Connect with us

Feature

Dewi Cemara tanpa Jayabaya

Published

on

Tiruan Menara Eifel di Dewi Cemara, Kediri. (foto: @taskokene)

Jayakarta News – Jangan sekali-kali menyebut nama Kediri tanpa dibarengi sikap takzim atas epik kejayaan masa lalu. Kabupaten yang berbatasan dengan Jombang di Utara, Malang di Timur, Blitar dan Tulungagung di Selatan, serta Nganjuk di sisi Barat itu, sejatinya daerah mulia.

Sejarah masa lalu mencatat nama Kerajaan Panjalu atau Kadiri. Puncak kejayaan kerajaan ini adalah saat Prabu Jayabaya bertahta sekitar tahun 1135 – 1157. Karya legendarisnya adalah “Jangka Jayabaya”, sebuah nujum ampuh, karena ketepatannya melampaui zaman. Tahukah Anda, sebagian kaum Sukarnois bahkan percaya, Jayabaya menitis pada diri Bung Karno.

Demi mengetahui hal itu, layak jika ada yang menggugat predikat Kediri sebagai “kota tahu”. Mungkin saja, tahu adalah kuliner khas Kediri yang kesohor. Tetapi tahu, sungguh bagian yang sangat kecil dari tradisi serta budaya dan keagungan Kediri masa lalu.

Bayangan tentang kejayaan dan kebesaran Kediri masa lalu itu pula yang spontan terlintas saat mengikuti acara kunjungan ke kawasan eduwisata milenial crop circle di Desa Kedungmalang, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri Kamis (8/8) lalu. Kawasan ini digagas sesbagai Desa Wisata Cerdas Mandiri dan Sejahtera, disingkat “Dewi Cemara”.

Crop circle Dewi Cemara, Kediri. (foto: @dolankediri)

Sekilas, area Dewi Cemara begitu indah dengan bunga-bunga bermekaran di sana-sini. Lansekap crop circle makin indah saat dinikmati dari jarak dan ketinggian tertentu. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di lokasi itu berpesan agar masyarakat bekerja keras dan berusaha tanpa henti menjadikan daerah itu sebagai objek wisata unggulan. Khususnya, menjadikan kawasan itu sebagai destinasi wisata pelajar dan kaum milenial.

Gubernur Khofifah tak henti-hentinya menyatakan kekagumannya pada keindahan Dewi Cemara. Ia pun berfoto bersama masyarakat yang turut hadir menikmati keindahan bunga-bunga aneka warna. Masyarakat tidak menyia-nyiakan kesempatan langka ini dan mendekati gubernur perempuan ini dengan riang gembira. Mereka berebut bisa mendekati gubernurnya sambil tersenyum bangga.

Dalam kesempatan tersebut Khofifah mengemukakan, masih butuh banyak pembenahan agar makin lengkap sebagai edu wisata agro. Ia mengemukakan kesannya itu saat menghadiri Gelar Inovasi Dan Teknologi Tanaman Pangan Dan Hortikultura yang diselenggarakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Jatim, Kamis (8/8) di tempat itu.

Crop circle tersebut memiliki potensi dikembangkan. Banyak angle menarik dan Instagram-able dan berpotensi diviralkan. Ia mengajak segenap masyarakat sekitar kawasan Dewi Cemara bersama-sama memviralkan tempat wisata baru tersebut agar lekas dikenal masyarakat luas. “Dewi Cemara ini sudah mulai viral, saya harap semua saling menjaga dan menyempurnakan kawasan destinasi wisata baru ini,” ujar dia.

Sesuai namanya yakni Dewi Cemara, mantan Menteri Sosial ini berharap bisa menciptakan masyarakat desa yang tak hanya fokus pada tempat wisata, melainkan bisa memiliki karakter yang cerdas dan mandiri. Dengan karakter tersebut, maka dapat meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa. “Jadikan desa wisata yang cerdas masyarakatnya, sehingga bisa hidup mandiri dan sejahtera,” ujar Khofifah.

Gubernur Khofifah di tengah tanaman bunga. (foto:istimewa)

Secara khusus, ia memberikan tantangan kepada Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Jatim, Hadi Sulistyo, dan Bupati Kediri agar bisa mengembangkan varietas hibrida kenikir yang banyak ditanam di kawasan Crop Circle. Diharapkan nantinya masyarakat desa bisa menggandeng Wedding Organizer (WO), dimana mereka memerlukan bunga di setiap pekerjaannya dalam jumlah yang cukup besar.

Senada dengan Gubernur Khofifah, Bupati Kediri Haryanti Sutrisno, juga menyampaikan keinginannya menambah desa wisata di Kabupaten Kediri. Telah banyak hadir desa wisata percontohan yang bisa berjalan dengan baik. Diharapkan masyarakat di desa lain bisa melakukan hal yang sama.

Sementara itu, gelaran acara itu dimeriahkan dengan kehadiran 73 stand pertanian dari OPD, SMK dan Perguruan Tinggi Pertanian serta produsen bidang usaha pertanian dari seluruh Jawa Timur. Turut hadir Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Sarwo Edhy, Bupati Kediri, Bupati  Jombang Mundjidah Wahab serta lebih dari 3.000 insan pertanian baik dari Kediri dan wilayah lain di Jawa Timur.

Demikianlah…..

Hingga acara seremonial berlalu…. Hingga rombongan gubernur kembali ke Surabaya, satu gangguan kecil masih belum hilang dari benak dan pikiran. Ini tentang Dewi Cemara. Keindahan Dewi Cemara Kediri mengganggu rasa takzim pada kejayaan Kediri silam, dengan hadirnya tiruan Menara Eifel di sana. Mengapa Eifel?

Gugatan hati menyeruak. Sejuta tanya berkecamuk, mengapa bukan tiruan Gunung Kelud yang agung? Mengapa bukan tiruan prasasti Kerajaan Kediri? Atau patung Jayabaya yang mulia? (poedji)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *