Connect with us

Feature

Bung Karno Dulu, Doni Monardo Kemudian

Published

on

Catatan Egy Massadiah dari Jenewa
Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Monardo di forum Global Platform for Disaster Risk Reduction, yang berlangsung di Jenewa, Swiss tanggal 12 – 17 Mei 2019. (foto: egy massadiah)

JAYAKARTA NEWS – Dalam forum dunia yang membahas ihwal pencegahan dan penanggulangan bencana, Indonesia termasuk anggota aktif. Forum dua tahunan bertajuk Global Platform For Disaster Risk Reduction itu berlangsung 12 – 17 Mei 2019 di Jenewa, Swiss. Tak kurang 4.000 peserta hadir dalam acara itu, mewakili 150 negara di dunia. Dua tahun sebelumnya, acara sama digelar di Meksiko.

Ada nuansa berbeda yang disuarakan Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Monardo di forum bergengsi itu. Berbicara di tanggal 16 Mei pukul 10.45 waktu Swiss, Doni mengingatkan kita pada sosok Presiden pertama Indonesia, Ir Sukarno. Dalam pidatonya di PBB tahun 1960, Bung Karno mencengangkan para kepala negara dengan pidatonya To Build the World Anew. Ia menawarkan konsep tatanan dunia baru berdasarkan nilai-nilai yang lima jumlahnya: Pancasila.

Seperti mengulang pidato lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, hari itu Bung Karno menyitir sila-demi-sila yang ia gali dari bumi Indonesia. Nilai-nilai kearifan lokal, yang jika diperas menjadi satu kata menjadi “gotong-royong”. Banyak negara yang kemudian mengadopsi pemikira Bung Karno. Ada yang mentah-mentah, ada yang memodifikasi.

Nah, di forum khusus yang membahas tema Working Session Build Back Better & World Reconstruction Conference Outcomes, di Ruang 4, Doni Monardo juga menyinggung konsep Pentahelix, sebuah kerja sinergis antar-stakeholder. Konsep pencegahan, penanggulangan, dan penanganan bencana dengan semangat gotong-royong yang merupakan esensi nilai-nilai kearifan lokal bangsa Indonesia yang terumuskan dalam ideologi Pancasila.

Dalam implementasinya, Doni menawarkan slogan “cantik” yang berbunyi, “kita jaga alam, (maka) alam jaga kita”. Ratusan hadirin, menyimak pidato Doni yang berisi konsep pencegahan yang tidak melulu bicara tentang teknis dalam kaitan teknologi, melainkan jauh lebih mendasar, yakni filosofi dari kerja pencegahan dan penanggulangan bencana. Dalam banyak kesempatan, Doni selalu menegaskan, “Tidak ada teknologi secanggih apa pun yang mampu mengatasi bencana alam.”

Doni Monardo bersama anggota delegasi. (foto: ist)

Di badan dunia, Doni Monardo berdiri tegak dengan konsep yang jelas penekanannya pada aspek strategi. Bahasa Doni, ia tidak mau BNPB sekadar menjadi “pemadam kebakaran”, alias hanya bertindak saat bencana sudah menelan nyawa manusia.

Seperti halnya di semua negara, maka pada prinsipnya setiap daerah, memiliki potensi ancaman yang spesifik. Satu daerah, akan beda dengan daerah lain. Di situlah pemerintah dan semua otoritas yang memiliki kewenangan, wajib mengenali detail ancaman bencana di daerah masing-masing. Setelah mengenali potensi ancaman, dilanjutkan dengan menyiapkan strategi penanggulangan. “Di sinilah peran penting kearifan lokal atau local wisdom plus gotong-royong,” ucap Doni Monardo.

Di Indonesia, Doni juga memaparkan tentang keseriusan pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam hal penanggulangan bencana alam. Salah satu contoh, Presiden sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata telah menginstruksikan seluruh lembaga dan pemangku kepentingan terkait untuk menerapkan kebijakan dalam memperkuat Kesiapsiagaan Bencana di Indonesia.

Kebijakan itu mencakup enam hal. Pertama, perencanaan pembangunan daerah harus berlandaskan aspek-aspek pengurangan risiko bencana. Kedua pelibatan akademisi dan pakar-pakar kebencanaan secara massif untuk memprediksi ancaman, mengantisipasi, dan mengurangi dampak bencana, serta sosialisasi hasil-hasil kajian dan penelitiannya. Ketiga, gubernur secara otomatis menjadi komandan Satgas darurat saat kejadian bencana, dibantu pangdam dan kapolda.

Keempat, pembangunan sistem peringatan dini yang terpadu berbasiskan rekomendasi dari pakar. Kelima dan keenam adalah edukasi kebencanaan dan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan berkesinambungan.

Diuraikan, pasca gempa dan tsunami 2004, pemerintah Indonesia menyadari perlunya memiliki mekanisme nasional yang fokus pada pembangunan kembali yang lebih baik setelah bencana. “Sejak itulah kami mulai mengubah paradigma penanganan bencana. Sejak itu pula, kami mempertimbangkan dimasukkannya pengurangan risiko bencana,” kata Doni yang beberapa jam sebelumnya mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga berpidato di forum yang sama.

Status akun medsos Dr Jemilah Mahmood, terhadap pidato Doni.

Demi mendengar uraian Doni Monardo, banyak tokoh dunia menaruh perhatian serius. Satu di antaranya adalah Dr Jemilah Mahmood yang berkebangsaan Malaysia. Ia memuji penampilan dan isi pidato Doni Monardo. Wanita yang menduduki jabatan Secretary General Partnership International Federation of Red Cross berkedudukan di Jenewa, menyampaikan komentarnya melalui akun sosial medianya.

Status Dr Jemilah berbunyi: “Loved the slogan and message from bpk Doni Monardo, Head of BNPB Indonesia ‘kita jaga alam, alam jaga kita’ translated as ‘we take care of the earth/nature, it will take care of us. Atas statusnya di medsos itu, Dr Jemilah mencantumkan tiga hashtag: #BNPB, #Indonesia, dan #GPDRR2019. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *