Connect with us

Feature

Catatan Eko Guruh tentang Aqua Dwipayana

Published

on

Eko Guruh dan Aqua Dwipayana.

JAYAKARTA NEWS – Saya memang tidak mengenal Aqua Dwipayana. Saya hanya mengetahuinya sepintas lewat tulisan teman-teman di www.jayakartanews.com. Lewat testimoni para sahabat itu saya haqul yakin, dia orang baik. Bagaimana tidak, jarang sekali di zaman sekarang orang mudah berempati dan berbagi buat sesama.Tak perlu dikaji cukup dalam, jika ada dua orang atau lebih menulis hal yang sama, sudah cukup memberi ilustrasi bahwa yang bersangkutan memang baik.

Untuk menjadi pribadi yang baik–acap kali disebut filantropy–tidak saja butuh keberanian dan keikhlasan tapi juga kepandaian. Semua terbentuk bukan tiba-tiba tapi berproses. Latar belakang, lingkungan, dan pendidikan yang bersangkutan memberi andil terbesar untuk bisa menjadikan dia seperti sekarang ini.

Pemeo yang mengatakan berkumpul bersama pedagang parfum ikut harum dan kumpul bajingan, sedikit banyak akan berprilaku seperti preman, boleh jadi memperkuat karakternya. Ia jadi seperti ini saya percaya karena lingkungan yang membentuknya. Begitu seterusnya dan saya yakini tak bisa dibantah.

Ketika sulit boleh jadi menampa ia menjadi pribadi yang kuat. Orang semacam ini biasanya memiliki empati dan gampang melo jika melihat kesusahan. Ia seperti ikut merasakan kesulitan orang lain, karena terpatri dalam ingatan, bahwa ia juga pernah merasakannya.

Oleh sebab itu, wajar ia mudah tersentuh dan terus ingin berbuat sesuatu. Ibarat berdiri di depan cermin, apa yang ditatapnya persis dengan gambaran saat ia susah. Maka begitu takdir membuat ia berlebih, ia tampil sebagai dermawan. Tak pernah dipikirkan apa ujungnya, buat dia yang penting orang susah harus bahagia.

Semua tentu bukan ujug-ujug. Ada proses yang  dilaluinya. Pengalaman guru terbaik diterapkan secara benar dan tepat. Karenanya, jika lantas kini menjadi motivator bagi banyak orang, semua tak bisa dipisahkan dari perjalanan hidupnya. Motivator semacam ini biasanya ces pleng, mengena dan mudah dipahami audience karena dia mengalaminya langsung.

Dalam hidup orang  memang tidak sendirian. Selain bersosialisasi, juga banyak yang butuh bantuan. Adalah mereka yang bodoh jika merasa paling sempurna dan paling bisa. Adapun caranya beragam, bisa  lewat bacaan, pitutur dan petuah, serta saling berbagi pengalaman. Dan Aqua Dwipayana mempunyai semua itu.

Bapak bertatar belakang jurnalis itu, kini menetapkan pilihan untuk menapaki hidupnya dijalan kebaikan. Ia paham betul, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat. Tak pernah terpikir olehnya untung rugi karena baginya semua sudah di atur Yang Di Atas.

Harap diketahui dunia ini apa yang ditanam itulah yang dituai. Jika kita menanam padi buahnya pasti padi. Kita menanam jagung buahnya juga jagung. Tinggal bagaimana kita menjaga dan memupuknya. Dan, Aqua Dwipayana memahaminya dengan baik. Memang ada yang ditanam hasil buahnya tak sama. Itu hanya ada pada lagu Broery Pesolima yang antara lain menyebut buah semangka berdaun sirih. Teruslah berbuat demi kebahagian orang lain, supaya semua orang ikut bahagia karenanya. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *