Connect with us

Riset

Cabang-cabang Baru Keluarga Denisovan Ditemukan di Indonesia

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Penemuan terbaru tentang Denisovan (Denisova) semakin mempertegas mengenai pentingnya Asia Tenggara untuk mengungkap bagaimana kisah evolusi manusia.

Pohon keluarga Denisovan —Hominin Denisova atau manusia Denisova adalah anggota dari spesies manusia atau subspesies dari Homo sapiens, dari era Paleolitik— tampak lebih beragam daripada yang disadari sebelumnya. Melalui analisis DNA kuno dan modern, para ilmuwan menemukan garis keturunan Denisovan yang sebelumnya tidak dikenal.

“Kami membandingkan genom (set haploid kromosom dalam gamet atau mikroorganisme, atau di setiap sel organisme multiseluler- red)  orang-orang yang hidup modern di Indonesia dan Papua New Guinea dan menemukan potongan-potongan yang cocok dengan genom Denisovan,” kata Murray Cox, profesor biologi komputasi di Massey University di Selandia Baru.

“Namun, mereka tidak cocok dengan sempurna, yang  kita harapkan jika Denisovans dari gua dan Denisovans yang bercampur dengan orang Papua berasal dari kelompok yang sama.”

Sebaliknya, Cox dan mitra penelitiannya menemukan tanda tangan genetik dari dua kelompok yang berhubungan dengan Denisovan, keduanya berbeda dari gua asli yang tinggal di Denisovans.

“Salah satu dari kelompok-kelompok ini berbeda dengan Denisovans dari gua seperti dari Neanderthal, dan karenanya mungkin harus diberi nama sendiri,” kata Cox.

Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Cell, hanya sehari setelah para ilmuwan mengumumkan penemuan spesies hominin baru di Filipina.

Spesies baru itu, yang ditemukan di pulau Luzon Filipina, jauh lebih tua daripada kelompok Denisovans yang dijelaskan dalam Cell, tetapi kedua penemuan itu menegaskan tentang pentingnya Asia Tenggara dalam kisah evolusi manusia.

Sampai sekarang, sebagian besar ilmuwan mengasumsikan diversifikasi hominin terjadi di seluruh Eropa dan Eurasia, tetapi temuan terbaru menunjukkan para peneliti disesatkan oleh DNA purba. Karena DNA purba terurai dalam iklim panas dan lebih mungkin dipertahankan dalam iklim dingin, DNA purba lebih banyak ditemukan di Eropa dan Eurasia.

Penemuan ini dipublikasikan pada hari Kamis di jurnal Cell, hanya sehari setelah para ilmuwan mengumumkan penemuan spesies hominin baru di Filipina.

Spesies baru itu, yang ditemukan di pulau Luzon, jauh lebih tua daripada kelompok Denisovans yang dijelaskan dalam Cell, tetapi kedua penemuan itu menyoroti pentingnya Asia Tenggara dalam kisah evolusi manusia.

Sampai sekarang, sebagian besar ilmuwan mengasumsikan diversifikasi hominin terjadi di seluruh Eropa dan Eurasia, tetapi temuan terbaru menunjukkan para peneliti disesatkan oleh DNA purba. Karena DNA purba terurai dalam iklim panas dan lebih mungkin dipertahankan dalam iklim dingin, DNA purba lebih banyak ditemukan di Eropa dan Eurasia.

Menurut Cox, temuan terbaru tidak akan mungkin terjadi tanpa karya para ilmuwan di Institut Eijkman untuk Biologi Molekuler di Indonesia, terutama Herawati Sudoyo, co-direktur lembaga. Sama seperti DNA purba yang condong ke sumber-sumber Barat, demikian juga pekerjaan menguraikan kisah evolusi manusia.

“Ada banyak kritik akhir-akhir ini tentang ilmuwan barat mengambil dari negara-negara berkembang dan tidak memberi kembali,” kata Cox. “Kami sengaja bekerja dengan sangat berbeda. Saya sudah memiliki kemitraan yang tulus dengan Eijkman selama hampir 20 tahun, dan para peneliti Indonesia memainkan peran utama dalam proyek ini.”***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *