Connect with us

Entertainment

Cinta Khalida dan Kamal Tersandung Bid’ah

Published

on

SIAPA bilang bahasa cinta adalah bahasa universal. Buktinya, percintaan antara Khalida dan Kamal justru tersandung oleh nilai-nilai religi, meski mereka meyakini agama yang sama. Itulah realita yang ditangkap sutradara Nurman Hakim dalam membesut film Bid’ah Cinta.

Film yang dibintangi Ayushita (Khalida) dan Dimas Aditya (Kamal), sempat menuai kontroversi. Akan tetapi, itu terjadi karena ada pihak-pihak yang mencoba menyeret persoalan perbedaan keyakinan ke ranah politik, yang kebetulan sedang aktual akhir-akhir ini.

Padaal, film itu murni soal percintaan Khalida dan Kamal yang retak karena kedua orang tua tidak memberi restu. Digambarkan kedua keluarga memaknai agama secara berbeda. Dalam praktek fikih, yang berbeda, maka satu keluarga lantas menyoal tahlil, doa qunut, ziarah kubur, hingga peringatan maulid Nabi. Dalam praktek keseharian, perbedaan ini ada di antara umat NU dan Muhammadiyah.

Film ini mulai tayang 16 Maret 2017. Ayushita yang berperan sebagai tokoh utama menjelaskan bahwa film ini tidak ada propaganda maupun provokasi. Sebaliknya, film yang diproduksi Keninga Pictures ini mengingatkan kita pada toleransi antarumat beragama, dan saling menebar cinta dan kasih sayang sesama umat manusia.

Sang Sutradara mengatakan, film ini tidak terinspirasi dari situasi yang tengah ada, melainkan sudah dipersiapkan sejak tahun 2013, yang berfokus pada isu-isu tentang Islam. “Film Bid’ah Cinta ini sudah ditulis sejak tahun 2015, kemudian syuting pada tahun 2016.  Jadi, tidak sama sekali terkait dengan isu yang sedang berkembang saat ini di masyarakat,” ujarnya pada kesempatan Nobar dan Diskusi Film Bid’ah Cinta yang diselenggarakan Rabu (22/03) di XXI Epicentrum Jakarta.

Dalam acara itu, dihadir  Nurman Hakim, Ayushita, Firman Hakim, Muhammad Sobari (Budayawan), Dr. Rumadi (Lakpesdam NU), serta narasumber, aktor dan aktris kenamaan lainnya.

“Film ini mampu meng-capture realita sosial, bagus ditonton remaja yang baru belajar agama, yang kebanyakan mudah terpengaruh oleh aliran-aliran yang sebetulnya tidak mempelajari agama secara benar, namun merasa dirinyalah yang paling mengerti agama,” ujar Samara, salah satu narasumber dari Universitas Paramadina Jurusan Ilmu Komunikasi yang berada di Jakarta Selatan. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *