Connect with us

Kolom

Berpuasa: Senang atau Tidak?

Published

on

Oleh Teguh Siswanto

MENDENGARKAN ceramah Cak Nun selalu saja menarik. Tampil khas dengan kelompok musik Kiai Kanjeng, intelektual muda Islam itu masuk ke berbagai kalangan. Penggemar Emha Ainun Nadjib bejibun. Yang tidak suka, barangkali tidak kalah banyaknya. Apa pun itu, perbedaan adalah rakhmat.

Demi menyimak ceramah yang bernada “provokasi”, bermalam-malam saya tidak bisa memejamkan mata. Terngiang-ngiang terus ceramah Cak Nun yang “jleb” itu. “Hayooo… sekarang jujur saja… siapa yang senang dengan datangnya Ramadhan?”

Pertanyaan aneh. Bukankah setiap muslim menanti-nantikan datangnya bulan suci Ramadhan? Bulan penuh ampunan? Bulan yang disebut sebagai “bulan seribu bulan” di mana semua perbuatan baik dilipatgandakan pahalanya?

“Sudahlah… terus terang saja… kalian sejujurnya tidak suka berpuasa kan?” Audiens yang umumnya kawula muda pun mulai terdiam. Antara benar dan takut menjawab benar. “Sudahlaaah, jujur sajaaa…. Aslinya kalian tidak senang tidak makan. Kalau saja, ada firmat Tuhan, ‘berhubung satu dan lain hal… maka ramadhan tahun ini kalian dibebaskan dari kewajiban berpuasa…’, waah… pasti kalian bersorak kegiarangan kan? Hayooo… ngaku sajaa…. Pasti ada yang mengepalkan tinju dan berteriak kegirangan, ‘Hidup Tuhaaaan…..’”

Audiens pun tertawa. Sepertinya mulai kerasukan sugesti Cak Nun…. Ada sebersit perasaan “Benar juga ya?”

Tidak apa-apa…, lanjut Cak Nun. Jujur saja. Justru yang tidak suka dengan datangnya Ramadhan, tetapi dia menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas, nilainya jauh lebih tinggi dibanding yang merasa senang dengan datangnya Ramadhan, tapi puasanya malah bolong-bolong. “Gampangnya begini saja…. Orang suka pedas, disuruh makan pedas, biasa saja kan? Tapi orang tidak suka pedas disuruh makan pedas, dan dia tetap makan dengan ikhlas. Coba, nilainya tinggi yang mana?” ujar Cak Nun.

Kiranya, Cak Nun ingin mengajak kita semua untuk tidak “lebay” menyambut Ramadhan dengan perasaan seolah-olah sebagai orang yang paling ikhlas berpuasa. Rasa tidak senang karena harus menahan lapar setengah hari, boleh saja memunculkan rasa kurang suka. Akan tetapi, kewajiban adalah kewajiban. Dan sebaik-baiknya hamba Allah yang taat adalah melaksanakan kewajibannya dengan ikhlas. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *