Rp 30.000 per porsi. Tergantung apakah Anda memesan bakmi biasa, atau spesial. Nah, berapa omzet rombongan pengamen di Bakmi Kadin? Yaaa, kurang lebih, perkirakan saja dari 500 porsi dikalikan (anggap saja) Rp 2.000. Meski tidak semuanya memberi selembar rupiah rua-ribuan, tapi faktanya, di dalam toples plastik itu juga tampak lembaran pecahan sepuluhan ribu dan duapuluhan ribu rupiah. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *