Connect with us

Kabar

Buku Sukarnologi Segera Terbit

Published

on

Dari kiri ke kanan: Aji Subekti, M.Hum, Dr Suyatno, Roso Daras, dan moderator Nova Catur. (ist)

Kerja keras dan kerja marathon tim penulis UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Blitar segera membuahkan hasil. Satu karya buku berjudul “Sukarnologi: Sosialisme Indonesia” sedia diluncurkan Desember 2018. Terkait hal itu, kemarin (14/11/2018), panitia penulisan buku melakukan bedah buku, yang menghadirkan dua narasumber, Dr Suyatno dan Roso Daras.

Penanggung Jawab penerbitan buku, Dra. Janti Suksmarini, MM saat membuka acara pagi itu mengatakan, kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkaya kajian-kajian pemikiran Sukarno di Indonesia. Harapannya, ada nilai-nilai konstruktif yang bisa diresapi oleh jiwa rakyat Indonesia dalam rangka merealisasikan Amanat Penderitaan Rakyat. Secara khusus dimaksudkan untuk mengembangkan dan memberdayaan koleksi khusus Bung Karno sebagai fungsi pengkajian dan penelitian pemikiran dan ide Sukarno.

Sementara itu, Ketua Tim Penyusunan Buku, Aji Subekti, M.Hum menambahkan, tujuan penyusunan buku Sukarnologi ini adalah mengidentifikasi pemikiran-pemikiran Sukarno tentang sosialisme Indonesia yang terdapat di dalam karya-karya Sukarno dan merekam pengetahuan dari saksi atau pakar serta situs-situs yang berhubungan dengan Sukarno. Untuk itu, bahkan tim telah menyambangi makam Marhaen di Bandung Selatan.

Marhaen adalah tokoh yang menginspirasi Bung Karno melahirkan ajaran Marhaenisme. Sebuah paham yang disebut Bung Karno sebagai Marxisme ala Indonesia. Marxisme yang “berketuhanan”. Sayang memang, panitia tidak bisa menelusur lebih jauh mengenai silsilah Marhaen. Bahkan tim ini menjumpai kondisi yang berbeda.

Bung Karno dalam buku yang ditulis Cindy Adams mengatakan, bahwa Marhaen adalah sosok petani yang memiliki sebidang lahan sawah, memiliki alat produksi sendiri, dan menghasilkan padi yang hanya cukup untuk dimakan sendiri bersama keluarganya. Sedangkan, dari penuturan cucu Marhaen yang dijumpai tim penulis, disebutkan bahwa kakeknya adalah seorang buruh atau pekerja tani, tanpa kepemilikan lahan.

Pendeknya, buku ini akan menjadi sumber kajian yang menarik tentang sosialisme Indonesia. Bahkan, Dr Suyatno, mantan Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno yang notabene penggagas ide buku ini, mengatakan, rancangan buku ini sudah bagus. Ia berharap buku itu nanti bisa menjadi referensi mengenai Sukarnologi utamanya dalam cabang sosialisme Indonesia.

Sementara itu, penulis buku-buku Bung Karno, Roso Daras menyebut, buku tersebut bagus, tetapi kurang menarik. Ia berdalih, sistematika penulisan yang menggunakan pola induktif, khas karya ilmiah, menjadikan pembaca dibawa ke ranah pemahaman tentang sejarah sosialisme, sebelum sampai ke pokok soal.  “Akan lebih menarik jika bagian utama buku ini langsung mengupas ihwal gagasan sosialisme Indonesia versi Bung Karno. Sementara, bahan penunjang ada di bab belakang. Itu dari kacamata saya sebagai pembaca,” ujar Roso.

Diskusi pun bergulir ke arah, bagaimana karya buku tersebut bisa merebak menjadi khasanah pemikiran bangsa. Roso menyebut, harapan itu akan sulit tercapai, jika tidak disertai effort yang sungguh-sungguh untuk menggarap segmen milenial. Segmen inilah yang akan memegang tampuk pemerintahan di masa yang akan datang.

“Bicara Sukarnoisme, bicara Sukarnologi di sini, ibarat menebar garam di laut. Yang harus kita pikirkan adalah, bagaimana memasukkan ide-ide besar Bung Karno kepada generasi muda. Ini perlu pendekatan yang aktual dan kontekstual. Mereka adalah generasi yang relatif tidak lagi mempedulikan soal isme. Meski begitu, pada dasarnya mereka juga makhluk sosial. Persoalannya sekarang adalah, bagaimana menyentuh segmen ini dengan sajian bacaan yang pas,” papar Roso Daras, yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Aku dan Sukarno, itu. (rr)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *